Sabtu, 19 April 2014

Menjenguk Harimau sumatera 'ELSA' di akhir pekan


Aku memang lebih suka melihatnya disaat sepi, disaat orang-orang di kantor ini sedang tidak ada agar tidak menarik perhatian banyak orang yang ingin melihatnya, karena dia butuh ketenangan dan memang untuk membatasi dia bergaul dengan manusia. Karena dia bukan manusia tetapi seekor harimau liar dan juga bukan harimau jinak atau yang ada di lembaga konservasi eksitu seperti kebun binatang, taman satwa dan lain-lain yang dipertontonkan pada banyak orang sehingga terbiasa melihat kehadiran orang disekitarnya. Dia sedang menderita sakit fisik dan jangan sampai menderita juga jiwanya karena stress jadi obyek tontonan, baik bagi para pejabat atau pegawai dan keluarganya maupun khalayak umum.


Dalam setiap perawatan medis harimau sumatera yang masih liar, kami selalu mengisolasinya untuk membatasi kontak langsung dengan manusia, sehingga hanya petugas pemberi pakan yang sekaligus bertugas membersihkan kandangnya dari kotoran serta petugas yang mengobatinya yang punya akses untuk masuk tempat perawatan. Dan itu pun dibatasi waktunya, semua kegiatan tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan, yakni pada saat pemberian pakan. Diluar waktu tersebut harimau akan tenang tanpa gangguan manusia di sekitarnya.

Di malam hari harimau terlihat lebih aktif bergerak dan beberapa kali mengeluarkan suara seperti berkomunikasi, karena suara yang keluar bukanlah raungan kemungkinan suara itu punya arti berbeda. Aku pun belum bisa menerjemahkannya. Orang yang tinggal di sekitar lokasi perawatan harimau mengatakan bahwa suaranya mirip bayi menangis di malam hari (hehehe.....aneh-aneh aja ya, mentang-mentang dekat kuburan). Namun yang aku dengar sendiri di waktu yang berbeda malah lebih mirip dengan suara sapi. Saat aku intip dari lubang di pintu, suara tersebut dikeluarkan saat harimau sedang istirahat. Sepertinya mempelajari suara harimau sumatera akan sangat menarik apalagi bisa menerjemahkannya. Suatu saat aku harus merekamnya satu per satu dari suara yang berbeda-beda itu. Sudah ada seorang ilmuwan yang bisa menerjemahkan 33 bahasa gajah, sedangkan pada harimau liar sudah ada belum ya ??? Mungkin aku bisa memulainya untuk mencari tahu terjemahannya....hehehe :)

Harimau sumatera bernama Elsa sedang dalam perawatan post surgery

Setiap kali membuka pintu kandangnya, dia akan selalu tersenyum manis dengan menunjukan gigi taringnya padaku seperti ini dengan posisi siap menerkam, dan bila kakiku melangkah mendekatinya maka dia akan langsung meraung sambil menerkam. Setelah sekian menit duduk bersamanya dan saling bertatapan mata, dia akan berubah ekspresinya menjadi sangat santai dan manja. Namun itu hanya dilakukan disaat dia berhadapan dengan orang-orang yang sudah sering dilihatnya dan tidak dengan orang yang asing baginya. 


Seperti inilah dia kalau sudah merasa percaya bahwa kami bukan orang yang akan menyakitinya/ membahayakannya. Dia akan tidur dengan santai dan memejamkan mata meskipun ada kami didekatnya. Dengan orang yang tidak dikenal dengan baik, dia akan selalu waspada dengan ekspresi marah dan posisi tubuh siap menerkam serta sering meraung.

Harimau sumatera liar akan siap menerkam bila dia merasa terjepit dan tidak ada jalan untuk melarikan diri, perilaku itu adalah normal karena untuk mempertahankan diri. Itu sebabnya kenapa saat upaya penyelamatan satwa jenis kucing besar dalam kondisi terjepit dan terkepung, dia akan berusaha menerkam orang yang menurutnya membahayakan dirinya guna mempertahankan diri, karena dia tidak punya pilihan lain dan tidak ada jalan lain untuk menghindari intimidasi manusia. Dan itu sering terlihat juga pada harimau yang sedang dirawat dalam kandang sempit, karena jelas-jelas tidak ada jalan untuk melarikan diri. Saat melihat kehadiran orang maka akan meloncat dan menerkam dan dia akan berbenturan keras dengan jeruji kandang yang seringkali membuatnya terluka. Itu sebabnya mengapa harimau liar tidak boleh dijadikan obyek untuk dipertontonkan pada banyak orang, dan harus diisolasi untuk mengurangi kontak langsung dengan manusia. Selain itu juga bisa menyebabkan stress, harimau liar yang stress karena lingkungan sekitarnya ramai bisa menjadi agresif dengan menggigit-gigit jeruji kandang yang seringkali membuat gusi rusak dan gigi taringnya patah.  Stress yang terjadi berulang kali dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan perubahan perilaku. Berdasarkan pengalaman kami, harimau dewasa lebih sensitif dalam merespon kondisi lingkungan sekitarnya dibanding yang anak-anak dan pra dewasa. Dan karena itu juga mengapa kandang angkut harus ditutup agar harimau tidak bisa melihat orang ramai disekitarnya.

Hari ini, selain menjenguk harimau Elsa, aku juga memeriksa kondisinya, kondisi luka post operasi, kondisi fisik, nafsu makan dan minum serta memeriksa feces (kotorannya). Sejauh ini semua dalam kondisi baik, tidak ada infeksi pada bekas amputasi dan nafsu makan baik. Pengobatan post operasi akan tetap dilanjutkan serta akan dilakukan deworming (pencegahan penyakit helminthiasis/ cacing). Berharap kondisinya akan cepat normal kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar