" dalam blog ini saya ingin berbagi pengalaman dalam hal handling rusa tutul baik secara chemical restraint maupun physical restraint. Dari 24 ekor rusa tutul yang pernah saya tangani ternyata masing-masing individu memiliki respon yang beragam terhadap pembiusan (chemical restraint). "
Rusa Tutul (Axis axis) Photo : Erni Suyanti Musabine |
Penangkapan rusa tutul untuk tujuan pengobatan atau relokasi ataupun tujuan lainnya dapat dilakukan dengan kombinasi antara chemical restraint yakni dengan cara pembiusan dan dengan physical restraint (secara manual) dengan bantuan peralatan.
Chemical Immobilization
Obat-obatan yang biasa digunakan dalam handling rusa tutul beserta dosisnya seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini. Untuk chemical restraint digunakan obat-obatan kombinasi antara Ketamine HCl dengan Xylazine, mengingat obat-obatan ini yang mudah didapatkan dan umum digunakan. Penyuntikan dengan menggunakan blowdart (sumpit bius), dan untuk menyadarkan kembali menggunakan Yohimbine (Reversin) atau bisa juga menggunakan Atipamezole (Antisedan).
Obat-obatan yang biasa digunakan dalam handling rusa tutul beserta dosisnya seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini. Untuk chemical restraint digunakan obat-obatan kombinasi antara Ketamine HCl dengan Xylazine, mengingat obat-obatan ini yang mudah didapatkan dan umum digunakan. Penyuntikan dengan menggunakan blowdart (sumpit bius), dan untuk menyadarkan kembali menggunakan Yohimbine (Reversin) atau bisa juga menggunakan Atipamezole (Antisedan).
Chemical Immobilization
Video : Erni Suyanti Musabine
Video : Erni Suyanti Musabine
The Chemical Restraint of Deer (Axis axis)
|
Dosages
|
Reference
|
|||
Sedatives
|
Alpha-2 agonist
|
Xylazine
|
0.5mg/kg BW IM
|
||
4mg/kg BW IM
|
Handbook of Wildlife Chemical
Immobilizati-on. 1996. (Terry J. Kreeger)
|
||||
Alpha-2 antagonist
|
Yohimbine
|
1ml/40-50kg BW IV
or
0.125mg/
kg BW IV
|
|||
Atipamezole
|
0.1 of Xylazine IM/IV
|
||||
Benzodia-zepines
|
Diazepam
|
0.05-0.1mg/kg BW IM/IV
|
|||
Cyclohe-xylamines
|
Ketamine
|
5mg/kg BW IM
|
|||
4mg/kg BW IM
|
Handbook of Wildlife Chemical
Immobilizati-on. 1996. (Terry J. Kreeger)
|
||||
Ketamine (Supplemental drug)
|
1mg/kg BW IM
|
Handbook of Wildlife Chemical
Immobilizati-on. 1996. (Terry J. Kreeger)
|
|||
Zolazepam + Tiletamine (Zoletil)
|
2.6mg/kg BW IM
|
Handbook of Wildlife Chemical
Immobilizati-on. 1996. (Terry J. Kreeger)
|
|||
Other drugs
|
Stimulant
|
Doxapram
|
0.5-1mg/kg BW IV reply 5min needed
|
||
Epinephrine
|
0.01-0.02mg/kg BW IV
|
||||
Antibiotic
|
Amoxycillin LA
|
1ml/10kg BW IM/SC
|
|||
Penicillin Streptomycin LA
|
1ml/10kg BW IM
|
||||
Physical Restraint
Setelah rusa terbius, biasanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit setelah waktu pembiusan (masuknya obat bius ke dalam tubuh hewan) efek obat akan terlihat, yakni rusa jalan sempoyongan dan tampak rusa-rusa lainnya akan mendorongnya untuk dibangunkan karena rusa tersebut akan roboh, serta kemudian duduk (sternal recumbency) atau rebah (lateral recumbency). Peralatan yang digunakan dalam penangkapan rusa tutul adalah dengan net/ jaring dan tali serta penutup mata dan telinga.
Adverse Side dari Chemical Immobilization
Beberapa permasalahan efek samping dari pembiusan yang merugikan yang sering terjadi pada rusa tutul seperti dalam tabel berikut :
Adverse Side
|
Gejala Klinis
|
Therapy
|
Hypertermia
|
Suhu
tubuh lebih dari nilai normal ( >39°C )
|
Menghindari
pembiusan pada saat cuaca sangat panas, lebih baik dilakukan pada pagi atau
sore hari.
Rusa
ditempatkan di lokasi yang teduh.
Dapat
diatasi dengan penyemprotan air ke tubuh satwa atau irigasi air dingin dengan
menggunakan slang yang dimasukkan ke dalam anus
|
Hypotermia
|
Suhu
tubuh dibawah normal ( < 34°C )
|
Dapat
diatasi dengan kompres air hangat atau diberi selimut
|
Torticolis
|
Leher
menekuk kebelakang
|
Desain
kandang harus sesuai dengan ukuran tubuh satwa sehingga rusa tidak mudah
berbalik arah kebelakang. Hindari
stress selama hewan terimmobilisasi karena akan memicu rusa jadi banyak
bergerak dan mempermudah kepala menekuk kebelakang, dan bila tidak direposisi akan mengakibatkan sulit kembali ke posisi normal.
|
Seizure
|
Kejang-kejang
|
Seizure
bisa memicu terjadinya hypertermia.
Hindari membuat kandang angkut yang terlalu luas bagi satwa karena
akan membuat satwa banyak bergerak dan berpindah tempat saat kejang. Bisa diredakan dengan penyuntikan Diazepam
|
Bloat
|
Perut
di bagian daerah legok lapar bila dipukul akan terasa memantul karena adanya
akumulasi gas
|
Efek
samping menggunakan Xylazine dapat memicu terjadinya bloat pada satwa ruminansia.
Penanganannya rusa sebaiknya direbahkan (lateral recumbency) dengan sisi kanan
(dextra) dibagian bawah dan sisi kiri (sinistra) di bagian atas, untuk
mempermudah dilakukannya trocar bila terjadi kembung yang serius. Bisa juga diberi antibloat.
|
Depresi
nafas
|
Frekuensi
nafas < 10X per menit bahkan bisa sampai 2-4X per menit
|
Bila
terjadi depresi nafas maka perlu segera diberi antidote untuk dibangunkan
kembali, yakni Yohimbine atau Atipamezole.
Dan bisa juga menggunakan stimulan yakni Doxapram bila terjadi henti nafas.
|
Shock
|
Detak
jantung kencang (tachycardia), terjadi gangguan irama jantung, kaki bila
diraba terasa dingin, rusa tampak lemah hanya duduk atau rebah. Bisa disebabkan karena hypovolemia. Penyebab paling sering adalah dehidrasi dan pendarahan. Mukosa pucat atau kebiruan.
|
Fluid
therapy terutama dengan menggunakan cairan Ringer’s Lactate, dan NaCl. Fluid therapy harus diberikan secara intra venous, karena pemberian secara sub cutaneus tidak akan berguna. Posisi kaki ditinggikan, bebaskan hambatan
pada jalan nafas, pemberian oksigen, atau pemberian obat-obatan dengan
Adrenalin/ korticosteroid dan dopamine/
dobuject.
|
Stress
|
Banyak
bergerak, menyebabkan posisi terbalik, kepala dibawah atau punggung dibawah
dan akan terlihat lebih tenang bila kandang ditutup
|
Hindari
faktor penyebab stress pada hewan, tidak dikejar-kejar saat penangkapan, tidak berisik, tidak banyak orang
berkerumun disekitar kandang angkut, dan menutup kandang/ mata satwa agar tidak
bisa melihat sekitarnya, tetap menjaga suasana sekitar dalam kondisi tenang saat penanganan rusa
|
Traumatis
|
Luka karena menabrak/ berbenturan dengan
kandang karena banyak bergerak. Bahkan bisa terjadi fracture
|
Desain
kandang angkut harus sesuai sehingga tidak menimbulkan cidera pada rusa. Dilakukan pengobatan luka serta penyuntikan
antibiotik long acting, hal ini juga sekaligus untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder pada bekas suntikan sumpit bius. Bila terjadi
fracture dilakukan reposisi tergantung tipe fracture dan kondisinya.
|
Note :
- Selama rusa tutul terimmobilisasi perlu dilakukan monitoring frekuensi respirasi, denyut jantung dan pulsus serta temperature tubuh per 5-10 menit sekali serta pemeriksaan tekanan darah bila memungkinkan.
- Rusa tutul mudah sekali mengalami stress jadi sebaiknya meminimalkan faktor-faktor yang memicu stress pada saat sebelum pembiusan, selama pembiusan dan setelah pelepasan kembali.
- Bila rusa tutul sudah tampak stress sebelum dilakukan pembiusan, lebih baik ditunda melakukan pembiusan karena obat bius yang akan diberikan tidak akan menunjukkan hasil maksimal.
- Banyak efek samping yang merugikan yang menyertai pembiusan pada rusa tutul maka perlu dipersiapkan obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan sehingga pada saat terjadi akan cepat bisa diatasi, karena bila tidak ditangani bisa menimbulkan kematian.
" The best way to handle anaesthetic emergencies is
to predict the next problem and be ready before it happens "
to predict the next problem and be ready before it happens "
Sangat bermanfaat dan bisa jadi referensi
BalasHapus