Bukit Tigapuluh National Park - Riau Sumatra |
16 April 2015, Saya bersama dua orang teman pergi ke Rengat, Provinsi Riau dimana kantor Balai Taman Nasioanl Bukit Tigapuluh berada. Saya berangkat dan bertemu teman perjalanan saya di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Dengan menaiki bus pada pukul 3 sore sampai di tempat tujuan dini hari tanggal 17 April 2015. Kami dijemput dua orang staff dari Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) yang membawa kami ke kota Rengat, Riau, menjelang shubuh kami baru sampai di komplek perkantoran Balai TNBT.
Siang harinya kami berjalan-jalan keliling Kota Rengat mengunjungi Danau Rajo, yakni sebuah danau yang konon khabarnya di dalamnya ada bangunan kerajaan. Replikasi bangunan kerajaan tersebut terdapat disamping danau, namun sayangnya tidak terurus dengan baik, tampak kotor dan ada beberapa bagian telah rusak.
Perjalanan menuju Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Sabtu, tanggal 18 April 2015 kami telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh melalui Camp Granit. Kami berangkat berlima dari Rengat menggunakan mobil Kepala Balai TNBT, kemudian berganti mobil patroli Ford Ranger di kantor seksi setempat. Perjalanan sangat menyenangkan karena off road. Sesampainya di Camp Granit masih pagi sekitar pukul 10.00 WIB, rencana kami akan melihat lokasi pembinaan habitat untuk harimau sumatera dengan diantar salah satu staff TNBT yang ada di Camp Granit, karena yang bersangkutan sedang keluar camp dan dia yang tahu lokasinya maka kami harus menunggu sampai pukul 3 sore untuk bisa masuk ke hutan. Sambil menunggu kedatangannya kami berjalan-jalan ke air terjun yang ada di dalam kawasan tersebut dan beristirahat sambil menikmati pemandangan sekitar yang indah.
Sore itu langit tampak gelap, saya khawatir akan turun hujan. Kami berempat memasuki hutan bersama tiga orang kawan laki-laki, sedangkan dua orang kawan perempuan lainnya lebih memilih menunggu di Camp Granit. Jalan setapak yang naik turun tentu tidak menarik bagi mereka. Sepanjang perjalanan masih kutemui pohon besar yang berdiameter lebih dari 50 cm. Karena memasuki daerah baru yang belum aku kenal maka aku sedikit waspada dengan sekitarnya, mengingat waktu telah menjelang sore dan lokasi yang kami datangi merupakan daerah jelajah harimau sumatra. Tidak hanya jalan setapak yang kami lalui tetapi juga menyusuri sungai kecil yang ada di dalam kawasan.
Lokasi pembinaan habitat harimau sumatera |
Tampak dari kejauhan camera trap terpasang di pohon, dan guide kami yakni petugas TNBT menjelaskan padaku lokasi-lokasi harimau biasanya melintas. Areal yang akan difungsikan untuk project pembinaan habitat harimau seluas 10 hektar, project ini atas kerjasama antara Balai TNBT dan Pertamina. Terlalu banyak pertanyaan di benakku sehubungan dengan lokasi itu, termasuk spesies prey (satwa mangsa) apa saja yang ada di lokasi, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk memperbanyak satwa mangsa harimau disana, serta jumlah individu harimau termasuk estimasi sexing di kawasan tersebut. Sayangnya pertanyaanku tidak bisa terjawab di lokasi dan aku harus bertanya lagi pada orang yang tepat. Hari sudah mulai gelap, kami harus segera keluar dari hutan tersebut.
Kami dalam masalah
Setelah membersihkan diri kami langsung kembali menuju Kota Rengat sore itu. Di tengah perjalanan hujan turun, yang semula hanya gerimis berubah menjadi hujan lebat dengan bunyi petir bergemuruh. Jalan yang berupa tanah merah menjadi sangat licin, dan tampak banyak lubang seperti parit bekas aliran air di pinggir dan tengah jalan yang dalamnya setinggi roda mobil. Pengemudi mobil sibuk menghindari lubang-lubang bekas aliran air itu agar tidak terperosok, di hari gelap pandangan menjadi kabur karena hujan deras yang sekali-kali mendapatkan penerangan cahaya dari kilatan petir. Tidak ada rumah, kiri kanan semak belukar. Canda tawa kami terhenti saat roda mobil tergelincir saat melewati jalan menurun dan roda sebelah kanan masuk ke lubang memanjang di pinggir jalan, mencoba keluar dari lubang selalu gagal bahkan roda belakang dan gardan tersangkut. Makanan dan minuman yang kami bawa pun hampir habis. Satu-satunya yang melegakan adalah ada signal meski tidak maksimal di lokasi tersebut sehingga kami bisa mengabarkan ke kantor TNBT di Rengat tentang apa yang terjadi. Dan akan dikirimkan mobil untuk menjemput kami dari kantor seksi terdekat. Di dalam guyuran hujan deras ada motor trail yang sedang melewati kami akhirnya dia yang membantu kami untuk memberikan informasi ke atas ke Camp Granit dan ke bawah ke petugas yang akan merescue kami malam itu dengan mobil Pajero Sport yang kami bawa sebelumnya.
Hujan deras membuat mobil Pajero Sport yang akan menjemput kami juga terperosok karena jalan tanah sangat licin, bagian belakang mobil tersangkut di tebing batu sedangkan bagian depan nyaris masuk ke lubang jalan yang dalam. Mobil tidak bisa dimundurkan dan dimajukan lagi sehingga melintang di tengah jalan. Alternatif kedua adalah dengan meminta bantuan mobil dari mitra yakni FZS yang saat itu sedang berkegiatan di Camp Granit. Saat mobil keluar dari Camp Granit untuk menuju ke lokasi kami berada tiba-tiba ada pohon besar tumbang karena hujan deras yang menghalangi jalan sehingga mobil tidak bisa lewat.
Dalam kondisi seperti itu, kami sama sekali tidak panik malah mengisi waktu untuk menghibur diri dengan bercerita lucu dan mengundang tawa, bernyanyi dan main game, dan masih bisa menikmati suasana meski dalam masalah besar karena tidak bisa kembali ke Kota Rengat dengan lancar, jangankan kembali ke Kota, untuk kembali ke desa terdekat juga mengalami kendala, karena kondisi hujan deras dan dingin, sedangkan salah satu dari kami penderita asma. Kami akhirnya berdiskusi tentang jalan keluar berikutnya yang memutuskan bahwa kami harus berjalan kaki didalam gelap, dibawah guyuran hujan dan berharap ini tidak membuat asma salah satu dari kami kambuh, itu akan menjadi masalah baru tentunya. Baju kami basah kuyup diguyur hujan deras, perjalanan kami diterangi oleh kilatan halilintar, setelah berjalan jauh akhirnya kami bertemu dengan mobil yang akan menjemput kami meskipun akhirnya juga ikut terperosok.
Ternyata di lokasi tersebut tidak hanya ada petugas dari kantor seksi yang menjemput kami, tetapi juga ada Kepala Balai TNBT yang menjemput kami dari Kota Rengat. Kami dijemput dengan sepeda motor, disaat mereka masih disibukkan mengeluarkan mobil dari lokasi terperosok, saya bersama dua orang teman perempuan pergi dan berteduh di rumah warga setempat.
Sepertinya setiap kali melakukan perjalanan ke Taman Nasional Bukit Tigapuluh aku selalu mendapat masalah, tidak hanya saat melalui Provinsi Riau namun juga saat menuju kesana melalui Provinsi Jambi. Semua masalah berhubungan dengan mobil dan jalan yang sangat buruk dan tidak layak untuk dilalui. Ini bukan masalah yang pertama kali menimpaku dalam perjalanan ke TNBT, bahkan beberapa tahun sebelumnya saat saya masih membantu orangutan di Stasiun Re-Introduksi Orangutan di Jambi, mobil yang menjemputku terperosok masuk kedalam sungai besar sehingga aku harus keluar dengan berjalan kaki dari jam 12 siang sampai jam 10 malam. Tidak hanya itu saja, kadang mobil rusak dan kami pun harus bermalam di pinggir jalan dimana kiri kanan adalah semak belukar atau hutan yang baru dibuka untuk perkebunan.
Menjelang pagi salah satu mobil bisa keluar dan menjemput kami ke rumah warga, dan selanjutnya kami kembali ke Kota Rengat. Seharian tidak tidur karena trouble di perjalanan tidak juga membuatku mengantuk. Saya hanya istirahat sebentar di rumah Kepala Balai dan sore harinya melanjutkan perjalanan ke Sumatera Barat melalui Pekanbaru. Akhirnya hari itu pun melewati malam tanpa tidur sampai ke Kota Solok, Sumatera Barat. Rencana pulang kembali ke Kota Bengkulu terpaksa musti kutunda sehari untuk beristirahat sejenak setelah dua hari tanpa istirahat.
Ternyata di lokasi tersebut tidak hanya ada petugas dari kantor seksi yang menjemput kami, tetapi juga ada Kepala Balai TNBT yang menjemput kami dari Kota Rengat. Kami dijemput dengan sepeda motor, disaat mereka masih disibukkan mengeluarkan mobil dari lokasi terperosok, saya bersama dua orang teman perempuan pergi dan berteduh di rumah warga setempat.
Sepertinya setiap kali melakukan perjalanan ke Taman Nasional Bukit Tigapuluh aku selalu mendapat masalah, tidak hanya saat melalui Provinsi Riau namun juga saat menuju kesana melalui Provinsi Jambi. Semua masalah berhubungan dengan mobil dan jalan yang sangat buruk dan tidak layak untuk dilalui. Ini bukan masalah yang pertama kali menimpaku dalam perjalanan ke TNBT, bahkan beberapa tahun sebelumnya saat saya masih membantu orangutan di Stasiun Re-Introduksi Orangutan di Jambi, mobil yang menjemputku terperosok masuk kedalam sungai besar sehingga aku harus keluar dengan berjalan kaki dari jam 12 siang sampai jam 10 malam. Tidak hanya itu saja, kadang mobil rusak dan kami pun harus bermalam di pinggir jalan dimana kiri kanan adalah semak belukar atau hutan yang baru dibuka untuk perkebunan.
Menjelang pagi salah satu mobil bisa keluar dan menjemput kami ke rumah warga, dan selanjutnya kami kembali ke Kota Rengat. Seharian tidak tidur karena trouble di perjalanan tidak juga membuatku mengantuk. Saya hanya istirahat sebentar di rumah Kepala Balai dan sore harinya melanjutkan perjalanan ke Sumatera Barat melalui Pekanbaru. Akhirnya hari itu pun melewati malam tanpa tidur sampai ke Kota Solok, Sumatera Barat. Rencana pulang kembali ke Kota Bengkulu terpaksa musti kutunda sehari untuk beristirahat sejenak setelah dua hari tanpa istirahat.
mbak, izin posting boleh??
BalasHapussilahkan :)
Hapusmbak, kalau kita ingin mengetahui data pengunjung yang datang ke TNBT via online atau alamat web. kira-kira mbaknya tau gak?
BalasHapus