Catatan Perjalanan
Rabu, 2 April 2014
Sudah tiga hari kondisi saya lemah karena Hypotensi (tekanan darah rendah). Kondisi seperti ini seringkali membuat saya khawatir untuk bepergian atau perjalanan jauh, karena tekanan darah yang terlalu rendah bisa membuat saya tiba-tiba terjatuh dan pingsan. Untuk kembali pulang ke Bengkulu saya memilih penerbangan pagi pukul 7.20 WIB. Setelah check in di bandara Soekarno Hatta, tubuh saya terasa sangat lemah dan tak bertenaga serta telah berkeringat dingin, pucat dan gemetaran, saya berpikir untuk membatalkan perjalanan ke Bengkulu dan kembali pulang. Dalam keragu-raguan tersebut akhirnya saya tetap melanjutkan perjalanan dan berhasil sampai kedalam pesawat tanpa menghadapai masalah. Setelah landing di bandara Fatmawati Bengkulu, kembali muncul kekhawatiran apakah saya sanggup berjalan sampai pintu kedatangan. Setelah minta bantuan jasa porter dan sopir taxi akhirnya saya bisa pulang kembali ke rumah tanpa hambatan. Hari itu saya berniat untuk kembali istirahat tanpa memikirkan pekerjaan apapun sampai kondisi sehat kembali. Belum sempat beristirahat tiba-tiba handphone saya berdering, seseorang di BKSDA Bengkulu menghubungi saya dan mengabarkan bahwa ada harimau terjerat dan perlu cepat dievakuasi. Setelah itu beberapa teman kerja dan beberapa pejabat di BKSDA Bengkulu menghubungi saya untuk memberi informasi yang sama. Batal beristirahat, saya langsung menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk rescue harimau dan menunggu dijemput karena saya tidak sanggup pergi sendiri ke kantor BKSDA karena tubuh masih terasa lemah.
Seekor Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terjerat pemburu di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Kamis, 3 April 2014. Photo : Erni Suyanti Musabine |
Sekitar pukul 10 malam kami baru sampai di perbatasan antara Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur. Sepanjang jalan diiringi hujan deras. Malam itu kami memutuskan untuk menumpang menginap di mess karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya yang berada di Sulau. Malam itu tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan karena hujan deras, kondisi jalan buruk, tanah merah berlumpur yang tepinya bukit dan jurang ciri khas jalan di pedalaman Sumatera.
Saya mencoba mencari informasi dari karyawan dan salah satu pimpinan perusahaan perkebunan sawit PT. Dinamika Selaras Jaya yang ada di mess tersebut untuk mengetahui kronologis harimau yang terjerat di sekitar lokasi mereka. Sebelumnya dalam perjalanan saya sudah mendapat informasi awal bahwa ada harimau lain yang menunggu harimau terjerat tersebut. Membuat saya sepanjang perjalanan berpikir keras bagaimana cara yang aman membius harimau terjerat bila ada harimau lain didekatnya. Lagi-lagi saya mendapatkan informasi terbaru yang mengejutkan bahwa kayu pengikat jerat harimau telah patah dan harimau telah berjalan-jalan dan berpindah tempat. Saya demam lagi dan batuk malam itu sehingga tidur lebih dulu sedangkan lainnya masih berbincang-bincang di teras rumah. Karena perempuan sendiri saya mendapat fasilitas untuk tidur di dalam kamar sedangkan lainnya tidur di ruang tamu. Saat memejamkan mata saya pun masih memikirkan bagaimana cara yang aman untuk membius harimau yang jeratnya sudah terlepas dari kayu pancang dan harimau lainnya ada di dekatnya, sedangkan saya tidak membawa senapan bius, yang kami bawa hanyalah sumpit bius.
Kamis, 3 April 2014
Pagi itu setelah selesai memeriksa peralatan dan obat-obatan serta membuat daftar dosis obat-obatan yang akan digunakan untuk rescue harimau, kami segera berangkat menuju mess karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya Divisi 1 yang ada di lokasi perkebunan sawit dan lokasinya terdekat dari lokasi harimau terjerat. Disana ada tim Tata Batas HGU dari Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu yang menemukan harimau terjerat tersebut serta polisi kehutanan Seksi Wilayah II KSDA Bengkulu yang ditugaskan untuk mengamankan lokasi harimau sebelum kami datang. Sejauh mata memandang terlihat perkebunan sawit masyarakat dan perusahaan, juga masih terlihat daerah yang masih berhutan. Menurut keterangan mereka bahwa masih sering terlihat juga harimau berkeliaran di areal HGU perusahaan sawit tersebut. Saya sibuk mengamati sekitar di sepanjang perjalanan, tampak perbukitan terjal yang telah gundul dan telah diganti dengan tanaman sawit yang baru tanam. Juga tampak jurang yang dalam disisi lainnya dari jalan yang kami lalui yang berliku-liku dan naik turun. Akhirnya sekitar pukul 9 pagi kami sampai di mess karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya yang termasuk wilayah administratif Desa Beriang Tinggi, Kecamatan Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Saya pun berusaha mencari informasi dari orang-orang yang menemukan harimau terjerat itu serta mencari perkembangan informasi terkini tentang kondisi harimau. Dan saya mendapat informasi bahwa harimau sudah berpindah tempat dan masuk ke semak belukar dan tak terlihat lagi, sambil melihat photo dan video yang mereka rekam di handphone tentang kondisi sekitar harimau terjerat. Lokasinya telah berubah dengan sehari sebelumnya yang masih terjerat di pinggir jalan. Lagi-lagi membuat saya berpikir untuk kesekian kalinya bagaimana mencari harimau tersebut dengan aman dan bisa membiusnya bila dia berada di belukar yang lebat dan tak terlihat. Sejak harimau sudah berjalan-jalan karena kayu pengikat jeratnya patah, mereka belum berani memeriksa kondisi harimau, mereka memilih menunggu kami datang.
Tim rescue harimau dari BKSDA Bengkulu yang diturunkan ke lokasi hanya 5 orang termasuk saya sendiri, dua orang polhut dan dua orang PEH, dan ditambah dua orang polisi kehutanan (polhut) dari resort setempat untuk survey dan mengamankan lokasi harimau terjerat. PT. Dinamika Selaras Jaya juga menurunkan dua orang Brimob yang bekerja di perusahaan tersebut serta beberapa karyawannya untuk membantu rescue harimau. Selain itu tim Tata Batas Dinas Kehutanan juga turut serta ke lokasi, juga wartawan setempat. Dengan banyaknya orang yang ingin ikut serta dalam rescue harimau bagi saya pribadi ini justru bisa menimbulkan permasalahan baru saat rescue, maka saya mengajak mereka untuk briefing terlebih dahulu sebelum berangkat ke lokasi kejadian, mengingat kami sebagai tim rescue tidak hanya punya tanggung jawab menjaga keselamatan harimau tetapi juga menjaga keselamatan tim. Saya sendiri yang memimpin briefing dan menentukan tugas masing-masing orang. Saya ambil alih koordinasi daripada saya nantinya kesulitan saat melakukan rescue karena banyaknya orang yang ikut serta. Saya tentukan bahwa yang bisa mendekat ke lokasi harimau hanyalah 5 orang, yakni saya sendiri sebagai petugas yang akan melakukan pembiusan dan seorang anggota tim rescue BKSDA yang membantu saya dan membantu dokumentasi kegiatan, seorang polisi kehutanan yang bersenjata yang akan bertugas mengamankan kami bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan dua orang karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya sebagai sopir John Deere dan penunjuk lokasi harimau terakhir kali ditemukan. Sedangkan lainnya tidak diperbolehkan ikut ke lokasi selama proses pembiusan dan harus menunggu di tempat yang telah ditentukan, yang tak terlihat dari lokasi harimau dan baru bisa mendekat setelah saya menyatakan bahwa harimau telah benar-benar terbius dan aman untuk didekati. Sedangkan petugas bersenjata lainnya baik dari polisi kehutanan maupun Brimob diminta untuk mengamankan orang-orang yang ikut serta dalam rescue ini bila harimau lainnya masih di sekitar lokasi kejadian. Saya membutuhkan alat berat John Deere, tidak hanya sebagai alat untuk mengangkut kandang angkut tetapi juga bisa kami pakai untuk mengamankan diri, sebagai pelindung bila harimau meloncat ke arah kami saat akan melakukan pembiusan, mengingat tidak ada pohon besar untuk bersembunyi menurut keterangan orang-orang yang tahu kondisi lokasi kejadian.
Kami pun berangkat, ada yang naik John Deere dan ada yang mengendarai trail. Mendekati lokasi semua orang dilarang bicara dan berisik, suasana harus tetap tenang. Bahkan saya meminta orang-orang untuk mematikan HP. Sambil John Deere berjalan pelan, kami berlima memeriksa kiri kanan jalan yang kami lalui, semak belukar terlalu lebat sehingga kesulitan mencari keberadaan harimau. Dipinggir jalan akhirnya kami menemukan kayu bekas pengikat jerat yang telah patah dan tergeletak di pinggir jalan di tepi hutan, namun tak terlihat ada kawat sling disana, berarti sling masih terikat di kaki harimau tersebut dan dibawa berjalan-jalan. Kami meminta John Deere mendekati kayu tersebut dan berhenti di tempat itu, namun sepertinya sopirnya ketakutan dan bilang, "Bu, Bapak yang bersenjata tadi ada dimana ?" "Tenang aja, pak. Dia ada dibelakang kita", saya berusaha untuk menenangkannya. Kami mencium bau harimau di sekitar sana namun harimaunya tak terlihat. Penunjuk jalan kami akhirnya melihatnya dan bilang, "Itu bangkainya, dia sudah mati", sambil menunjuk semak-semak di sebelah kanan kami. Membuat saya dan polhut turun mendekat dan mengamati dibalik semak belukar, kami melihat loreng harimau pada tubuh bagian belakang dan ekornya, kepalanya tak terlihat, dia tidak bergerak serta tercium bau bangkai yang membusuk, juga terlihat sudah banyak lalat disana. Kami masih berpikir, harimau itu sudah mati atau sedang tidur karena diam dan tak ada bagian tubuhnya yang bergerak ?! Tiba-tiba merasa lega setelah melihat ekornya bergerak, tak lama kemudian diikuti suara raungan keras dan loncatan ke arah kami, membuat kami langsung spontan menghindar dan naik keatas John Deere, diikuti loncatan-loncatan harimau berikutnya karena melihat kehadiran kami. Dari situ kami mengetahui kemampuan dia menyerang sejauh mana, sepertinya jerat di kakinya tersangkut, karena bila tidak maka loncatannya akan mencapai lokasi kami berada. Beberapa kali meloncat ke arah kami membuat jerat sling di kakinya jangkauannya semakin pendek karena membelit disana sini. Itu waktu yang tepat untuk melakukan sumpit bius. Setelah mengamati kondisinya dan melakukan estimasi berat badan, saya segera menyiapkan obat bius di atas John Deere dan turun lagi guna melakukan pembiusan dengan seorang teman. Setiap akan melakukan pembiusan saya juga mempersiapkan bius cadangan yang akan digunakan bila pembiusan pertama tidak tepat sasaran. Lokasi yang rimbun dengan belukar dan harimau yang waspada dan terus melihat kearah kami jelas mempersulit pembiusan. Mencari alternatif untuk bisa melakukan pembiusan dari sisi belakang harimau tetapi sulit untuk dilakukan karena belakang harimau adalah jurang yang dalam dan tidak bisa dilewati, pembiusan hanya bisa dilakukan dari depan atau samping kiri harimau, namun terhalang belukar. Akhirnya memakai strategi lama, yakni satu orang dijadikan umpan untuk menarik perhatian harimau dan membuat harimau berpindah posisi yang bisa terlihat dengan jelas, dan akhirnya baru berhasil disumpit bius. Karena blowsyringe yang saya miliki hanya berkapasitas 3ml maka sumpit bius dilakukan dua kali. Sulit untuk bisa melihat apakah obat bius masuk dengan sempurna apa tidak. Setelah menunggu selama kurang lebih 15 menit harimau sudah tidak meraung-raung lagi, dan mulai tenang, untuk mengamati pupil matanya saya menggunakan zoom camera saya, karena memang tidak membawa binocular/ teropong, terlihat harimau sudah mulai mengantuk dan menjatuhkan kepalanya.
Tiba-tiba orang-orang dari tim lainnya yang saya minta untuk menunggu malah datang ke lokasi untuk memotret harimau tersebut, tentu itu mengganggu pekerjaan saya karena saat harimau belum terbius sempurna mereka datang, akhirnya saya meminta polhut untuk mengarahkan mereka agar menjauh dan tidak berisik, namun masih ada juga yang bandel dan tidak mau diatur, hanya karena ingin memotret harimau dari dekat tapi tidak mau mengikuti prosedur. Ya begitulah tantangan bekerja di lapangan dengan menghadapi banyak orang. Suara berisik dan banyak orang di sekitarnya bisa membuat harimau stress dan sulit tertidur/ terbius. Untuk itu butuh suara tenang disekitarnya selama proses pembiusan dan saat membangunkannya kembali.
Setelah memastikan bahwa harimau telah terbius akhirnya saya mendekati harimau, menutup telinga dan matanya, kepalanya masih bergerak saat itu. Saya periksa syringe bius satu persatu, ternyata hanya satu syringe yang masuk sempurna lainnya obat tidak masuk. Pada saat itu orang-orang mendekati harimau dan saya berteriak, "jangan mendekat dulu, obat bius belum masuk semua". Spontan orang-orang pada menjauh kembali. Dosis sisanya saya suntikan handinject. Setelah polhut memutus tali sling kemudian harimau diangkat dan diletakkan di tempat yang teduh untuk diberikan pengobatan sementara, yakni pembersihan luka bekas jerat, pemberian antiseptik dan salep antibiotik, terapi cairan, pengobatan berupa injeksi antibiotik, antiinflamasi dan analgesik serta pemberian anti parasit karena ektoparasitnya banyak sekali. Selain itu juga dilakukan monitoring vital sign, yakni monitoring temperatur tubuh, detak jantung dan pulsus serta frekuensi nafas per 5-10 menit secara rutin. Selain itu juga dilakukan morfometri dan pemeriksaan fisik. Baru setelah akan bangun kembali baru kami masukkan kedalam kandang angkut.
Setiap evakuasi harimau, saya lebih memilih memegang bagian kepala, karena bila orang lain yang mengangkatnya, saat harimau mengangkat kepalanya menjelang sadar kembali kadang membuat orang takut dan menjatuhkannya. Tidak hanya itu, dengan memegang bagian kepala saya juga bisa mengawasi bila ada orang-orang usil yang ingin mencabut kumis harimau. Seperti saat itu, ada orang yang ikut memegang bagian kepala tiba-tiba mencabut kumis harimau, tentu membuat saya marah dan membentaknya.
Kamis, 3 April 2014
Pagi itu setelah selesai memeriksa peralatan dan obat-obatan serta membuat daftar dosis obat-obatan yang akan digunakan untuk rescue harimau, kami segera berangkat menuju mess karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya Divisi 1 yang ada di lokasi perkebunan sawit dan lokasinya terdekat dari lokasi harimau terjerat. Disana ada tim Tata Batas HGU dari Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu yang menemukan harimau terjerat tersebut serta polisi kehutanan Seksi Wilayah II KSDA Bengkulu yang ditugaskan untuk mengamankan lokasi harimau sebelum kami datang. Sejauh mata memandang terlihat perkebunan sawit masyarakat dan perusahaan, juga masih terlihat daerah yang masih berhutan. Menurut keterangan mereka bahwa masih sering terlihat juga harimau berkeliaran di areal HGU perusahaan sawit tersebut. Saya sibuk mengamati sekitar di sepanjang perjalanan, tampak perbukitan terjal yang telah gundul dan telah diganti dengan tanaman sawit yang baru tanam. Juga tampak jurang yang dalam disisi lainnya dari jalan yang kami lalui yang berliku-liku dan naik turun. Akhirnya sekitar pukul 9 pagi kami sampai di mess karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya yang termasuk wilayah administratif Desa Beriang Tinggi, Kecamatan Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Saya pun berusaha mencari informasi dari orang-orang yang menemukan harimau terjerat itu serta mencari perkembangan informasi terkini tentang kondisi harimau. Dan saya mendapat informasi bahwa harimau sudah berpindah tempat dan masuk ke semak belukar dan tak terlihat lagi, sambil melihat photo dan video yang mereka rekam di handphone tentang kondisi sekitar harimau terjerat. Lokasinya telah berubah dengan sehari sebelumnya yang masih terjerat di pinggir jalan. Lagi-lagi membuat saya berpikir untuk kesekian kalinya bagaimana mencari harimau tersebut dengan aman dan bisa membiusnya bila dia berada di belukar yang lebat dan tak terlihat. Sejak harimau sudah berjalan-jalan karena kayu pengikat jeratnya patah, mereka belum berani memeriksa kondisi harimau, mereka memilih menunggu kami datang.
Tim rescue harimau dari BKSDA Bengkulu yang diturunkan ke lokasi hanya 5 orang termasuk saya sendiri, dua orang polhut dan dua orang PEH, dan ditambah dua orang polisi kehutanan (polhut) dari resort setempat untuk survey dan mengamankan lokasi harimau terjerat. PT. Dinamika Selaras Jaya juga menurunkan dua orang Brimob yang bekerja di perusahaan tersebut serta beberapa karyawannya untuk membantu rescue harimau. Selain itu tim Tata Batas Dinas Kehutanan juga turut serta ke lokasi, juga wartawan setempat. Dengan banyaknya orang yang ingin ikut serta dalam rescue harimau bagi saya pribadi ini justru bisa menimbulkan permasalahan baru saat rescue, maka saya mengajak mereka untuk briefing terlebih dahulu sebelum berangkat ke lokasi kejadian, mengingat kami sebagai tim rescue tidak hanya punya tanggung jawab menjaga keselamatan harimau tetapi juga menjaga keselamatan tim. Saya sendiri yang memimpin briefing dan menentukan tugas masing-masing orang. Saya ambil alih koordinasi daripada saya nantinya kesulitan saat melakukan rescue karena banyaknya orang yang ikut serta. Saya tentukan bahwa yang bisa mendekat ke lokasi harimau hanyalah 5 orang, yakni saya sendiri sebagai petugas yang akan melakukan pembiusan dan seorang anggota tim rescue BKSDA yang membantu saya dan membantu dokumentasi kegiatan, seorang polisi kehutanan yang bersenjata yang akan bertugas mengamankan kami bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan dua orang karyawan PT. Dinamika Selaras Jaya sebagai sopir John Deere dan penunjuk lokasi harimau terakhir kali ditemukan. Sedangkan lainnya tidak diperbolehkan ikut ke lokasi selama proses pembiusan dan harus menunggu di tempat yang telah ditentukan, yang tak terlihat dari lokasi harimau dan baru bisa mendekat setelah saya menyatakan bahwa harimau telah benar-benar terbius dan aman untuk didekati. Sedangkan petugas bersenjata lainnya baik dari polisi kehutanan maupun Brimob diminta untuk mengamankan orang-orang yang ikut serta dalam rescue ini bila harimau lainnya masih di sekitar lokasi kejadian. Saya membutuhkan alat berat John Deere, tidak hanya sebagai alat untuk mengangkut kandang angkut tetapi juga bisa kami pakai untuk mengamankan diri, sebagai pelindung bila harimau meloncat ke arah kami saat akan melakukan pembiusan, mengingat tidak ada pohon besar untuk bersembunyi menurut keterangan orang-orang yang tahu kondisi lokasi kejadian.
Tiba-tiba orang-orang dari tim lainnya yang saya minta untuk menunggu malah datang ke lokasi untuk memotret harimau tersebut, tentu itu mengganggu pekerjaan saya karena saat harimau belum terbius sempurna mereka datang, akhirnya saya meminta polhut untuk mengarahkan mereka agar menjauh dan tidak berisik, namun masih ada juga yang bandel dan tidak mau diatur, hanya karena ingin memotret harimau dari dekat tapi tidak mau mengikuti prosedur. Ya begitulah tantangan bekerja di lapangan dengan menghadapi banyak orang. Suara berisik dan banyak orang di sekitarnya bisa membuat harimau stress dan sulit tertidur/ terbius. Untuk itu butuh suara tenang disekitarnya selama proses pembiusan dan saat membangunkannya kembali.
Rescue harimau sumatera dari jerat pemburu di Kaur, Bengkulu |
Setiap evakuasi harimau, saya lebih memilih memegang bagian kepala, karena bila orang lain yang mengangkatnya, saat harimau mengangkat kepalanya menjelang sadar kembali kadang membuat orang takut dan menjatuhkannya. Tidak hanya itu, dengan memegang bagian kepala saya juga bisa mengawasi bila ada orang-orang usil yang ingin mencabut kumis harimau. Seperti saat itu, ada orang yang ikut memegang bagian kepala tiba-tiba mencabut kumis harimau, tentu membuat saya marah dan membentaknya.
Setelah dimasukkan ke dalam kandang angkut yang ditutup dengan daun-daunan, kondisi harimau sudah harus stabil baik detak jantung, pernafasan maupun suhu tubuh. Dan setelah sadar kembali dan bisa pindah posisi baru direkomendasikan untuk ditranslokasi. Karena pengangkutan harimau dalam kondisi belum sadar dari pembiusan akan sangat berbahaya karena akan sulit dikontrol kondisinya dan bila terjadi efek samping yang buruk dari pembiusan akan sulit diketahui dengan cepat sehingga tidak bisa mendapatan penanganan yang cepat pula untuk menormalkan kembali.
Kandang angkut yang telah berisi harimau diangkut lagi oleh John Deere, kemudian kandang angkut dipindahkan ke dalam mobil BKSDA Bengkulu. Siang itu sangat panas, sehingga sepanjang perjalanan harimau diberi minum dan disemprot air. Saat perjalanan keluar dari lokasi harimau terjerat saya memilih duduk di papan kayu yang berada di depan John Deere ternyata mengasyikan berada di depan sendiri saat melalui jalan buruk naik turun.
Saat harimau akan dibawa ke BKSDA Bengkulu, diperjalanan sudah menunggu banyak orang. Pertama kali yang kami jumpai adalah Camat dan Kapolsek Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur beserta rombongannya. Yang lebih mengejutkan lagi, mendekati jalan raya telah berderet orang bersepeda motor, truk dan beberapa mobil berhenti dan menunggu hanya ingin melihat dan memomtret harimau yang telah kami evakuasi. Harimau sejak dulu selalu menarik perhatian orang untuk dilihat. Untuk itu dalam pengangkutan harimau sebaiknya kandang ditutup agar harimau tidak stress bila melihat banyak orang. Stress membuat harimau terluka karena menabrak kandang.
Tiba di kantor BKSDA Bengkulu sekitar pukul 22.30 malam. Harimau langsung dipindahkan ke dalam kandang perawatan yang telah dipersiapkan dan diletakkan di tempat yang terisolasi. Tempat ideal untuk perawatan harimau liar harus terisolasi untuk mengurangi kontak antara manusia dengan harimau yang memicu stress dan luka traumatis. Harimau liar sering meloncat dan menabrak jeruji kandang bila melihat orang yang mendekati kandangnya.
Menunggu kondisi harimau tenang kembali setelah stress karena penangkapan dan transportasi untuk penanganan lebih lanjut. Selanjutnya akan dilakukan operasi amputasi empat jari pada kaki depan sebelah kanan yang terkena jerat pemburu, karena kondisinya sudah tidak ada vascularisasi dan sudah nekrosis (mengalami kematian jaringan) dan membusuk akibat jerat sling. Bila tidak cepat dilakukan amputasi dikhawatirkan terjadi infeksi sekunder yang lebih serius dan bisa membahayakan nyawa harimau itu sendiri.
Well done all involved and THANK YOU for saving this Tiger. But in truth, you shouldn't have to because this shouldn't be happening. Tigers are Appendix I and its ILLEGAL to trap, harm or kill a Tiger. Where is their protection, where is the authorities. Where are this big organisations always asking for money to protect them. I think its time that Sumatra starting thinking of their wildlife, forests instead of money from dirty Palm Oil industries.
BalasHapusArtikelnya keren, memberi banyak manfaat..
BalasHapusDitunggu Artikel terbarunya ya :)
Salam dari pemainayam - Edukasi tentang ayam !