Kamis, 13 Juni 2013

Snorkeling di Pulau Enggano



Snorkeling di Pulau Dua



Hasil survey potensi ecotourism P. Enggano
Sumber : enggano.blogspot.com
Pulau Enggano merupakan salah satu aset bagi Provinsi Bengkulu untuk ekowisata olahraga air, yakni snorkeling, diving, surfing dan fishing karena terletak di sepanjang pantai barat sumatera dan memiliki gugusan pulau di Samudera Hindia.  Potensi alam yang dimiliki sangat mendukung untuk pengembangan wisata alam yang berhubungan dengan hal itu. Selama bulan Pebruari sampai dengan Maret 2011 kami telah melakukan survey dan memetakan lokasi-lokasi yang menarik untuk wisata alam tersebut di sekeliling Pulau Enggano. 




Pantai antara Pulau Dua dan Pulau Merbau
Pada Tanggal 11 November 2011 kami mengadakan perjalanan kembali ke Pulau Enggano.  Disela-sela waktu melakukan pekerjaan disana, saya bersama kawan-kawan hampir setiap hari berwisata snorkeling yang tak jauh dari Pelabuhan Kahyapu.  Di hari pertama kami melakukan snorkeling di lepas pantai antara Pulau Dua dan Kahyapu di Pulau Enggano.  Keanekaragaman coral dan ikannya tidak banyak variasinya . Di lokasi ini tidak setiap tempat di bawah permukaan air bercoral dan juga ada gangguan dengan lalu lalang perahu karena disana merupakan daerah lintasan perahu nelayan yang mencari ikan di sekitar Pulau Dua.





Keesokan harinya kami melakukan snorkeling di antara Pulau Dua dan Pulau Merbau.  Dari kejauhan tampak air laut berwarna biru dan hijau kehitaman, pertanda disana banyak coral dan tentunya pasti juga akan ditemukan banyak ikan warna-warni dari berbagai jenis. Wah..Lokasi yang ideal untuk snorkeling pikirku. Bersama 3 (tiga) orang teman saya tak sabar untuk menuju kesana meskipun saat itu sedang badai angin tenggara, sehingga angin bertiup sangat kencang di perairan tersebut karena lokasinya langsung berhadapan dengan laut lepas (Samudera Hindia), namun cuaca sangat cerah hari itu. Dan benar, lokasi tersebut memang sangat ideal untuk snorkeling, dengan mudah kami bisa menemukan ikan badut (Clown fish) di antara coral-coral.  Ikan Badut (tapi kami lebih suka menyebutnya Ikan Nemo seperti di film dokumenter anak-anak yang seringkali saya tonton) merupakan ikan idola yang kami cari untuk ditemukan.  Bila salah satu dari kami menyelam dan menemukan itu, kami semua antusias untuk ikut melihatnya, melihat perilakunya dan melihat biota laut tempat dia bersembunyi berbentuk seperti rumput dengan batang bergoyang-goyang terkenan ombak warnanya pun beraneka ragam, ada yang berwarna krem, biru, hijau juga ungu.  Ikan tersebut akan muncul disela-sela tanaman itu. Dan bila kami memperhatikannya, ikan-ikan itupun akan diam  memperhatikan kami juga, sungguh pemandangan yang luar biasa, berbeda dengan ikan lainnya yang hanya berenang kesana kemari melintas saja di depan kami.  Selain itu telinga kami juga akan mendengar suara gemericik coral-coral yang kami anggap sebagai life music under water. Bahkan di lokasi ini untuk melihat ikan badut (clown fish) tidak perlu jauh-jauh berenang menjauhi pantai, cukup berdiri di pasir pinggir pantai di Pulau Dua dan melihat ke bawah permukaan air laut masih bisa dilihat ikan badut, tidak perlu berenang, sambil duduk ataupun tengkurap di pasir pun bisa melihatnya.

Pemandangan under water ternyata sangat menakjubkan, untuk pertama kalinya saya melihatnya di pulau ini. Biota laut seperti kehidupan yang kita jumpai di daratan, ada tanaman dan ada hewan di dalamnya bahkan ada bentukan tanah kosong berpasir tanpa ada tanaman dan tanpa coral, yakni berupa cekungan yang luas dan dikelilingi oleh batu karang warna-warni, didalam cekungan tersebut banyak ditemui ikan ukuran besar, saya menyebut itu sebuah kolam atau danau di bawah laut.  Kami berenang mengelilingi danau tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Dari kejauhan lokasi itu tampak hijau bening dan dikelilingi warna biru gelap sehingga menarik perhatian kami untuk berenang mendekatinya karena lokasinya jauh dari pantai.  Hari itu kami habiskan waktu untuk bersnorkeling, puas rasanya bermain di laut untuk menikmati pemandangan under water hingga lewat tengah hari tanpa peduli terik matahari yang menyengat dan angin kencang.


Perjalanan ke Cagar Alam Sungai Bahewo
Video : Erni Suyanti Musabine


Pelajaran survival di laut
makan siput laut mentah
 
Ular laut Laticauda colubrina
berenang di lokasi snorkeling
Photo : Erni Suyanti Musabine
Hari berikutnya tanggal 18 November 2011, pagi itu saya bersama dengan 3 (tiga) orang teman laki-laki dan dua orang nelayan masih sempat membawa perahu ke perariran dekat Cagar Alam Sungai Bahewo.  Nelayan tersebut ingin mencari ikan dengan cara menyelam dan memanahnya, sedangkan kami berencana menghabiskan waktu untuk snorkeling di hari terakhir sebelum pulang kembali ke kota Bengkulu sore harinya. Kapal yang akan kami naiki pun sudah parkir di pelabuhan Kahyapu.   Badai angin tenggara sangat terasa, menyebabkan ombak tinggi dan arus sangat kuat di lokasi kami snorkeling.  Sampai lokasi mesin perahu dimatikan, satu persatu dari kami mulai turun ke laut.  Menyadari bahwa saya bukan orang yang pandai berenang, dengan melihat kondisi cuaca yang kurang bersahabat maka untuk snorkeling kali ini saya memerlukan bantuan sepatu katak untuk memperlancar berenang di arus yang kuat.  Seorang kawan saya yang pandai berenang pun nyaris tenggelam saat snorkeling dan akhirnya  minta pertolongan nelayan untuk membawanya ketempat yang aman.  Berenang tanpa sepatu katak akan membuat kami kehabisan tenaga melawan arus tersebut.  Mungkin ini juga ide gila dari kami melakukan snorkeling dan berenang pada saat masih ada badai di laut.  Dengan menggunakan kaki katak pun tidak banyak menolong, tenaga banyak terkuras melawan gelombang tinggi dan arus yang kuat, akhirnya saya naik perahu kembali agar tidak jauh terbawa arus ke arah hutan mangrove di CA Sungai Bahewo. Seorang teman mempunyai ide untuk mengikat salah satu kaki saya dengan tali panjang ke perahu, untuk mencegah hanyut terlalu jauh karena arus dan angin kencang.  Akhirnya saya pun kembali turun ke laut untuk snorkeling tanpa harus cemas terbawa arus laut.  Tak disangka, ternyata tidak hanya arus kuat dan angin kencang saja yang membuat kami merasa tidak nyaman snorkeling hari itu, tetapi tak jauh dari kami juga terlihat ular laut Laticauda colubrina yang berenang bersama kami.  Bahkan seorang teman tanpa sengaja telah menginjak dua ekor ular laut di bawah permukaan air di atas batu karang.  Setelah itu saya tidak berminat lagi snorkeling di perairan sekitar Cagar Alam Sungai Bahewo.  Tempat favorit saya untuk snorkeling saat ini tetap di lepas pantai antara Pulau Dua dan Pulau Merbau.  Snorkeling di saat sedang badai banyak menguras tenaga dan membuat kami merasa lapar.  Akhirnya kami pun makan siang diatas perahu dengan cara orang Enggano yakni makan ikan, kerang dan siput mentah-mentah yang langsung didapat dari hasil menyelam di laut. Hmm.....yummy :)  


Teluk Podipo - Enggano
Photo : Erni Suyanti Musabine
Pada tanggal 17 Juni 2012, saya bersama 7 orang teman laki-laki melakukan perjalanan mengelilingi Pulau Enggano dengan perahu kecil.  Di hari pertama, kami singgah di Teluk Podipo.  Saat itu sedang ada badai di laut, yang membuat perjalanan kami agak terhambat karena harus mencari rute yang aman untuk dilewati.  Ternyata benar apa yang dikatakan orang bahwa Teluk Podipo sangatlah indah, pohon bakau tertata rapi, pasir pantai yang putih bersih serta air laut yang bening berwana biru kehijauan.  Kawan saya bilang bahwa di Teluk Podipo kami mempunyai kolam renang alami yang airnya sangat jernih.  Dan memang saat perahu kami berlabuh disana saya melihat ada pantai yang arusnya tenang dan jernih dan sangat ideal sebagai tempat bermain dan berenang.  Tak jauh dari sana air laut tampak biru kehitaman, pasti dibawahnya terdapat pemandangan under water yang indah, warna hitam menunjukkan adanya coral dibawah sana.  Tak sabar saya segera ganti baju untuk snorkeling dan mengambil peralatan snorkeling dan bersama kawan-kawan menuju lokasi tersebut untuk snorkeling.  Tidak menemukan Clown Fish di lokasi itu, hanya banyak bertemu ikan kerapu dan ikan karang jenis lainnya.  Setelah puas bermain-main dan snorkeling disana serta mengambil dokumentasi tentang pemandangan bawah laut, kami melanjutkan perjalanan kembali mengelilingi Pulau Enggano dengan perahu.

7 komentar:

  1. Biaya menyewa perahu untuk mengelilingi seluruh Pulau Enggano, berapaan mbak? Mohon infonya. :)

    BalasHapus
  2. tidak ada patokan harga yang pasti, biasanya tergantung hasil kesepakatan dengan pemilik perahu dan nelayan yang akan bawa perahu. Dulu kami nyewa perahu nelayan tahun 2011 masih Rp. 600-Rp 700rb sudah termasuk bensin, nelayan yg bawa perahunya juga logistik selama flying camp saat keliling pulau. Bila tertarik untuk kesana mungkin bisa kontak ke kawan-kawan di kantor KSDA Resort Enggano, disana sudah punya perahu sendiri jd gak perlu sewa dari nelayan, kemungkinan biayanya bisa jauh lebih ringan. Karena waktu keliling pulau untuk kedua kalinya kami hanya perlu beli bensin saja jg logistik secukupnya karena pakai perahu sendiri. Kalau orang lain yg pakai perahu ya perlu beri tips sama yg bawa perahu, sesuai kesepakatan.

    BalasHapus
  3. hi mba, saya tertarik pulau enggano, tapi karena minim informasi, boleh minta CP KSDA resort Enggano? terimakasih sebelumnya
    mojanurkalam@gmail.com

    BalasHapus
  4. kalau boleh bisa minta CPnya KSDA juga ngga?hehe
    saya berminat mau kesana..

    BalasHapus
  5. oiya emailnya edrialfa@gmail.com

    BalasHapus
  6. wihh ada tempat snorkling pula

    salam Rental Mobil

    BalasHapus
  7. Berapa biaya snorkelingnya mba? Rencana minggu ini mau berangkat ke enggano

    BalasHapus