Tampilkan postingan dengan label Snorkeling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Snorkeling. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Agustus 2014

One day trip to the Tikus Island (Perjalanan sehari ke Pulau Tikus)


Sepuluh tahun yang lalu untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Pulau Tikus saat saya melakukan travelling dari Surabaya, Jawa Timur ke Bengkulu untuk berlibur dan camping. Dan itu juga untuk pertama kalinya saya mengunjungi Provinsi Bengkulu untuk jalan-jalan, selain Pulau Tikus saya juga menyempatkan diri untuk travelling ke Pulau Enggano, naik gunung ke Bukit Kaba, mengunjungi Pusat Konservasi Gajah Seblat untuk melihat gajah di habitatnya, menelusuri sepanjang pantai di Kota Bengkulu serta panjat tebing di Tebing Kandis yang tak jauh dari Kota Bengkulu dan masih banyak lagi tempat lainnya yang saya kunjungi. Saya tidak memiliki teman dan saudara di Provinsi Bengkulu namun karena melakukan travelling ke daerah ini membuat saya lama-kelamaan memiliki banyak teman disini. Dan sekarang untuk kedua kalinya saya mengunjungi pulau kecil ini untuk snorkeling, disaat saya telah tinggal menetap dan bekerja di Bengkulu, Sumatera. Setelah sepuluh tahun berlalu banyak yang berubah di pulau ini, terutama bangunan penjaga mercusuar dan pondok nelayan telah berpindah lokasi karena terkena abrasi. 

Tikus Island, Bengkulu - Sumatra

Pulau Tikus adalah sebuah pulau kecil yang terletak di bagian barat pantai Bengkulu dan masuk wilayah administratif Kota Bengkulu. Luasnya semula adalah sekitar 2 hektar namun karena abrasi terus-menerus luasnya mengecil menjadi sekitar 0,77 hektar. Pulau ini masih bisa terlihat dari Kota Bengkulu karena jaraknya yang relatif dekat yakni sekitar 10 km dari daratan Kota Bengkulu.

How to get there ?
Untuk mengunjungi Pulau Tikus bisa dengan menyewa perahu nelayan dari Pantai Zakat, Pantai Tapak Padri atau Pantai Berkas seharga Rp. 750.000,- s/d Rp. 1.000.000,- untuk perjalanan pergi pulang dalam waktu setengah hari. Namun bila ingin menginap (camping) disana maka biaya yang harus dikeluarkan lebih mahal dari itu. Waktu tempuh dari Kota Bengkulu menuju ke Pulau Tikus kurang lebih 1 jam menggunakan perahu nelayan. Juga bisa ditempuh dengan speed boat memakan waktu selama 40 menit dari pelabuhan Pulau Baai. Sedangkan kegiatan ekowisata bahari yang bisa dilakukan bila travelling ke pulau ini adalah camping, snorkeling, diving, swimming dan fishing.

Perahu nelayan sebagai alat transportasi 
ke Pulau Tikus
Bulan Agustus 2014, saya melakukan perjalanan untuk kedua kalinya ke Pulau Tikus bersama teman-teman Pecinta Alam dari Universitas Bengkulu dengan menyewa perahu nelayan seharga Rp. 750.000,- Untuk mempermurah biaya transportasi maka bisa bepergian secara rombongan misalnya 10 orang. Hari itu rencana perahu akan berangkat pada pukul 08.00 WIB, yang akan berangkat dari Pantai Berkas, Kota Bengkulu, namun menjadi terlambat karena masih harus mencari logistik untuk bekal perjalanan. Perjalanan yang akan kami lakukan adalah one day trip, sehingga kami berangkat di pagi hari dan kembali pulang di sore hari. Untuk itu perlu membawa bekal makan siang dari Kota Bengkulu, karena di pulau tersebut tidak ada penjual makanan. 

Saat berangkat air laut sedang pasang, sehingga untuk mencapai perahu kami harus basah kuyup terendam air laut karena perahu tidak bisa merapat ke pantai. Setiap perjalanan di laut, saya selalu packing barang bawaan dilapisi dengan plastik sebelum dimasukkan dalam backpack agar barang tidak basah bila backpack terendam air laut. Sedangkan barang-barang elektronik seperti phone cell dan barang penting lainnya seperti camera dan dompet saya kemas tersendiri dalam dry bag. Satu jam kemudian kami telah sampai ke Pulau Tikus dengan melewati sebuah kapal besar yang sedang melakukan bongkar muat batubara. Tampak dari kejauhan juga ada sebuah perahu nelayan yang ukurannya lebih kecil sedang melintas di dekat Pulau Tikus untuk mencari ikan. Dari sela-sela mangrove terlihat seorang wanita tua memperhatikan kami yang sedang merapat ke daratan. Pulau ini memang berpenghuni, yakni dihuni oleh penjaga mercusuar dan nelayan yang mendirikan pondok disana sebagai tempat singgah saat mencari ikan disekitar Pulau Tikus.

Snorkeling in the Tikus Island - Bengkulu
Tak lama kemudian saya bersama seorang teman melakukan survey lokasi snorkeling terbaik yakni yang masih ada terumbu karang dengan berbagai jenis ikan dan ternyaman tanpa adanya gangguan arus yang deras. Tak lupa kami pun mengabadikan pemandangan under water dengan camera. Banyak sekali terumbu karang yang telah rusak dan mati. Kerusakan terumbu karang juga dipicu oleh adanya aktivitas bongkar muat batubara oleh kapal-kapal besar di sekitar Pulau Tikus diwaktu lalu.

Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, namun saya masih betah berlama-lama di pantai memotret ikan-ikan yang hilir - mudik di sela-sela terumbu karang. Selain ikan hias warna - warni, saya juga menemukan ikan kerapu, ikan yang rasanya cukup enak dan mahal harganya. Namun sayangnya tidak ada ikan badut (Clown fish) di pantai ini, yakni ikan favorite saya yang selalu saya cari di setiap snorkeling. Siang itu kami beristirahat sebentar dan makan siang bersama di pinggir pantai ditemani oleh segerombolan kucing. Pulau ini dinamakan Pulau Tikus, saya mengira dulunya mungkin banyak tikus di pulau ini, tapi kenyataannya tak ada tikus yang terlihat, malah yang banyak ditemukan adalah kucing :)

Tikus Island - Bengkulu Sumatra

Di akhir perjalanan kami berpindah lokasi dengan menggunakan perahu, yakni melihat lokasi restorasi terumbu karang yang dilakukan oleh Universitas Bengkulu. Tentu lokasinya di bawah permukaan laut. Di tempat itu ada sebuah kendaraan vespa yang sengaja ditenggelamkan untuk pertumbuhan terumbu karang. Perahu sudah mendekat ke lokasi, jangkar sudah diturunkan, saatnya kami turun ke laut kembali dan berenang menuju lokasi yang dimaksud. Arus tak begitu deras dibandingkan dengan di pantai dekat Pulau Tikus. Begitu saya turun ke laut tiba-tiba tangan dan kaki saya gatal ternyata menurut nelayan itu karena ada ubur-ubur. Saya bisa melihat sebuah vespa di dasar laut dan sekitarnya ada tumpukan batok kelapa yakni salah satu media yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan terumbu karang. Di sekitar lokasi tersebut pemandangan under water sangat indah dibandingkan lokasi sebelumnya, banyak ikan dengan ukuran lebih besar dan beraneka macam warnanya di sela-sela terumbu karang. Jumlah ikan pun yang terlihat jauh lebih banyak. Di lokasi ini juga sering terlihat penyu berenang. Namun sayangnya sesampainya di lokasi ini camera waterproof kami tidak bisa digunakan lagi untuk memotret karena habis baterei.  

Sayang sekali kami tidak punya waktu lebih lama disitu karena waktu sudah menjelang sore dan kami pun harus cepat kembali sebelum terjadi badai dan hujan deras seperti hari-hari sebelumnya. Lokasi tersebut memang agak jauh dari pantai Pulau Tikus namun saya rekomendasikan sebagai tempat pilihan untuk snorkeling karena pemandangan under waternya jauh lebih indah dibandingkan di sekitar pantai Pulau Tikus. 

Snorkeling di Pulau Tikus
Pulau Tikus juga telah menjadi salah satu tujuan ekowisata bahari di Provinsi Bengkulu. Seyogyanya pemerintah daerah lebih serius melindungi Pulau Tikus dari kerusakan, tidak hanya dari ancaman abrasi namun juga ancaman kerusakan terumbu karang akibat aktivitas manusia. Mengingat terumbu karang besar fungsinya bagi ekosistem laut, merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan reproduksi (pemijahan), peneluran, pembesaran anak, feeding dan foraging terutama bagi spesies yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sehingga kerusakan terumbu karang akan berefek langsung bagi nelayan karena berpengaruh terhadap sumber penghasilan dari tangkapan ikan laut. Kekayaan laut juga bermanfaat bagi sumber obat-obatan alami, pemandangan bawah laut yang menakjubkan juga sebagai sumber penghasilan dari kegiatan ekowisata bahari, serta masih banyak lagi manfaat lainnya. Bila itu semua bisa disadari oleh masyarakat maupun pemerintah sebagai otoritas yang berwenang maka Provinsi Bengkulu akan memiliki satu sumber lagi untuk bisa mendatangkan uang bagi daerahnya dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam secara lestari, yakni ecotourism. Namun harus diimbangi dengan budaya semua pihak dan komitmen untuk tidak merusak lingkungan. Hal-hal kecil yang bisa dilakukan adalah tidak membuang sampah sembarangan di pantai atau laut, menjaga terumbu karang dari kerusakan, restorasi terumbu karang yang telah rusak, menanam mangrove untuk mencegah abrasi dan lain-lain. 

Kamis, 13 Juni 2013

Snorkeling di Pulau Enggano



Snorkeling di Pulau Dua



Hasil survey potensi ecotourism P. Enggano
Sumber : enggano.blogspot.com
Pulau Enggano merupakan salah satu aset bagi Provinsi Bengkulu untuk ekowisata olahraga air, yakni snorkeling, diving, surfing dan fishing karena terletak di sepanjang pantai barat sumatera dan memiliki gugusan pulau di Samudera Hindia.  Potensi alam yang dimiliki sangat mendukung untuk pengembangan wisata alam yang berhubungan dengan hal itu. Selama bulan Pebruari sampai dengan Maret 2011 kami telah melakukan survey dan memetakan lokasi-lokasi yang menarik untuk wisata alam tersebut di sekeliling Pulau Enggano. 




Pantai antara Pulau Dua dan Pulau Merbau
Pada Tanggal 11 November 2011 kami mengadakan perjalanan kembali ke Pulau Enggano.  Disela-sela waktu melakukan pekerjaan disana, saya bersama kawan-kawan hampir setiap hari berwisata snorkeling yang tak jauh dari Pelabuhan Kahyapu.  Di hari pertama kami melakukan snorkeling di lepas pantai antara Pulau Dua dan Kahyapu di Pulau Enggano.  Keanekaragaman coral dan ikannya tidak banyak variasinya . Di lokasi ini tidak setiap tempat di bawah permukaan air bercoral dan juga ada gangguan dengan lalu lalang perahu karena disana merupakan daerah lintasan perahu nelayan yang mencari ikan di sekitar Pulau Dua.





Keesokan harinya kami melakukan snorkeling di antara Pulau Dua dan Pulau Merbau.  Dari kejauhan tampak air laut berwarna biru dan hijau kehitaman, pertanda disana banyak coral dan tentunya pasti juga akan ditemukan banyak ikan warna-warni dari berbagai jenis. Wah..Lokasi yang ideal untuk snorkeling pikirku. Bersama 3 (tiga) orang teman saya tak sabar untuk menuju kesana meskipun saat itu sedang badai angin tenggara, sehingga angin bertiup sangat kencang di perairan tersebut karena lokasinya langsung berhadapan dengan laut lepas (Samudera Hindia), namun cuaca sangat cerah hari itu. Dan benar, lokasi tersebut memang sangat ideal untuk snorkeling, dengan mudah kami bisa menemukan ikan badut (Clown fish) di antara coral-coral.  Ikan Badut (tapi kami lebih suka menyebutnya Ikan Nemo seperti di film dokumenter anak-anak yang seringkali saya tonton) merupakan ikan idola yang kami cari untuk ditemukan.  Bila salah satu dari kami menyelam dan menemukan itu, kami semua antusias untuk ikut melihatnya, melihat perilakunya dan melihat biota laut tempat dia bersembunyi berbentuk seperti rumput dengan batang bergoyang-goyang terkenan ombak warnanya pun beraneka ragam, ada yang berwarna krem, biru, hijau juga ungu.  Ikan tersebut akan muncul disela-sela tanaman itu. Dan bila kami memperhatikannya, ikan-ikan itupun akan diam  memperhatikan kami juga, sungguh pemandangan yang luar biasa, berbeda dengan ikan lainnya yang hanya berenang kesana kemari melintas saja di depan kami.  Selain itu telinga kami juga akan mendengar suara gemericik coral-coral yang kami anggap sebagai life music under water. Bahkan di lokasi ini untuk melihat ikan badut (clown fish) tidak perlu jauh-jauh berenang menjauhi pantai, cukup berdiri di pasir pinggir pantai di Pulau Dua dan melihat ke bawah permukaan air laut masih bisa dilihat ikan badut, tidak perlu berenang, sambil duduk ataupun tengkurap di pasir pun bisa melihatnya.

Pemandangan under water ternyata sangat menakjubkan, untuk pertama kalinya saya melihatnya di pulau ini. Biota laut seperti kehidupan yang kita jumpai di daratan, ada tanaman dan ada hewan di dalamnya bahkan ada bentukan tanah kosong berpasir tanpa ada tanaman dan tanpa coral, yakni berupa cekungan yang luas dan dikelilingi oleh batu karang warna-warni, didalam cekungan tersebut banyak ditemui ikan ukuran besar, saya menyebut itu sebuah kolam atau danau di bawah laut.  Kami berenang mengelilingi danau tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Dari kejauhan lokasi itu tampak hijau bening dan dikelilingi warna biru gelap sehingga menarik perhatian kami untuk berenang mendekatinya karena lokasinya jauh dari pantai.  Hari itu kami habiskan waktu untuk bersnorkeling, puas rasanya bermain di laut untuk menikmati pemandangan under water hingga lewat tengah hari tanpa peduli terik matahari yang menyengat dan angin kencang.


Perjalanan ke Cagar Alam Sungai Bahewo
Video : Erni Suyanti Musabine


Pelajaran survival di laut
makan siput laut mentah
 
Ular laut Laticauda colubrina
berenang di lokasi snorkeling
Photo : Erni Suyanti Musabine
Hari berikutnya tanggal 18 November 2011, pagi itu saya bersama dengan 3 (tiga) orang teman laki-laki dan dua orang nelayan masih sempat membawa perahu ke perariran dekat Cagar Alam Sungai Bahewo.  Nelayan tersebut ingin mencari ikan dengan cara menyelam dan memanahnya, sedangkan kami berencana menghabiskan waktu untuk snorkeling di hari terakhir sebelum pulang kembali ke kota Bengkulu sore harinya. Kapal yang akan kami naiki pun sudah parkir di pelabuhan Kahyapu.   Badai angin tenggara sangat terasa, menyebabkan ombak tinggi dan arus sangat kuat di lokasi kami snorkeling.  Sampai lokasi mesin perahu dimatikan, satu persatu dari kami mulai turun ke laut.  Menyadari bahwa saya bukan orang yang pandai berenang, dengan melihat kondisi cuaca yang kurang bersahabat maka untuk snorkeling kali ini saya memerlukan bantuan sepatu katak untuk memperlancar berenang di arus yang kuat.  Seorang kawan saya yang pandai berenang pun nyaris tenggelam saat snorkeling dan akhirnya  minta pertolongan nelayan untuk membawanya ketempat yang aman.  Berenang tanpa sepatu katak akan membuat kami kehabisan tenaga melawan arus tersebut.  Mungkin ini juga ide gila dari kami melakukan snorkeling dan berenang pada saat masih ada badai di laut.  Dengan menggunakan kaki katak pun tidak banyak menolong, tenaga banyak terkuras melawan gelombang tinggi dan arus yang kuat, akhirnya saya naik perahu kembali agar tidak jauh terbawa arus ke arah hutan mangrove di CA Sungai Bahewo. Seorang teman mempunyai ide untuk mengikat salah satu kaki saya dengan tali panjang ke perahu, untuk mencegah hanyut terlalu jauh karena arus dan angin kencang.  Akhirnya saya pun kembali turun ke laut untuk snorkeling tanpa harus cemas terbawa arus laut.  Tak disangka, ternyata tidak hanya arus kuat dan angin kencang saja yang membuat kami merasa tidak nyaman snorkeling hari itu, tetapi tak jauh dari kami juga terlihat ular laut Laticauda colubrina yang berenang bersama kami.  Bahkan seorang teman tanpa sengaja telah menginjak dua ekor ular laut di bawah permukaan air di atas batu karang.  Setelah itu saya tidak berminat lagi snorkeling di perairan sekitar Cagar Alam Sungai Bahewo.  Tempat favorit saya untuk snorkeling saat ini tetap di lepas pantai antara Pulau Dua dan Pulau Merbau.  Snorkeling di saat sedang badai banyak menguras tenaga dan membuat kami merasa lapar.  Akhirnya kami pun makan siang diatas perahu dengan cara orang Enggano yakni makan ikan, kerang dan siput mentah-mentah yang langsung didapat dari hasil menyelam di laut. Hmm.....yummy :)  


Teluk Podipo - Enggano
Photo : Erni Suyanti Musabine
Pada tanggal 17 Juni 2012, saya bersama 7 orang teman laki-laki melakukan perjalanan mengelilingi Pulau Enggano dengan perahu kecil.  Di hari pertama, kami singgah di Teluk Podipo.  Saat itu sedang ada badai di laut, yang membuat perjalanan kami agak terhambat karena harus mencari rute yang aman untuk dilewati.  Ternyata benar apa yang dikatakan orang bahwa Teluk Podipo sangatlah indah, pohon bakau tertata rapi, pasir pantai yang putih bersih serta air laut yang bening berwana biru kehijauan.  Kawan saya bilang bahwa di Teluk Podipo kami mempunyai kolam renang alami yang airnya sangat jernih.  Dan memang saat perahu kami berlabuh disana saya melihat ada pantai yang arusnya tenang dan jernih dan sangat ideal sebagai tempat bermain dan berenang.  Tak jauh dari sana air laut tampak biru kehitaman, pasti dibawahnya terdapat pemandangan under water yang indah, warna hitam menunjukkan adanya coral dibawah sana.  Tak sabar saya segera ganti baju untuk snorkeling dan mengambil peralatan snorkeling dan bersama kawan-kawan menuju lokasi tersebut untuk snorkeling.  Tidak menemukan Clown Fish di lokasi itu, hanya banyak bertemu ikan kerapu dan ikan karang jenis lainnya.  Setelah puas bermain-main dan snorkeling disana serta mengambil dokumentasi tentang pemandangan bawah laut, kami melanjutkan perjalanan kembali mengelilingi Pulau Enggano dengan perahu.