Cara racun masuk ke dalam tubuh
Berdasarkan kecepatan kerjanya, racun dapat menimbulkan efek samping pada tubuh sebagai berikut (mulai dari yang paling cepat ke yang paling lambat) :
inhalasi - injeksi - per oral - per rektal atau per vaginal - kulit
Gajah liar yang ditemukan mati karena keracunan pupuk Urea dan NPK di Perkebunan sawit PT ISA - Jambi, Tanggal 3 Maret 2007 |
Bahan yang terdapat di rumah tangga
|
1. Desinfektan
2. Detergen
3. Insektisida
|
Bahan pertanian dan perkebunan
|
1. Pestisida
2. Herbisida
|
Bahan medis
|
1. Hipnotika
2. Sedativa
3. Tranquillizer
4. Anti-depressan
5. Analgetika
6. Narkotika
7. Antibiotika
|
Bahan industri dan laboratorium
|
1. Asam dan basa
kuat
2. Logam berat
|
Bahan yang terdapat di alam bebas
|
1. Opium
2. Ganja
3. Cocain
4. Amygdala
(Sianida dalam tumbuhan)
5. Racun Jamur
6. Racun pada
hewan berbisa
|
Gajah liar yang ditemukan mati karena keracunan pupuk di Perkebunan sawit PT. Sapta Buana, Bengkulu Utara Tanggal 3 Maret 2011 |
Racun yang bekerja
secara lokal
|
Zat-zat korosif
|
1. Lisol
2. Asam kuat
3. Basa kuat
|
Bersifat irritant
|
1. Arsen
2. HgCl2
|
|
Bersifat anestetik
|
1. Kokain
2. Asam karbol
|
|
Racun yang bekerja
secara sistemik
|
Berpengaruh
terhadap susunan saraf pusat
|
1. Narkotika
2. Barbiturat
3. Alkohol
|
Berpengaruh
terhadap jantung
|
1. Digitalis
2. Asam oksalat
|
|
Berpengaruh
terhadap sistem enzim pernafasan dalam sel
|
1. Karbon monoksida
2. Sianida
|
|
Berpengaruh
terhadap hati
|
Insektisda
1. Chlorinated hydro carbon
2. Phospor organik
|
|
Berpengaruh
terhadap medulla spinalis
|
1. Strichnine
|
|
Berpengaruh
terhadap ginjal
|
2. Cantharides
3. HgCl2
|
|
Racun yang bekerja
secara lokal dan sistemik
|
1. Asam oksalat
2. Asam karbol
3. Arsen
4. Garam Pb
|
Pemeriksaan nekropsi gajah liar yang mati karena keracunan pupuk di perkebunan sawit PT. ISA - Jambi, Tanggal 3 Maret 2007 |
Diagnosa pada Korban Keracunan
Kriteria diagnostik pada kasus keracunan adalah :
- Anamnesa adanya kontak antara korban dengan racun.
- Adanya gejala (tanda-tanda klinis) keracunan sesuai dengan gejala dari jenis racun yang diduga.
- Hasil nekropsi (bedah bangkai) menunjukkan kelainan yang sesuai dengan jenis racun yang diduga, dan tidak ditemukan adanya penyebab kematian lainnya.
- Hasil pemeriksaan laboratorium (analisa kimia atau pemeriksaan toxicology) harus dapat dibuktikan adanya racun dalam tubuh atau cairan tubuh korban secara sistemik.
Dalam melakukan pemeriksaan korban keracunan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Gajah liar yang keracunan tanaman beracun yang mengandung Phorbol ester di perkebunan sawit - Kab. Muko Muko Bengkulu, tahun 2006 |
Mengumpulkan informasi mengenai korban dari orang-orang yang mengetahui kejadian tersebut.
Kelainan atau perubahan yang terjadi pada korban keracunan
Rapid poisoning
death
|
Kongesti organ
dalam
|
|
Edema paru, otak
dan ginjal
|
||
Tanda-tanda korosif
|
Bila penyebabnya
racun korosif
|
|
Bau yang khas dari
hidung dan mulut
|
Bila penyebabnya
racun dari sianida, insektisida dan alkohol atau racun yang punya bau yang
khas
|
|
Lebam bangkai yang
khas, merah terang, cherry red, merah coklat
|
Bila racunnya
menyebabkan perubahan pada warna darah maka warna lebam bangkai pun mengalami
perubahan
|
|
Delayed poisoning
death
|
Terdapat kelainan
yang khas untuk tiap jenis racun
|
|
Pigmentasi,
hiperkeratosis, rontoknya rambut
|
Keracunan arsen
|
|
Perlunakan pada
globus pallidus, perdarahan berbintik pada substantia alba, perdarahan pada
mm. Papillares, adanya ring haemorrhages pada otak
|
Keracunan
karbon-monoksida
|
|
Cirrhosis hepatis,
perdarahan pada saluran pencernaan
|
Keracunan alkohol
|
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan lebam pada bangkai
- Warna merah terang : bila keracunan sianida atau terkena benda yang bersuhu rendah (es)
- Warna cheery red : bila keracunan karbon-monoksida.
- Warna coklat kebiruan (slaty) : bila keracunan anilin, nitrobenzena, kina, potassium-chlorate dan acetanilide.
- Warna kulit menjadi hitam : bila keracunan yodium.
- Warna kulit menjadi kuning : bila keracunan nitrat.
- Luka bakar berwarna merah coklat : bila keracunan zat-zat korosif.
- Distribusi memberi informasi tentang cara kematian (bercak tidak beraturan, bercak beraturan atau tidak khas).
(dengan cara menekan dinding dada dan dekatkan hidung pemeriksa pada mulut dan hidung korban untuk mengetahui bau yang keluar)
- Berbau amandel : bila keracunan sianida.
- Berbau khas dan mudah dikenali : bila keracunan alkohol, insektisida, eter dan asam karbol.
- Kulit menjadi kuning : bila keracunan fosfor, tembaga dan keracunan chlorinated hydrocarbon insecticide.
a. Rongga Tengkorak
Perhatikan bau yang keluar, warna jaringan otak (cherry red pada keracunan CO), menjadi lebih coklat pada keracunan zat yang menyebabkan terjadinya met-Hb.
Perhatikan bau yang keluar, warna jaringan otak (cherry red pada keracunan CO), menjadi lebih coklat pada keracunan zat yang menyebabkan terjadinya met-Hb.
b. Rongga Dada
Perhatikan warna dan bau yang keluar, pada keracunan zat yang mengakibatkan terjadinya hemolisi seperti bisa ular, pyrogallol, hydroquinone atau arsine, darah dan organ menjadi coklat kemerahan dan gelap, pada keracunan zat yang mengganggu trombosit akan tampak adanya pendarahan pada otot-otot.
Rongga dada & rongga perut Harimau sumatera yang ditemukan mati karena keracunan pestisida di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat. Jambi, tanggal 9 April 2013 |
Lambung gajah liar yang mati karena keracunan di perkebunan sawit PT. ISA - Jambi, tgl 3 Maret 2007 |
Bila masuknya racun per oral (melalui mulut) maka kelainan terutama terdapat pada lambung, selain juga perlu memperhatikan bau yang keluar serta perubahan warna dari jaringan tubuh.
Adapun kelainan pada lambung sebagai berikut :
Hiperemi
Sering dijumpai
pada daerah curvatura mayor
|
Keracunan zat
korosif
|
Perlunakan
Dijumpai pada
daerah curvatura mayor dan perlu dibedakan dengan perlunakan akibat proses
pembusukan
|
Keracunan zat
korosif alkalis
|
Ulserasi
Ulkus tampak rapuh,
tipis dan dikelilingi tanda peradangan
|
Keracunan zat korosif
|
Perforasi
Perlu dibedakan
dengan tanda proses pembusukan
|
Keracunan asam
sulfat pekat
|
Mukosa lambung
mengkerut, warna coklat atau hitam
|
Keracunan zat
korosif an-organik bersifat asam (asam sulfat, asam khlorida, asam nitrat
|
Mukosa seperti
kering dan hangus terbakar
|
|
Mukosa lambung
lunak, sembab dan basah, warna merah atau coklat
|
Keracunan zat
korosif an-organik bersifat basa
(natrium
hydroksida, kalium hydroksida, garam-garam karbonat dan ammonia
|
Diraba seperti
sabun (karena terjadi proses penyabunan)
|
|
Tampak
pseudomembran warna abu-abu kebiruan atau abu-abu kekuningan akibat
terjadinya penetrasi dan koagulasi protein sel dan penetrasi ke lapisan yang
lebih dalam sehingga terjadi nekrose. Pseudomembran terbentuk dari
jaringan-jaringan yang nekrotik
|
Keracunan zat
korosif golongan fenol (asam karbol, lisol, kresol)
|
Mengakibatkan
membran mukosa menjadi mengkerut, mengeras dan berwarna kelabu
|
Keracunan zat
korosif formaldehid
|
Racun yang
berbentuk gas akan ditemukan kelainan pada saluran pernafasan (sembab,
hiperemi, tanda-tanda iritasi dan kongesti)
|
|
Racun yang bekerja
pada saraf pusat akan ditemukan kelainan / tanda-tanda asfiksia dan disertai
ciri khusus dari racun itu sendiri, yakni :
Racun strychnine :
tubuh korban melengkung, opistotonus, emperosthotonus atau pleurosthotonus
|
Keracunan karena beberapa jenis zat yang mengakibatkan perubahan warna urine
Urine warna merah – kuning kecoklatan
|
Keracunan asam pikrat
|
Urine warna merah anggur
|
Keracunan sulfat kronis dan barbital
|
Urine warna hijau kecoklatan dan hijau gelap
|
Keracuna fenpl atau salisilat
|
Urine warna merah coklat atau coklat kehitaman
|
Keracunan yang mengakibatkan terbentuknya met-Hb
|
Cara pengambilan sampel pada satwa liar yang mati karena keracunan
Pada prinsipnya pengambilan sampel pada kasus yang diduga keracunan adalah dengan mengambil sampel sebanyak-banyaknya setelah kita sisihkan sebagai cadangan untuk pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan nekropsi harimau sumatera di Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi, tanggal 11 April 2013 |
Pemeriksaan nekropsi macan dahan di BKSDA Bengkulu, 19 Juli 2012 |
Secara umum sampel yang diambil adalah
- Lambung dengan isinya.
- Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada usus setiap jarak sekitar 60 cm.
- Darah yang berasal dari jantung dan yang berasal dari perifer (vena jugularis, arteri femoralis dan lain-lain), sebanyak 50 ml dan dibagi dua, yang satu diberi bahan pengawet NaF 1% dan satunya tidak diberi bahan pengawet.
- Hati sebagai tempat detoksifikasi racun, diambil sebanyak 500 gr.
- Ginjal diambil dua-duanya, terutama pada kasus keracunan logam berat dan urine tidak tersedia.
- otak diambil sebanyak 500 gr khusus untuk keracunan khlorofom dan keracunan sianida. Hal ini karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan untuk merentensi racun, walaupun telah mengalami pembusukan.
- Urine diambil seluruhnya, penting karena pada umumnya racun diekskresikan melalui urine, khususnya untuk test penyaring pada keracunan narkotika, alkohol dan stimulan.
- Empedu, fungsinya seperti urine, diambil karena merupakan tempat ekskresi berbagai racun terutama narkotika.
Dan ada lagi cara pengambilan sampel yang direkomenadsikan untuk pemeriksaan toksin / residu / pestisida, sebagai berikut :
- Ambil isi lambung dan sisa-sisa makanan yang dicurigai.
- Ambil sampel organ hati dan ginjal.
- Jangan diberi pengawet dan dinginkan.
- Dapat juga diambil sampel darah dari pembuluh darah telinga dan lainnya bila satwa liar belum mati atau dari jantung bila satwa telah mati.
Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat minimal 2x volume sampel. Bahan pengawet yang dianjurkan sebagai berikut :
(Alkohol dan larutan garam jenuh untuk sampel padat atau organ, sedangkan NaF 1% dan campuran NaF dengan Na sitrat untuk sampel cair, sedangkan Na benzoat dan phenyl mercuric nitrate khusus untuk pengawet urine)- Alkohol absolut.
- Larutan garam jenuh (untuk daerah di Indonesia paling ideal)
- Natrium fluoride 1%.
- Natrium fluoride + natrium sitrat (75 mg + 50 mg untuk setiap 10 ml sampel.
- Natrium benzoat dan phenyl mercuric nitrate.
Note :
Tiap sampel ditaruh pada kemasan yang terpisah.
Penyegelan dilakukan oleh penyidik dan dokter hewan sebagai saksi.
Permintaan pemeriksaan dibuat oleh penyidik dan dokter hewan menyertakan laporan singkat serta racun yang diduga sebagai penyebab kematian.
Setiap pengiriman sampel harus disertai dengan pengiriman contoh bahan pengawet untuk kontrol.
Dokter hewan bertugas dalam pengambilan sampel dan memasukkan ke dalam masing-masing kemasan.
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toxicology dilakukan sebelum bangkai diawetkan.
Bila korban masih hidup maka alkohol tidak direkomendasikan sebagai desinfektan sewaktu dokter hewan melakukan pengambilan sampel darah, sebagai penggantinya dapat menggunakan sublimat 1: 1000 atau mercury-chloride 1%.
Tiap sampel ditaruh pada kemasan yang terpisah.
Penyegelan dilakukan oleh penyidik dan dokter hewan sebagai saksi.
Permintaan pemeriksaan dibuat oleh penyidik dan dokter hewan menyertakan laporan singkat serta racun yang diduga sebagai penyebab kematian.
Setiap pengiriman sampel harus disertai dengan pengiriman contoh bahan pengawet untuk kontrol.
Dokter hewan bertugas dalam pengambilan sampel dan memasukkan ke dalam masing-masing kemasan.
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toxicology dilakukan sebelum bangkai diawetkan.
Bila korban masih hidup maka alkohol tidak direkomendasikan sebagai desinfektan sewaktu dokter hewan melakukan pengambilan sampel darah, sebagai penggantinya dapat menggunakan sublimat 1: 1000 atau mercury-chloride 1%.
Referensi :
Kedokteran Forensik edisi pertama oleh dr. Abdul Mun'im Idries
Pedoman pengambilan sampel oleh Balai Besar Penelitian Veteriner
Anatomiahumana.ucv.cl
Pedoman pengambilan sampel oleh Balai Besar Penelitian Veteriner
Anatomiahumana.ucv.cl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar