Rabu, 18 Juni 2014

Pelepasliaran kembali seekor Soft Shell Turtle di Taman Wisata Alam Seblat


Dinda, Adi and Widiah. Release back a Soft Shell Turtle to the wild.
 Photo: Erni Suyanti Musabine

Sore itu tanggal 15 Juni 2014, seorang warga masyarakat dari desa sekitar kawasan yang baru pulang dari patroli hutan bersama Tim Conservation Response Unit (CRU) memberi saya seekor labi-labi yang ditemukan di sungai di dalam hutan dengan mulut masih terkait tali pancing. Tim CRU adalah tim patroli yang dibentuk sejak tahun 2004 oleh BKSDA Bengkulu dengan International Elephant Foundation dan Sumatran Elephant Conservation Programme - Fauna and Flora International untuk tujuan pengamanan kawasan habitat gajah dari aktivitas illegal dengan memanfaatkan gajah jinak, melakukan edukasi dan awareness kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian gajah dan habitatnya juga melakukan monitoring dan inventarisasi satwa liar yang ada di dalam kawasan konservasi tersebut. Tim patroli yang terdiri dari polisi kehutanan, mahout, masyarakat dari desa sekitar kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat serta gajah jinak PKG Seblat melakukan patroli rutin di kawasan hutan TWA Seblat dan sekitarnya selama dua kali dalam sebulan selama 14 hari. 

Hari mulai gelap sehingga pelepasliaran kembali labi-labi akan dilakukan esok harinya. Setelah mata kail pancing berhasil diambil dari mulutnya, hari itu tanggal 16 Juni 2014 saya mengajak lima mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, yakni Dinda, Ade, Widiah, Raka Bayu dan Adi yang sedang magang di Pusat Konservasi Gajah Seblat untuk melakukan survey lokasi rawa atau sungai yang ideal sebagai tempat pelepasan labi-labi tersebut. Dibutuhkan rawa yang bebas dari aktivitas manusia untuk pemancingan guna mencegah labi-labi terjerat kembali oleh tali pancing. Atau mencari sungai yang arusnya tenang dan adanya ketersediaan makanan alami untuk labi-labi tersebut. Akhirnya siang itu kami menemukannya di dekat Sungai Seblat. Pasir sungai disekitar sungai tersebut juga seringkali digunakan oleh labi-labi untuk bertelur. Menurut kami ini adalah lokasi yag tepat, terdapat pakan alami bagi labi-labi juga dekat dengan pasir sungai yang disukai labi-labi untuk bertelur, serta lokasinya juga masih di dalam kawasan konservasi TWA Seblat.

Seblat Elephant Conservation Center. Release site of Soft shell turtle. 
Labi-labi berhasil kami lepasliarkan kembali ke sungai kecil ini, dengan harapan binatang ini akan bisa kembali memerankan fungsinya dalam ekologi. Dan bisa hidup aman tanpa terganggu oleh aktivitas manusia serta mampu berkembang biak.

Beberapa tahun yang lalu saya bersama mahasiswa Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang sedang magang di PKG Seblat dan anggota Elephant Care Community juga telah melepasliarkan kembali seekor labi-labi di Sungai Seblat, labi-labi tersebut berhasil kami selamatkan dari warga yang mengambilnya saat satwa ini sedang bertelur di pinggir sungai dan ditangkapnya untuk dikonsumsi.

Melihat satwa liar bisa bebas menikmati kehidupannya kembali di alam liar adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Jangan pernah mengganggu kehidupannya karena mereka juga tidak pernah mengganggu kehidupan kita. Melindungi satwa liar dan tetap membiarkan mereka hidup di habitat aslinya merupakan perilaku yang jauh lebih bijaksana daripada menangkapnya apalagi membunuhnya karena mereka juga diberi kehidupan agar berfungsi bagi lingkungan disekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar