Sabtu, 05 Oktober 2013

attending the 45th Annual Meeting of the American Association of Zoo Veterinarians in United States

Menghadiri 45th Annual Conference of the American Association of Zoo Veterinarians sangatlah berkesan, presentasi yang disampaikan oleh para kolega sangat bermanfaat dan juga untuk memperluas networking antar dokter hewan tanpa batas negara.  Karena konferensi ini dihadiri lebih dari 800 dokter hewan dari seluruh dunia, tidak hanya dari Amerika saja, tetapi juga dihadiri oleh partisipan international yakni dokter hewan dari Asia, Eropa dan Africa.


Berawal saat saya menerima surat elektronik (e-mail) tertanggal 1 July 2013 dari International Committee of American Association of Zoo Veterinarians.  Tentu saya sangat gembira waktu membacanya, yang terpikir saat itu bahwa saya akhirnya punya kesempatan untuk pergi ke Amerika Serikat dan bertemu dengan banyak kolega dokter hewan yang bekerja untuk konservasi satwa liar dari berbagai negara, tidak hanya dari Amerika tetapi juga dari belahan bumi lainnya. Jadi teringat lagi 4 bulan sebelumnya yakni saat saya terlibat pembicaraan mengenai United States dengan seorang teman yang pernah tinggal disana untuk belajar, saya ungkapkan impian saya waktu itu, "suatu saat saya ingin ke United States".  Sebelumnya saya punya tiga kali kesempatan kesana yang terlewatkan begitu saja untuk training dokter hewan.  Dan saya juga yakin bahwa saya akan bisa kesana nantinya entah kapan itu.  Dan e-mail yang saya terima 4 bulan kemudian itulah jawabannya.  Selama ini Tuhan selalu mengabulkan doa saya. Dan ini beasiswa yang saya dapatkan dengan berusaha sendiri tanpa rekomendasi siapapun, hanya berbekal riwayat pengalaman kerja saya untuk konservasi satwa liar di Indonesia dan di negara lain yang saya kirimkan akhirnya saya terpilih menjadi salah satu kandidat yang menerima beasiswa ini dari seluruh dunia dan satu-satunya dari Asia Tenggara. Dan untuk mengikuti acara tersebut saya mendapat dukungan sepenuhnya dari ketua umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), Dr. Wiwiek Bagja yang terus menyemangati saya sebelum berangkat saat menghadapi berbagai hambatan baik internal maupun eksternal.


Jakarta - Seattle, Tanggal 28 September 2013
Taoyuan International Airport, Taipei, Taiwan
Perjalanan saya menuju United States dari Bandara International Soekarno Hatta menggunakan pesawat Eva Airways jenis Airbus 330-200 dengan nomor penerbangan BR 0238 menuju Taoyuan International Airport di Taipei, Taiwan pada pukul 14.15 WIB (2.15 pm), sampai di Taipei pukul 8.25 pm, yang ditempuh selama 5 jam 10 menit.   Dengan Eva Airways saya mendapatkan fasilitas gratis maksimal 2 bagasi. Kemudian melanjutkan perjalanan kembali selama 10 jam 50 menit dengan pesawat Eva Airways jenis Boeing 747-400 dengan nomor penerbangan BR 0026 pada pukul 23.00 (11.00 pm) menuju Seattle, Washington, sampai tujuan pukul 6.50 pm pada tanggal yang sama,  karena adanya perbedaan waktu antara Indonesia dan Amerika, pada saat di Indonesia sudah tanggal 29 September 2013 maka di Amerika masih tanggal 28 September 2013.  Jadi pada saat saya berangkat dari Indonesia pada tanggal 28 September 2013 maka tiba di United States tetap pada hari yang sama yakni tanggal 28 September 2013 meski sebelumnya telah menempuh perjalanan melewati malam untuk menuju kesana. Sebelumnya saya telah menyiapkan tiket pesawat seharga $1450 dari Jakarta menuju Seattle Tacoma International Airport di Seattle Washington, U.S. untuk perjalanan berangkat dan pulang kembali ke Indonesia.

Dan saya belum memiliki tiket untuk domestic flights dari Seattle, Washington ke Salt Lake City, Utah, pulang pergi.  Akhirnya saya putuskan untuk menginap semalam di Seattle dan akan melanjutkan perjalanan esok harinya.  Itu karena berbagai kendala yang saya hadapi waktu baru menginjakkan kaki di Washington, selain itu saya juga memesan penginapan di Hotel Sheraton Salt Lake City, Utah baru mulai tanggal 29 September 2013, dan semua kamar telah full booking.  Lebih baik menginap di Seattle daripada nantinya kebingungan cari penginapan di Salt Lake City yang belum melakukan pemesanan sebelumnya untuk tanggal 28 September 2013, karena menurut informasi dari kolega saya dari United States Dr. Llizo bahwa semua kamar hotel di Salt Lake City sudah penuh.  Di Seattle, Washington saya mendapat tumpangan menginap di rumah keluarga asal Indonesia yang telah menjadi warga negara Amerika Serikat yang baru saya kenal waktu itu dan bertemu di airport saat mereka mengantar orang Indonesia yang akan kembali ke Jakarta.   Kami bertemu secara tidak sengaja di airport. Sebenarnya saya sendiri berniat bermalam di Tacoma Airport di Seattle sambil menunggu penerbangan ke Utah esok harinya.

Sebelumnya saya berniat mengikuti workshop pada tanggal 28 September 2013 dengan membayar biaya workshop sebesar $350 yakni tentang 'Orangutans and Gorillas : Fundamentals of Veterinary Care' and Advanced Veterinary Care', yang diadakan seharian mulai pukul 8.00 am sampai dengan pukul 5.00 pm. Namun karena masih banyak kendala dan urusan yang musti diselesaikan di Indonesia akhirnya saya membatalkannya dan menginformasikan perubahan itu kepada Executive Director of AAZV, Dr. Rob Hilsenroth, serta memutuskan untuk mengikuti konferensi mulai tanggal 30 September 2013.

Seattle Washington, Minggu Tanggal 29 September 2013
Pagi itu akhirnya saya mendapatkan tiket pesawat untuk melanjutkan perjalanan ke Salt Lake City, Utah dengan bantuan dari keluarga tempat saya menginap malam itu, yakni dengan menggunakan penerbangan sore yakni menggunakan Delta Air dari Tacoma Airport, Seattle menuju Salt Lake City Airport, Utah, yang ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 53 menit dengan biaya $317 belum termasuk biaya bagasi yakni $25 per bagasi. Sebelum berangkat saya sempat berbincang-bincang dengan staff Kedutaaan Besar RI di San Francisco yang diperkenalkan dengan saya di Seattle oleh seorang teman baru saya. Kami bertiga terlibat pembicaraan serius hari itu.  Mereka mengundang saya memberikan presentasi tentang upaya konservasi satwa liar di Indonesia dan satunya lagi menawarkan bantuan penggalangan dana untuk membantu konservasi satwa liar di Indonesia melalui lembaga-lembaga konservasi yang ada di U.S. Mereka juga menanyakan apa yang menjadi prioritas saat ini untuk dibantu di bidang medis, saya mulai menjelaskan tentang kondisi yang ada dan permasalahannya, sehingga mereka bisa memahami apa yang kami butuhkan saat ini untuk penyelamatan satwa di habitat. Saya tentu menyambut baik semua tawaran itu. Mereka juga menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke airport sore itu dan mengharapkan tetap berkomunikasi dengan mereka melalui e-mail. Mobil mercedes benz itu akhirnya membawa kami menuju airport. Di dalam mobil pun masih terus berdiskusi dan baru menghentikan pembicaraan setelah sampai di airport.  Semua serba kebetulan dan saya sendiri tidak menyangka setelah mendapat kesulitan beruntun, saya diberi banyak kemudahan oleh Yang Maha Kuasa, dan bertemu dengan banyak orang baik-baik di Seattle, bahkan tak terpikirkan sebelumnya bahwa staff Kedutaan Besar RI sendiri yang ingin mengantarkan saya ke airport :)

Sampainya di Salt Lake City sudah malam hari.  Ada fasilitas jemputan gratis dari Hotel Sheraton ke airport. Berkali-kali menghubungi pihak hotel selalu gagal, apakah karena tidak tercantum dalam daftar sehingga Hotel Sheraton tidak bisa dihubungi menggunakan telepon umum yang gratis tersedia di airport tersebut ? Akhirnya baru berhasil setelah menjelang tengah malam untuk mengabarkan bahwa saya telah sampai di Salt Lake City airport, 45 menit kemudian mobil hotel menjemput saya, waktu itu sudah hampir tengah malam. Dan hanya saya sendirian yang dijemput, kemungkinan karena peserta konferensi lainnya telah datang lebih awal. Hari minggu itu tanggal 29 september 2013, saya telah melewatkan special events yakni Opening Icebreaker pada pukul 6.30-9.30 pm dan International Reception pukul 9.00 pm di Gateway Grand Hall Union Pacific Depot 400 West South Temple, Salk Lake City, UT.  Ini adalah kesempatan bertemu dan berkenalan dengan banyak dokter hewan sebelum kegiatan konferensi berlangsung.  Inginnya bisa mengikuti acara tersebut namun pesawat saya juga baru berangkat dari Seattle sekitar pukul 6.00 pm. Saya pun dicari oleh International Committee karena satu-satunya peserta dari Indonesia yang belum terlihat kehadirannya.   Sepertinya ketua International Committee belum membaca email saya sebelumnya yang menginformasikan jam penerbangan saya menuju Salt Lake City dari Seattle sehingga saya datang terlambat.


Hotel Sheraton, Salt Lake City, Utah
Sumber : travelus.news.com
Hotel Sheraton, Salt Lake City, Utah
Photo : Erni Suyanti Musabine
Untuk menghilangkan penat karena jenuh menunggu saya mengobrol dengan sopir yang berasal dari Mexico itu sepanjang perjalanan sampai tiba di Hotel Sheraton, Salk Lake City.  Dan dari dia saya baru tahu kalau Imigran dari Mexico banyak yang bekerja di United States. Di depan pintu masuk lobby hotel saya diturunkan.  Dari jauh saya melihat seorang laki-laki sedang duduk di depan pintu masuk, sepertinya saya mengenalnya atau mungkin orang yang mirip dengan kawan saya. Saya pun sempat berpikir, udara sangat dingin kenapa dia duduk diluar hotel tengah malam begini.  Saat saya turun dari mobil, dia menghampiri dan menyapa saya, ternyata dia adalah teman baik saya, Dr. Darin yang bekerja sebagai dokter hewan dan direktur Animal Hospital di Woodland Park Zoo, Seattle, Washington. Dan kata-kata yang diucapkannya pertama kali saat kami bertemu kembali setelah setahun lamanya bukan bagaimana khabar saya tetapi, "kamu bawakan gudang garam untuk saya?"........hahaha, membuat kami tertawa bersama. Sebelumnya kami memang sudah berkomunikasi via email bahwa kami akan menghadiri konferensi yang sama. Dia membantu membawakan travel bag saya dan mengantar saya ke lobby hotel untuk check in, bahkan mengantarkan saya sampai tepat di depan kamar hotel di lantai 2, sungguh seorang teman yang baik dan perhatian. Malam itu di depan lobby hotel saya juga bertemu dengan Dr. Joost yakni kolega dokter hewan dari Belanda yang pernah bekerja di Indonesia.  Sebelumnya kami pernah berkomunikasi via internet. Dr. Darin juga menginap di hotel yang sama, di Hotel Sheraton sedangkan Dr. Joost menginap di hotel yang berbeda tak jauh dari Hotel Sheraton. Kami bertiga hanya mengobrol sebentar di depan lobby dan akhirnya segera beristirahat karena acara annual conference akan dimulai besok pagi.  

Salk Lake City Utah, Senin Tanggal 30 September 2013
General session of AAZV annual conference dimulai pukul 7.45 am.  Pagi itu saya mengambil name tag dan jadwal konferensi di meja registrasi dan mengambil sarapan. Karena terlambat beberapa menit akhirnya di acara sambutan dan pembukaan konferensi oleh Dr. Murray E. Fowler tersebut saya dan beberapa dokter hewan lainnya tidak mendapat tempat duduk dan kami hanya berdiri di dekat pintu belakang sambil membawa sarapan berupa roti dan teh hangat yang disediakan.  Ruangan tampak penuh sesak, lebih dari 800 dokter hewan dari berbagai negara mengikuti acara ini, tidak hanya dari Amerika, tetapi juga dari Asia, Afrika dan Eropa.


AAZV Conference - Oral Presentation
Hari itu  acara berupa poster presentation dari pukul 7.30 am sampai dengan 3.30 pm.  Disela-sela waktu tersebut ada oral presentation mulai pukul 8.15 am sampai dengan 5.00 pm.  Topic yang menarik buat saya hari itu adalah tentang great ape.  Hari itu saya dicarikan tempat duduk oleh teman sekamar saya Dr. Llizo dari Texas yang masuk ruangan lebih dulu agar saya mendapatkan tempat duduk. Saat saya sedang membetulkan posisi duduk dan tak sengaja menoleh ke belakang ternyata dokter hewan yang duduk dibelakang saya adalah orang yang saya kenal sebelumnya dan pernah mengunjungi PKG Seblat, Bengkulu dan kami pernah bertemu lagi di PKG Way Kambas Lampung saat workshop beberapa tahun yang lalu, yakni Dr. Jeff Proudfoot dari Indianapolis zoo, U.S.  Dia langsung mengenali saya dan menyapa, "Hi..Yanti, how are you. Nice to meet you here?" Saya pun terkejut sekaligus gembira, karena saya bermaksud akan mencari dan menemuinya di sela-sela waktu konferensi malah langsung bertemu di hari pertama tanpa sengaja.

Sebelum berangkat mengikuti annual conference of AAZV ini saya mengirim email ke teman-teman dokter hewan di United States yang telah lama saya kenal sebelumnya untuk menanyakan apakah mereka mengikuti konferensi yang sama.  Yang saya hubungi waktu itu dokter hewan dari Woodland Park Zoo- Seattle Washington, Indianapolis zoo, Denver zoo dan Fort Worth Zoo-Texas. Ternyata beberapa dari mereka mengikuti acara tersebut sehingga ada kesempatan bagi kami untuk bertemu lagi, kali ini di negaranya. Saya juga bertemu dengan Dr. Dennis Smith yang juga pernah berkunjung ke PKG Seblat Bengkulu dan terkenal dengan kemampuannya tentang pemeriksaan ultrasonography (USG) pada gajah.  Namun saya tidak punya kesempatan untuk menemuinya, karena dia tidak mengikuti konferensi sampai selesai.  Saat saya punya kesempatan untuk mencarinya, dia sudah kembali pulang.


Break untuk makan siang pukul 12.15 - 1.30 pm. Saat makan siang itu saya belum mengenal banyak orang, jadi saya duduk tidak memilih tempat dan juga tidak terlebih dahulu melihat siapa saja yang duduk di satu meja.  Begitu banyaknya orang dan meja makan yang disediakan tidak mungkin saya melihat satu persatu dari mereka untuk menemukan orang-orang yang saya kenal sebelumnya. Tanpa sengaja ternyata saya semeja makan dengan kolega dokter hewan dari international participants yang mendapatkan beasiswa untuk menghadiri konferensi tersebut, di sebelah kiri saya adalah Dr. Anneke dari U.S. dan Dr. Enrique dari Mexico, keduanya adalah Internatioal Committee of AAZV yang mengurusi peserta international seperti kami, sebelah kanan saya Dr. Caio Motta dan Dr. Lauro Soares yang keduanya dari Brazil, di depanku Dr. Senthikumar dari India dan Dr. Vijitha dari Sri Lanka. Ternyata saya duduk di meja makan yang tepat. Meja makan tempat kami duduk merupakan meja makan multi bahasa. Mereka yang duduk di sebelah kiri saya berbincang-bincang dengan bahasa Spanyol, saya sendiri berbincang-bincang dengan kolega yang di depan saya dengan bahasa Inggris dan sebelah kanan saya berbincang-bincang dengan bahasa Portugis, sampai Dr. Caio Motta saat menanyaiku pun memakai bahasa Portugis, setelah menyadari dia salah menggunakan bahasa yang membuatku tidak mengerti maksudnya baru dia minta maaf dan mengulangi berbicara dengan saya menggunakan bahasa Inggris.....hehe :)  Saya pun pernah mengalaminya, saat saya berbincang-bincang menggunakan bahasa Indonesia dengan seorang kolega dari Belanda yang bisa berbahasa Indonesia, pada saat saya ganti berbicara dengan kolega dokter hewan dari Nepal pun masih memakai bahasa Indonesia yang membuat dia bengong, baru saya sadar kalau dia tidak mengerti karena saya salah menggunakan bahasa.  Setelah minta maaf baru mengajaknya berbicara dengan bahasa Inggris :)

Di sela-sela makan siang akan ada pengumuman dari setiap ketua committee termasuk dari international committee.  Di acara makan siang pertama itu kami dari peserta international yang mendapatkan beasiswa untuk menghadiri acara ini juga diperkenalkan kepada seluruh partisipan yang hadir.

Setelah acara konferensi selesai langsung diteruskan dengan acara Student Reception dari pukul 5.30-7.30 pm yang diadakan di luar ruangan (outside courtyard).  Untuk mengikuti acara ini musti punya tiket khusus untuk mengikuti acara Student Reception.  Saya telah melewatkan acara penting ini dan sibuk bersama seorang kolega dokter hewan Dr. Adetunji dari Nigeria menyiapkan bahan oral presentation untuk acara malam itu.  Selesai acara Student Reception dilanjutkan dengan acara Committee Business Meetings di ruangan yang berbeda.  Saya datang bersama Dr. Adetunji, ternyata peserta international lainnya sudah selesai presentasi.  Di dalam ruangan terlihat hadir juga Dr. Murray E. Flower, seorang dokter hewan senior yang legendaris dan terkenal dengan buku-buku karyanya tentang pengobatan satwa liar, seperti 'Zoo and Wild Animal Medicine Current Therapy' dan banyak lagi karya lainnya yang dipakai referensi bagi dokter hewan di banyak negara, juga terlihat ada Dr. Susan Mikota, yakni dokter hewan yang cukup terkenal dengan karya bukunya tentang gajah yakni 'Biology, Medicine and Surgery of Elephants' and 'Medical Management of the Elephants' yang juga dipakai referensi oleh dokter hewan di banyak negara.  Selain itu hadir juga Dr. Darin dan beberapa dokter hewan senior dari Eropa dan Amerika. Melihat banyak dokter hewan hebat yang ingin menyaksikan presentasi kami membuatku agak grogi juga. Saat itu sedang ada presentasi dari Dr. Caio Motta Lima dari Brazil, kemudian dilanjutkan presentasi Dr. Veronica Adetunji tentang aktivitasnya sebagai dokter hewan di Nigeria, dan setelah itu baru saya sendiri.  Saya mempresentasikan tentang 'Role of the Veterinarian in Widlife Rescue from Poaching and Conflicts in Indonesia and Supporting Improvement of Animal Welfare in Zoos', merupakan hasil kegiatan penyelamatan dan penanganan medis untuk harimau sumatera, gajah sumatera dan orangutan bersama BKSDA Bengkulu dan Perlindungan Harimau Sumatera-Kerinci Seblat (Tiger Protection and Conservation Unit - Kerinci Seblat National Park) serta Centre for Orangutan Protection.

International Committee Business Meeting, Tanggal 30 September 2013 di Hotel Sheraton Salt Lake City UT.

Selesai memberikan oral presentation, kami photo bersama peserta International lainnya dan International Committee of AAZV.  Kolega dokter hewan dari Brazil dan India juga United States langsung menghampiriku dan mengatakan, "presentasi yang sangat bagus dan itu benar-benar kerja yang nyata untuk konservasi'.  Mereka sangat meng-apresiasi apa yang telah saya presentasikan, ini artinya mereka juga menghargai pekerjaan kawan-kawan yang bekerja bersama kami di Indonesia untuk satwa liar.  Selesai acara itu ada beberapa mahasiswa dan dokter hewan yang mengajakku berkenalan dan tertarik menyimpan kartu namaku karena suatu saat ingin berkunjung ke Indonesia dan punya kesempatan belajar dengan terlibat dalam kegiatan dokter hewan di Indonesia untuk konservasi satwa liar Indonesia.  Seorang kolega Dr. Suraj dari Nepal juga menghampiriku setelah presentasi karena tertarik tentang kasus human-tiger conflict di Sumatera yang saya paparkan.  Dia meminta kartu namaku, kemudian sebaliknya saya juga mendapat kartu namanya. Kami berencana akan diskusi diluar waktu konferensi mengenai konflik harimau setelah itu, karena di negaranya juga sering terjadi konflik harimau dan memakan korban jiwa katanya. Keluar ruangan tersebut saya bermaksud untuk berdiskusi dengan Dr. Suraj  dan ingin menunjukkan beberapa dokumentasi yang memicu terjadinya konflik harimau di Sumatera, tidak hanya karena deforestasi habitat dan perburuan tetapi juga abnormal behavior dan penyakit.  Dia juga ingin menunjukkan pada saya kasus yang sama terjadi di Nepal.  Saya pikir itu bahan yang menarik untuk didiskusikan bagi kami berdua. Karena kami sama-sama bekerja untuk konservasi harimau insitu di negara masing-masing dan memiliki permasalahan yang sama. Namun, malam itu kawan-kawan dari International Committe ingin pesta di bar selesai acara Committee Business Meetings, Anneke dan suaminya yang juga dokter hewan dan pengurus AAZV serta Joost mengajak kami untuk bergabung dengan mereka. Akhirnya kami keluar hotel ramai-ramai dengan berjalan kaki menuju bar terdekat, tidak peduli dengan temperatur yang dingin malam itu. Tak lupa saya kembali ke kamar hotel untuk mengambil jaket tebal terlebih dahulu sebelum pergi.


Erni Suyanti Musabine at SLC
Joost Philippa at SLC
Kami berjalan berempat menuju bar.  Saya tidak melihat Suraj lagi dan beberapa dokter hewan dari Asia lainnya.  Sesampainya di bar, teman-teman saya memesan minuman dan saya cukup juice saja karena saya memang tidak minum minuman beralkohol. Kami berempat bersantai dengan main bilyard (pole), sedangkan kolega lainnya ada yang dance di ruangan lainnya, sepertinya asyik sekali banyak orang yang berkumpul disana diiringi musik yang keras, saya sempat mendekat untuk melihat.  Saya satu tim dengan Joost melawan Anneke dan suaminya, yang kalah dalam permainan yang membayar.  Dan selama 5 kali berturut-turut kami menang.....hehe :) Tapi setelah itu kami kalah sekali melawan tim lainnya.  Malam telah larut, sudah dini hari akhirnya kami kembali ke hotel untuk istirahat, karena konferensi akan dimulai lagi besok pagi.

Selasa, Tanggal 1 Oktober 2013
Salah satu topic oral presentation yang menarik
Author : Suraj Subedi, BVSc & AH 
Pagi pukul 7.30 am dimulai dengan sarapan pagi, yang sudah tersedia di luar ruangan berupa roti, buah-buahan dan minuman (soft drink, kopi, teh dan air putih).  Untuk mendukung misi ramah lingkungan maka mengikuti konferensi ini kami harus membawa botol minum sendiri-sendiri yang bisa diisi dengan air mineral yang telah disediakan karena tidak akan tersedia air mineral dalam kemasan di setiap acara.  Dari pukul 7.30 am sampai dengan pukul 10.15 am waktu poster presentation.  Ada beberapa poster yang menarik perhatianku di ruangan itu, yakni hasil research tentang nilai hematologi dan blood chemistry semua jenis harimau.  Sangat menarik untuk dijadikan referensi nilai standar (nilai normal) pemeriksaan darah pada harimau sumatera, selama ini kami mengacu pada Panthera tigris saja karena sulitnya mencari referensi untuk nilai standar bagi Panthera tigris sumatrae. Juga tidak kalah menarik poster tentang penyakit Elephant Endotheliothropic Herpes Virus (EEHV) pada Gajah Asia di Nepal yang dipresentasikan oleh Dr. Suraj Subedi.  Selain itu ada satu poster lagi yang dipresentasikan oleh Dr. Vijitha Perera dari Sri Lanka, salah satunya tentang penyakit parasit pada Panthera pardus di negara itu, karena mirip sekali dengan penyakit parasit yang saya temukan pada harimau sumatera liar.  Ramainya kolega yang tertarik untuk melihat presentasinya membuat saya lama menunggu untuk bisa bertanya pada Dr. Vijitha dan berdiskusi dengannya tentang parasit tersebut, saya hanya ingin memastikan apakah itu jenis parasit yang sama dengan yang saya temukan pada harimau sumatera.  Karena informasi itu sangat penting artinya bagi saya.

Utah's Hogle Zoo, U.S.A.
Pukul 10.15-12.00 pm kami menghadiri oral presentation tentang Emerging Diseases.  Selesai acara konferensi siang itu dilanjutkan acara Zoo Day, yakni peserta konferensi diberi kesempatan untuk mengunjungi kebun binatang setempat yakni Utah's Hogle Zoo.  Saat sedang mengantri untuk naik bus yang akan mengantarkan kami dari Hotel Sheraton ke Hogle Zoo, saya bertemu lagi dengan Suraj.  Dia mengantri didepan saya bersama Dr. Vijitha, tapi saat bus didepan kami perlu dua orang lagi, dia tidak ikut naik, akhirnya kami berangkat bersama dalam satu bus berikutnya menuju kebun binatang. Sesampainya di kebun binatang, kami peserta konferensi AAZV disambut meriah oleh seluruh karyawan zoo yang berbaris di kiri dan kanan kami sampai menuju depan pintu masuk.  Beberapa dari mereka menyapaku dan bilang, "T-Shirt kamu bagus, saya menyukainya".  Saat itu saya sedang memakai T-Shirt bergambar kepala orangutan yang memenuhi seluruh bagian depan T-Shirt bertuliskan 'Save us from extinction, Pongo pygmaeus, Orangutan'.  Saya selalu merasa bangga memakai T-Shirt bergambar satwa liar Indonesia dimana pun berada dan membuat orang lain pun tertarik.

Darting Competition untuk Peserta AAZV di Hogle Zoo
Kami juga disambut makan siang bersama, teman baru saya, Suraj sudah selesai mengambil makan siang dan mencari tempat duduk.  Dari kejauhan dia melambaikan tangan ke arah saya mungkin untuk memberi isyarat bahwa dia duduk disana, setelah mengambil makanan saya melihat disekitarnya tidak ada kursi yang kosong akhirnya saya duduk di tempat yang berlainan.  Selesai makan siang saya langsung berjalan-jalan sendirian berkeliling zoo, toh disana juga telah tersedia papan informasi untuk menuntun peserta konferensi AAZV yang tersedia di sepanjang jalan.  Terkadang saya bergabung dengan kolega lainnya untuk mendengarkan demonstrasi tentang training satwa liar bagi keperluan medis, dan sesekali saya berjalan sendirian untuk memotret.  Target saya adalah mendapatkan dokumentasi dan video tentang environmental enrichment, bentuk kandang, animal training, fasilitas rumah sakit dan desain kandang perawatan, selain memotret satwa liarnya sendiri dan pemandangan sekitar yang indah.  Disini juga diadakan Darting Competition, yakni kompetesi menembak dengan senjata bius dan yang tepat sasaran akan mendapatkan hadiah berupa uang. Saya lihat beberapa teman saya mengikutinya, saya tidak mengikuti acara itu karena terlambat mengetahui lokasinya dan lebih memilih menghabiskan waktu untuk memotret fasilitas rumah sakit dan berjalan-jalan bersama teman dari Nigeria.


AAZV Participants Visit Hogle Zoo
Bersama Prof. Hatt dari Univ. of Zurich
Hari belum gelap tetapi fasilitas untuk makan malam sudah disediakan, kamipun antri untuk mengambilnya. Panjangnya antrian membuat saya tertarik untuk memotretnya.  Ada life music yang mengiringi makan malam kami hari itu.  Ada kolega yang berpendapat bahwa orang yang bermain musik dan menyanyi tersebut juga dokter hewan.  Saya duduk semeja dengan kolega dokter hewan dari Perancis dan kami pun sempat berkenalan dan mengobrol. Saya bilang ke mereka bahwa saya mempunyai teman seorang dokter hewan di Paris, Perancis, setelah saya sebutkan namanya 'Norin' yang bekerja di La Menagerie, le zoo du jardin des Plantes, mereka langsung mengetahui orang yang kumaksud. Salah satu dari mereka berkata, "dia sangat terkenal ". Ya tentu dia terkenal karena selain sebagai dokter hewan juga sebagai artist, pikirku. Beberapa kolega heran kenapa saya bisa kenal Norin, mereka tidak tahu bila saya pernah bekerja bersama Norin dalam mengobati satwa liar dan terlibat dalam pembuatan film dokumenter bersamanya untuk acara serial televisi Perancis. Dan saya duduk bersebelahan dengan Prof. Hatt dari University of Zurich. Sebelumnya dia menanyakan peserta konferensi yang berasal dari Indonesia kepada teman-teman dokter hewan dari Asia lainnya, padahal saya sedang berada di depannya saat itu. Sejak itu kami berbincang-bincang sepanjang jalan di zoo sampai waktu makan malam. Dia mempunyai kenangan tersendiri tentang Indonesia dan mengenal beberapa dokter hewan Indonesia serta pernah bekerja di Indonesia, salah satunya mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syahkuala, Aceh. orangnya sangat ramah dan berbincang-bincang dengannya sangatlah menarik.  Di akhir pembicaraan kami, saya mengungkapkan bahwa suatu saat saya berkeinginan untuk magang di kebun-binatangnya dan belajar banyak darinya.  Dia berharap suatu saat saya bisa kesana. Malam itu acara belum selesai, temperatur lingkungan sudah mulai dingin akhirnya saya pun harus mengeluarkan jaket polar untuk dipakai meskipun juga tidak banyak membantu karena tubuh masih terasa kedinginan.  Prof. Hatt menyarankan saya untuk berpindah tempat duduk karena di ujung sana sepertinya lebih hangat.  Akhirnya saya pun pergi ke tempat yang dimaksud, tetapi keinginanku berubah untuk keluar dari tempat itu melihat-lihat lukisan yang dipajang diluar ruangan.  Saya bertemu dengan teman sekamar, Dr. Llizo dari Topeka Zoo, Texas, dia menjelaskan satu persatu lukisan yang dipajang dan menunjukkan pada saya orang yang melukis itu dari kejauhan, dia juga seorang dokter hewan. Wow...bagus sekali seperti photo, meskipun hanya coretan pensil tetapi gambar komodo itu mirip aslinya. Dr. Llizo memberitahu saya bahwa bila ingin kembali ke Hotel Sheraton sudah tersedia bus yang menjemput, tetapi kalau masih ingin tinggal di Hogle Zoo untuk mengikuti acara berikutnya sampai pukul 9.30 pm juga tidak apa-apa.  Melihat kondisi malam itu yang sudah terlalu capek berkeliling kebun binatang ditambah lagi jaket saya tidak bisa menahan suhu udara yang dingin akhirnya saya memilih kembali ke hotel bersama Dr. Llizo lebih dulu untuk beristirahat.  Untuk pertama kalinya malam itu saya tidur lebih cepat.

Rabu, Tanggal 2 Oktober 2013
Bersama Dokter Hewan dari Asia dan Dr. Murray E. Fowler
at 45th Annual Conference of the AAZV , SLC, Utah, U.S.A
Seperti biasa hari itu diawali dengan sarapan pagi pukul 7.30 am.  Kami biasanya mengambil sarapan berupa roti, buah-buahan (melon, semangka, nanas) dan terdapat pilihan berbagai minuman.  Saya lebih suka mengambil teh hangat rasa lemon grass.  Sarapan tersebut biasa kami bawa ke dalam ruangan konferensi, sambil mendengarkan presentasi sambil makan. Biasanya saya duduk bersebelahan dengan teman sekamar saya, tetapi hari itu saya lebih memilih duduk di belakang bersebelahan dengan Dr. Murray Fowler. Karena saya mendapat buku gratis dan langsung ditanda-tangani olehnya, sejak itu dia mengenali saya dengan baik dan selalu menyapa bila berpapasan. Materi presentasi hari itu cukup menarik tentang gorilla, black rhinoceros, beruang, gajah, dan lain-lain.

Bersama Dr. Susan K. Mikota dari United States
Saat makan siang hari itu teman saya, Dr. Suraj mengajak saya bergabung semeja makan dengan Dr. Susan Mikota.  Orang yang ingin saya kenal langsung di konferensi itu selain Dr. Fowler. Karena dia pernah ke Sumatera dan bekerja untuk gajah sumatera di Riau dan bukunya tentang 'Biology, Medicine and Surgery of Elephants' menjadi referensi banyak dokter hewan dari berbagai negara.  Dia juga merupakan Co-Founder dan Director of Veterinary Program and Research for Elephant Care International. Jauh-jauh hari sebelum berangkat pun saya sudah merencanakan untuk bisa berkenalan dengannya. Melalui beberapa kolega saya berusaha untuk berkenalan, pertama kali dengan bantuan Dr. Anneke, kemudian melalui Dr. Joost dan akhirnya melalui Dr. Suraj. Semua ternyata sudah ada jalannya, teman saya Suraj kenal baik dengannya membuat saya mendapatkan waktu untuk bisa berbincang-bincang dan berdiskusi cukup lama dengannya tentang penyakit gajah, dan yang terpenting bagi saya adalah bisa membuka jaringan komunikasi dengan para ahli yang berhubungan dengan satwa liar yang saya tangani di Indonesia.

Untuk sesi siang sampai dengan sore hari saya duduk di belakang, tiba-tiba teman sehari-hari saya duduk menghampiri.  Dia mengajak saya berdiskusi di luar ruangan. Sebelumnya dia bertanya apakah saya tertarik dengan materi presentasi saat itu, saya bilang tidak karena soal Reptiles dan Amphibians dan itu bukan bidangku saat ini, alasanku. Dia keluar ruangan lebih dulu dan saya diminta untuk mengikutinya.  Tapi saya ragu untuk keluar ruangan, kembali dia menjemputku di ruangan dan mengajakku keluar.  Akhirnya kamipun keluar dan duduk di depan lobby, yang tersedia banyak tempat duduk dan disitu bisa akses internet gratis fasilitas untuk peserta konferensi AAZV.  Kami saling tukar menukar informasi tentang konflik harimau dan penyakit gajah. Saya sangat tertarik dengan kasus EEHV dan Tuberculosis pada gajah di Nepal beserta gejala klinisnya.  Kebetulan dia memiliki beberapa dokumentasi yang bisa saya amati dari phone cell-nya, karena saya belum pernah mempunyai kasus seperti itu, dan di Sumatera mempunyai potensi terjadinya penyakit itu pada gajah.  Tiba-tiba Dr. Rob, Executive Director of AAZV melihat kami berdua sedang berdiskusi serius dan memotretnya, sambil menyapa kami, "Are you working ?"  Ternyata photo-photo yang dia ambil itu akan dipertontonkan di akhir konferensi pada saat acara AAZV Banquet :)  Mendengar penjelasannya mengenai human-tiger conflict di negaranya membuatku penasaran apa yang memicu itu terjadi karena kondisinya berbeda dengan yang ada di Sumatera.  Diskusi siang itu sangat menarik.

Saya juga punya keinginan kuat berdiskusi dengan Dr. Susan K. Mikota, selama ini kami pernah berkomunikasi melalui e-mail tetapi belum bertemu secara langsung.  Kami hanya saling kenal dan mengetahui nama saja sebelumnya.  Saat ada dokter hewan Indonesia yang bertemu dengannya, dia titip salam untuk saya begitu juga dengan saya.  Kebetulan teman baru saya Suraj kenal baik dengan Dr. Susan Mikota dan dia ingin memperkenalkan saya dengannya.  Dia memberitahu saya bahwa Dr. Susan akan datang untuk menemui saya di tempat kami itu.  Saya dan Dr. Susan lebih banyak mendominasi pembicaraan dan Suraj lebih memilih jadi pendengar, terkadang kami libatkan juga dalam pembicaraan.  Mumpung bertemu, saya bercerita tentang gajah di Sumatera kemudian saya bercerita tentang PKG Seblat dan akhirnya saya memperlihatkan beberapa kasus penyakit yang pernah diderita gajah sumatera di Bengkulu. Karena berdiskusi dengan Dr. Susan Mikota maka yang menjadi topik pembicaraan harus penyakit gajah dan bukan harimau atau orangutan, karena itu bukan bidangnya. Sore hari dia pamitan pergi dan kami pun masih berbincang-bincang di tempat semula.  Tidak hanya masalah penyakit harimau dan gajah yang jadi topik pembicaraan tetapi sudah saling ingin tahu tentang lokasi kerja masing-masing, dengan google map kami bisa menunjukkan tempat kami berada selama ini.

Bersama Dokter Hewan dari Eropa di Thai Restaurant, SLC
Kolega dokter hewan dari Eropa, Joost dan Prof. Hatt, mereka berdua yang saya kenal, sedangkan lainnya saya belum mengenalinya, menghampiri kami dan menawarkan makan malam bersama diluar hotel. Sebelumnya saya tidak berminat untuk pergi, karena Suraj telah membawakan saya coklat dan soft drink bagi saya itu cukup karena saya makan tidak terlalu banyak, tetapi akhirnya pergi juga dan saya mengajak teman saya Suraj karena teman saya yang dari Eropa itu menginginkan saya bergabung dengan mereka. Malam itu kami berjalan kaki keluar hotel menuju Thai Restaurant.  Menarik mencoba makanan baru karena saya dan teman saya Suraj belum pernah merasakan makanan Thailand sebelumnya dengan harga rata-rata sekitar $10 - $12 per porsi. Malam itu saya ditraktir oleh teman dari Eropa. Udara sangat dingin, bahkan pegunungan di sekitar kota Salt Lake City sudah tampak tertutup salju di puncaknya yang terlihat dengan jelas. Kami bertiga, saya, Joost dan Suraj saling mencicipi makanan kami bertiga.  Selain makan makanan punya saya sendiri akhirnya saya pun ikut membantu Suraj menghabiskan makanannya, karena kerang yang ada di piringnya adalah jatah untuk saya....hahaha (lol)

Hari itu adalah hari pertama diselenggarakannya pameran di sela-sela acara konferensi di tiga lokasi yakni di Bryce Ballroom, Canyons Lobby dan Lodge Lobby dari Hotel Sheraton, disediakan waktu di pagi hari pada pukul 10.05-10.45 am dan sore hari pukul 3.30-4.15 pm untuk mengunjungi pameran tentang peralatan laboratorium, buku-buku medis, peralatan medis, pakan hewan, obat hewan, peralatan pembiusan dan obat bius dan lain-lain.  Di waktu yang bersamaan juga masih ada kesempatan untuk melihat poster presentation di ruangan yang berbeda yakni di Deer Valley.  Di malam hari masih ada evening events, Nag Banquet pada pukul 7.00-9.00 pm di Big Cottonwood.  Juga ada AAZV Committee meeting mulai pukul 7.00-8.30 pm di beberapa ruangan.

Kamis, Tanggal 3 Oktober 2013
Pukul 7.30 am acara konferensi dimulai dengan continental breakfast, kami pun mengambil makanan dan minuman serta membawanya ke ruangan karena pukul 8.02 am oral presentation akan dimulai. Saya biasa duduk di tempat duduk di barisan kiri, hari itu ingin mencoba duduk di barisan sebelah kanan bersama Suraj dan Joost.  Hanya beberapa materi presentasi yang menarik buat saya hari itu, yakni tentang penyakit EEHV - Diseases Risk Management in Asian Elephants dan gambaran serologis penyakit Hepatitis B pada Chimpanzee, karena penyakit ini juga ditemukan pada orangutan.

Pagi hari pukul 9.40-10.30 am dan sore hari pukul 2.20-3.00 pm kami diberi kesempatan terakhir untuk mengunjungi pameran kembali.  Lumayan dapat topi dan meteran gratis di pameran tersebut bisa untuk body measurement harimau saat pemeriksaan medis, karena warnanya menarik.  Banyak buku medis untuk satwa liar dipamerkan dan untuk dijual bahkan pengarangnya pun ada disini, saya sempatkan untuk melihat-lihat dan membaca isinya, banyak yang menarik, tetapi begitu melihat harganya sepertinya saya tidak berminat untuk membelinya karena dana perjalanan saya terbatas.  Beberapa kolega membelinya dan langsung minta tanda tangan pengarangnya seperti Dr. Murray.  Hari itu juga hari terakhir untuk poster presentation.   Waktunya bersamaan dengan kesempatan melihat pameran.

Seven candidates from around the world (Dr. Caio Motta Lima, Dr. Suraj Subedi, 
Dr. Vijitha Perera, Dr. Lauro Soares, Dr. Veronica Adetunji, Dr. Kadirvelu Senthikumar, 
Dr. Erni Suyanti Musabine) who awarded International
Conference Scholarship to attend 45th annual conference of AAZV 

in Salt Lake City, Utah, U.S.A.

Saat siang dan sore harinya saya dan Suraj memilih duduk di belakang, karena saya bermaksud akan membuka computer (laptop) dan mencari lokasi yang dekat dengan colokan listrik.  Saya sedang mencari tiket pesawat untuk esok harinya dari Salt Lake City menuju Tacoma, Washington dan menghubungi beberapa teman di Washington melalui e-mail untuk membantu dengan mengirimkan data diri yang diperlukan dan waktu penerbangan yang diinginkan, karena pulsa phone cell saya cepat habis terkena roaming dan saya belum berganti nomor U.S. Selesai acara konferensi saya tidak langsung kembali ke kamar masih duduk di depan lobby hotel untuk mendapatkan akses free WiFi guna komunikasi dengan teman di Washington maupun Indonesia. Ternyata Suraj mencari saya tetapi tidak bertemu, mungkin dia mencari di tempat duduk disisi yang berlainan. Masih ada waktu 1 jam 15 menit sebelum mempersiapkan diri mengikuti acara AAZV Cocktail Reception dan AAZV Banquet yang diadakan pada pukul 6.00-7.00 pm dan malamnya dilanjutkan dengan perjamuan pukul 7.00-10.00 pm. Dimana semua dokter hewan wanita akan memakai baju pesta dan tampil cantik, begitu juga dengan yang laki-laki, mereka akan berpenampilan formil.


AAZV Banquet
Saat kembali ke kamar, teman sekamar saya Dr. Llizo dan Dr. Shirley sudah terlihat cantik dengan baju yang dipakainya dan siap berangkat ke Canyons Lobby dan Capitol Ballroom. " Saya akan menyusul ", kata saya pada mereka. Dengan memilih memakai gaun pendek bermotif batik bakar warna coklat muda dengan stocking warna coklat tua sampai ujung kaki dan hiheels, saya pikir itu kombinasi yang bagus untuk dipakai di acara tersebut. Dan siap-siap membawa blazer warna coklat tua untuk mencegah bila suhu udara dingin.  Ternyata saya telah melewatkan acara cocktail reception, pada saat saya datang acara telah selesai dan yang terlihat peserta konferensi sedang antri berbaris untuk memasuki Capitol Ballroom. Saya disapa oleh salah satu dokter hewan asal Amerika Serikat yang belum saya kenal sebelumnya. Sambil berjalan kami sambil berbincang-bincang, dan saya katakan padanya bahwa saya ingin berkenalan dengan patologist, dan dia ternyata seorang patologist.  Meskipun sedang mengantri tapi kami masih bisa berdiskusi dengannya. Kebetulan saya sedang mencari patologist untuk menjalin komunikasi bila ada yang ingin saya konsultasikan, akhirnya kami pun tukar menukar kartu nama.  Tiba-tiba seseorang muncul di belakangku sambil berbisik, "penampilanmu terlihat seperti gadis China",  ternyata Suraj, kami pun tertawa.  Sampai di dalam Capital Ballroom, begitu melihat di dalam banyak sekali orang yang mengikuti acara tersebut dan sudah duduk berkelompok dengan teman-teman dekatnya masing-masing, dan tempat duduk sudah terlihat terisi penuh, membuat saya bingung harus duduk dimana.  Seorang patologist kenalan baru saya ingin memperkenalkan saya kepada patologist-patologist lainnya malam itu, sepertinya dia akan mengambil duduk satu meja dengan orang seprofesi, dan dia mengajak saya untuk bergabung bersamanya, sedangkan teman saya Suraj pasti akan ikut duduk dimana saya memilih untuk duduk.  Tiba-tiba Dr. Darin, kawan saya dari Seattle muncul di depan saya pada saat saya bingung mau duduk dimana, " Yanti, saya sudah menyediakan tempat duduk untukmu disana ", katanya.  Saya langsung memeriksa dari kejauhan untuk memastikan bahwa tempat duduk yang tersedia ada dua buah, untuk saya dan Suraj.  Kemudian saya meminta maaf karena tidak bisa duduk semeja dengan teman baru saya seorang Patologist dan saya sampaikan mungkin besok pagi saya akan berkenalan dengan mereka, patologist lainnya.


Dr. Murray Fowler at AAZV Banquet
Acara perjamuan malam itu dikemas cukup menarik dan menyentuh, pada malam itu kami benar-benar merasakan seperti satu keluarga, yakni keluarga besar American Association of Zoo Veterinarians, meski beberapa dari kami bukan dokter hewan Amerika.  Setelah acara dinner bersama, dilanjutkan dengan beberapa acara lainnya, sambutan dari Dr. Murray E. Fowler dan menampilkan para pengurus AAZV, kemudian dilanjutkan dari beberapa committee termasuk International Committee dan menampilkan tujuh dokter hewan peserta international yang terpilih mendapatkan beasiswa untuk mengikuti konferensi AAZV ke 45 termasuk saya sendiri diantaranya yang membuat saya harus maju ke depan, serta pembagian hadiah berupa cek bagi beberapa dokter hewan yang presentasinya menarik.  Satu hal yang menarik perhatianku, yakni ada seorang dokter hewan yang berkerja di Angkatan Darat Amerika Serikat masih aktif mengikuti konferensi dan bahkan memberikan oral presentation tentang hasil penelitiannya mengenai penyakit satwa liar.  Presentasi dengan memakai seragam tentaranya, pemandagan yang cukup menarik.  Di Indonesia banyak juga dokter hewan yang bekerja di Kepolisian RI tetapi belum pernah saya melihat mereka hadir dalam acara konferensi ilmiah dan pertemuan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia apalagi ikut andil berpresentasi tentang penelitian yang berhubungan dengan penyakit hewan di lembaga tempat mereka bekerja.  Bahkan tentara U.S tersebut termasuk salah satu yang mendapatkan hadiah cek karena presentasinya menarik.


AAZV Banquet
Dan acara hiburan lainnya adalah, ditampilkannya photo-photo tentang aktivitas peserta konferensi hasil jepretan paparazi selama beberapa hari ada yang serius dan ada juga yang lucu dan konyol. Teman disamping saya pun ikut berkomentar, "Hei, Itu kamu", sambil tertawa. Membuatku mengingat-ingat kembali, kapan mereka memotretnya ?!  Ada juga paduan suara dengan lyric diganti kata-kata yang lucu untuk mengomentari dokter hewan yang wajahnya dan aktivitasnya ditampilkan di layar yang membuat kami semua tertawa terpingkal-pingkal.  Dan yang banyak menguras emosi dan membuat beberapa dokter hewan menangis dan tidak bisa berkata apa-apa saat memberi sambutan adalah ditampilkannya dokumentasi yang menceritakan aktivitas dokter hewan yang baru meninggal sebelumnya untuk mengenang kembali mereka. Begitu menyentuh yang membuat semua orang merasa kehilangan.


Bersama Dr. Rob Hilsenroth
Executive Director of AAZV
Snowing at Salt Lake City
Diakhir acara, kami peserta International dan International Committee sibuk berphoto bersama.  Saya juga berkesempatan berphoto bersama Executive Director of AAZV dan juga Dr. Susan K. Mikota.

Malam itu malam terakhir kami bersama, dan ada rencana untuk pesta dansa bersama di bar tak jauh dari Hotel Sheraton.  Saya kembali ke kamar untuk menaruh sertifikat dan mengambil passport saya dan mengajak teman sekamar saya Llizo dan Shirley untuk bergabung di pesta, tetapi mereka yang sudah bersiap-siap untuk tidur sepertinya tidak berminat, " Yanti, kami ini sudah tua, kalian saja yang muda-muda pergi berpesta ".  Akhirnya saya turun lagi ke lantai dasar karena yang lain sudah menunggu.  Saya berjalan kaki bersama Suraj dan dua orang mahasiswa kedokteran hewan dari Mexico.  Udara sangat dingin malam itu dan saya masih memakai gaun pendek, stocking dan blazer serta hiheels dan tidak membawa jaket tebal untuk menahan dingin. Teman saya Suraj bertanya, apakah saya pernah nge-dance, "Ya, saya pernah nge-dance saat berpesta di Jawa, tapi setelah di Sumatera tidak pernah lagi ", jawabku sambil berjalan dan sambil menahan dingin. Depan pintu bar ada petugas yang mengecek identitas kami, mahasiswa kedokteran hewan yang didepanku terpaksa tidak boleh masuk karena umurnya belum termasuk kategori dewasa. Kemudian kami mengeluarkan passport dan dipersilahkan masuk. Di dalam penuh sesak, sepertinya pengunjung yang mendominasi adalah peserta konferensi AAZV.  Semua orang memesan minuman (beralkohol) kecuali saya tentunya. Temanku Suraj pun sudah bergabung dengan kolega lainnya yang asyik berdansa saat DJ dengan cekatan mulai memainkan musik pengiringnya.  Saya hanya melihatnya dari kejauhan dan saya duduk dan berbincang-bincang dengan kolega lainnya yang berasal dari United States yang sudah  berumur dan tidak berminat berdansa. Dia pernah bekerja untuk konservasi badak di Sumatera, berbincang-bincang dengan saya merupakan hal yang menyenangkan baginya untuk mengenang kembali Indonesia. Rata-rata kolega dari negara lain yang pernah berkunjung ke Indonesia selalu merasa berkesan. Kami berbincang-bincang dengan suara keras untuk mengimbangi hingar-bingarnya musik yang menggema di seluruh ruangan. Terlihat hanya dokter hewan muda dan mahasiswa yang memenuhi lantai dansa. Lama-lama kolega dokter hewan yang wanita menarik saya untuk ikut ke lantai dansa daripada hanya duduk-duduk dan ngobrol. Akhirnya saya pun ikut berdansa dengan kawan-kawan wanita, tapi itu juga tidak lama, saya kembali duduk karena melihat Dr. Darin ada di ruangan itu dan duduk semeja dengannya.  Saya juga meilhat Prof Hatt dan kolega dari Eropa lainnya. Sepertinya teman akrabku sehari-hari selama konferensi, Suraj melihatku, dan dia mendatangiku dan mengajakku ikut berdansa tanpa peduli saya menolak atau tidak, dia terus mendorongku bahkan mengajakku naik ke tempat yang lebih tinggi.  Disana ada teman-teman dari Mexico, Brazil dan United States yang sudah tidak asing lagi bagiku. Akhirnya saya pun ikut nge-dance, meski memakai hiheels tidak membuat gerakan menjadi terbatas. Lumayan juga untuk menghilangkan penat.  Saya mengikuti gerakan-gerakan dance teman-teman Amerika latin yang ada disamping saya, kami membuat gerakan dance yang seragam, benar-benar menyenangkan. Dan saya pun mendapat pasangan dansa kolega dokter hewan dari United States, yakni Dr. Victor Lion Kinton, dia seorang yang pintar berdansa.   Darin dan Suraj sibuk mengambil photo kami yang sedang berdansa malam itu. Setelah capek dan berkeringat akhirnya saya berhenti, rasanya seperti habis berolahraga saja.  Waktu sudah dini hari, Dr. Darin mengajakku kembali ke Hotel Sheraton bersama Dr. Anneke, saya pun langsung setuju karena saya tidak mau terjebak di bar itu sampai menjelang pagi.  Saya meninggalkan teman saya yang masih asyik berdansa tanpa pesan apapun. Sampai di dekat pintu ternyata di luar sana sedang hujan, tidak mungkin kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki.  Dan malam itu tampak turun salju, di depan pintu masih ada bekas salju yang berjatuhan. Kami bertiga menunggu berharap hujan akan reda, ternyata tidak.  Saya membetulkan jaket dan memasang syal leher untuk menahan dinginnya malam itu. Akhirnya Darin memesan taxi untuk menjemput kami di bar itu dan membawa kami bertiga menuju Hotel Sheraton.

Jumat, 4 Oktober 2013
Sesampainya di hotel saya tidak langsung istirahat meski sudah dini hari, tetapi masih membuka laptop dan check email di ruang lobby hotel untuk memeriksa pesanan tiket penerbangan untuk hari itu setelah konferensi berakhir.

Pagi itu pukul 7.30 am kegiatan konferensi dimulai.  Suraj mencari saya pagi itu ingin mengajak saya keluar hotel dan menikmati salju yang turun.  Dia juga memberi khabar yang kurang menyenangkan, bahwa cameranya hilang, begitu juga dengan handphone dan backpacknya setelah pesta malam itu, membuat saya ikut merasa panik juga. Mendengar itu yang langsung saya tanyakan padanya adalah, "bagaimana dengan passport dan dompetmu ?" Karena bila dua barang itu ikut hilang urusannya bakal rumit dan akan mengalami kesulitan besar.  Untungnya dia meletakkannya dalam saku sehingga tidak ikut hilang.  Saya jadi ikut berpikir keras, karena pesta di bar malam itu ramai sekali dan kita tidak tahu siapa saja yang mengunjungi tempat itu. Dia malah pernah memperingatkan saya jangan meletakkan barang di tempat sembarangan. Bila barang hilang disana akan sulit untuk melacaknya. Saya menawarkan untuk memakai laptop saya guna berkomunikasi dengan orang lain melalui e-mail atau lainnya karena handphone pun tidak ada. Dia terlihat santai dan ikhlas kehilangan banyak barang berharga, tetapi saya masih bersedih dan tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar keluhannya pagi itu.


Ruang Lobby Hotel Sheraton, SLC
Sumber : hotelroomking.com
Kami duduk di ruang lobby, karena saya perlu akses interenet gratis untuk cek e-mail dan komunikasi dengan beberapa orang serta cek tiket saya.  Akhirnya dia masuk ruangan konferensi lebih dahulu dan saya tetap tinggal di luar karena juga masih harus menerima telepon teman di Washington.  Saat sedang sibuk membuka laptop, tiba-tiba seorang laki-laki datang mendekati dan duduk di tempat duduk yang dipakai temanku tadi dan mengatakan, "you have a nice computer ", membuka pembicaraannya.  Sambil mengetik dan sambil meliriknya sejenak saya mengucapkan terimakasih karena menyukai computer (laptop) saya. Kemudian dia melanjutkan bicaranya, bahwa dia menginap di hotel tak jauh dari Hotel Sheraton dan bila saya ada waktu dia menawarkan pada saya untuk mengunjunginya disana.  Saya pun mulai heran, apa maksud orang yang duduk di dekat saya ini, saya tidak mengenalnya, dia bukan kolega saya di konferensi (karena tidak ada tanda / name tag yang dipakainya), tiba-tiba meminta saya untuk berkunjung di tempat menginapnya. Bahkan kalimat terakhirnya mengejutkan saya, "kamu menginap disana juga boleh ". Seketika otak investigasiku langsung bekerja, saya menduga orang asing ini adalah lelaki hidung belang.  Dengan cara halus akhirnya saya mengusirnya dengan mengatakan, "Maaf, saya sedang sibuk dan banyak yang saya kerjakan saat ini, tolong pergi tinggalkan saya karena saya tidak mau diganggu. Terimakasih ".  Akhirnya orang itu pun pergi dari hadapan saya entah kemana, sepertinya masih berkeliaran di Hotel Sheraton.  Saya pun jadi mengeluh kenapa teman saya Suraj tidak ada disini seperti pagi tadi, dengan begitu tidak ada orang yang akan menggangguku disini.  Saya pun masih sibuk dengan internet untuk komunikasi dengan beberapa orang karena handphone saya memang sudah tidak bisa dipakai karena pulsa habis.  Tiba-tiba laki-laki yang sama datang kembali mengejutkan saya, dia mengulangi ucapan yang sama menawarkan pada saya untuk berkunjung ke tempatnya malam ini.  Membuat saya mulai jengkel, kenapa orang asing ini datang lagi, akhirnya saya ulangi juga kata-kata saya yang sama seperti sebelumnya untuk mengusir dia pergi. Tidak hanya di Africa ternyata di Amerika pun saya menemui orang-orang semacam ini di hotel tempat menginap......aaaarrrgh! Kebetulan hanya di Australia saya merasa aman-aman saja tanpa gangguan seperti ini. Akhirnya saya langsung pindah tempat dan masuk ruangan konferensi.
  
Hari itu masih ada oral presentation sampai pukul 12.30 pm, tetapi pesertanya sudah mulai berkurang karena beberapa partisipan sudah banyak yang kembali pulang, dan topic yang menarik bagi saya hari itu adalah Pathology Techniques for the Zoo Clinician pada pukul 8.00-10.00 am. Saya duduk di baris kanan dan duduk dibelakang bersama Suraj, kemudian saya berpamitan dengannya bahwa saya akan keluar ruangan segera karena Darin menunggu saya di lobby pukul 12.00 pm dan kami akan berangkat ke airport bersama-sama. Saya akan mengemas barang-barang saya dan check out dari hotel. Sebenarnya masih ada satu lagi acara menarik di akhir konferensi yang ingin saya ikuti tetapi sepertinya waktu tidak memungkinkan.

Setelah itu saya sudah banyak berada diluar ruangan karena sedang sibuk mengurus dan mengeprint tiket penerbangan saya dari Salt Lake City, Utah menuju Tacoma - Seattle, Washington.  Saya sudah mendapatkan E-Ticket untuk penerbangan sore hari pukul 5.10 pm dan akan tiba di Tacoma pukul 6.15 pm menggunakan maskapai penerbangan Alaska Air jenis boeing 737-800, dengan biaya $306.90 belum termasuk biaya bagasi yakni $20 per bagasi.  Waktunya memang sengaja saya samakan dengan rekan saya yang juga berangkat sekitar pukul 5.00 pm dari SLC menuju Washington, dan sampai di Tacoma sekitar pukul 6.00 pm.

Selesai check out dan membayar biaya penginapan dari tanggal 29 September - 4 Oktober 2013 sebesar $782.55, saya duduk di ruangan lobby dan check email kembali serta berusaha menghubungi kawan-kawan di Washington dan mengabarkan bahwa saya akan berangkat ke Washington sore ini dan tidak perlu menjemput di airport karena saya bersama seorang kolega dokter hewan dari Seattle dan akan menginap di Zoo Apartment atau di rumah kolega saya tersebut.  Saya kembali ke ruangan konferensi karena waktu hampir pukul 12.00 pm untuk mengambil travel bag saya yang saya titipkan di ruangan tersebut.  Sekali lagi saya berpamitan dengan teman saya Suraj yang sedang duduk dibelakang, bahwa saya akan pergi segera. Dia membisikan kata-kata di telinga saya, " Tetap saling berkomunikasi ya ! ", pintanya.  "Tentu", jawabku. Dia sedang on line di Facebook dan kemudian menyodorkan laptopnya agar saya menuliskan nama account saya di facebook untuk dijadikan temannya.  Pukul 12.00 pm, teman saya Darin datang dan mengatakan bahwa kami baru akan meninggalkan hotel pukul 3.00 pm, dia masih tertarik untuk mengikuti acara di akhir konferensi. Kemudian saya mengirim pesan melalui facebook untuk Suraj, mengabarkan bahwa saya masih berada di hotel sampai jam 3 sore.  Tak lupa saya juga mengucapkan selamat menikmati acara konferensi di hari terakhir padanya. "Saya disini saja di lobby", pesanku.  Tak lama kemudian teman saya Suraj datang bersama teman-teman dari Brazil dan Mexico serta Hong Kong.  Dia mengira saya berangkat pukul 12.00 pm, saya jelaskan bahwa saya telah mengirim pesan padanya yang mengatakan saya masih disini sampai pukul 3.00 pm. Dia memberi khabar gembira pada saya bahwa barang-barangnya yang hilang sementara waktu telah kembali, dia baru saja mengambil laptopnya di bar, tasnya akan diambil menyusul.  Kemudian mereka pamitan untuk masuk ke ruangan konferensi dan saya tetap tinggal di ruangan lobby hotel.  Tak lama kemudian Suraj keluar dan mendatangi saya untuk menemani disaat terakhir saya berada di Salt Lake City, dia sepertinya sudah tidak minat lagi ikut acara konferensi di hari terakhir itu. Kemudian satu persatu teman-teman lainnya dari Mexico, Korea, Belanda, India, Sri Lanka, U.S.A dan lain-lain (tidak hanya dokter hewan tetapi juga mahasiswa kedokteran hewan) juga mendatangi kami untuk saling berpamitan dan mengucapkan selamat jalan serta tak lupa kami juga berfoto bersama dengan masing-masing orang di saat-saat berpamitan tersebut. Bahkan saat itu pun saya masih sempat berbincang-bincang dengan Dr. Murray Fowler yang sedang antri check out dan berpamitan dengannya.

Driver Hotel Sheraton telah berteriak-teriak sambil berkeliling mencari penumpang yang akan diantar ke airport, tetapi saya masih enggan berangkat lebih awal, rasanya berat berpisah dengan teman-teman baru saya selama di Salt Lake City, saya memilih menuggu lama di Hotel Sheraton daripada menunggu di airport. Darin tidak kelihatan, entah kemana sibuk mencari kopi dan snack hanya travel bag.nya saja yang ditinggal bersama kami, sedang saya dan Suraj berbincang-bincang sambil menunggu waktu berangkat. Pukul 3.00 pm saya dan Darin akhirnya meninggalkan Hotel Sheraton menuju ke SLC airport dan selanjutnya akan terbang ke Tacoma, Seattle, Washington, dengan pesawat yang berbeda, saya menggunakan Alaska Air sedangkan Darin menggunakan Delta Air namun dengan waktu penerbangan yang hampir bersamaan sehingga sesampainya di Tacoma tak perlu saling menunggu lama. Berat rasanya mengucapkan selamat tinggal pada teman saya ini yang menemani saya sehari-hari selama konferensi.  Saya pun tidak bisa berkata apa-apa, dia mengantarkan saya sampai ke mobil dan membawakan travel bag saya.  Akhirnya yang keluar dari mulut saya pun hanya ucapan, "terimakasih banyak, senang bisa bertemu denganmu, sampai bertemu lagi suatu hari nanti". Dan dia mengatakan bahwa setelah aku pergi, dia pun juga akan segera pergi, kami juga akan tetap saling berkomunikasi.

Konferensi tahunan ke-45 American Association of Zoo Veterinarians sungguh sangat berkesan.  Materi konferensi yang cukup menarik, kolega dokter hewan dari berbagai negara yang begitu baik dan membantu, mungkin hanya makanannya saja saya yang merasa kurang cocok.   Suatu saat bila Tuhan mengijinkan ingin rasanya bertemu dan berkumpul dengan mereka kembali dengan teman-teman baik saya di acara konferensi ilmiah lainnya.  Dan saya tidak akan pernah melupakan saat-saat yang berkesan bersama mereka di Salt Lake City, Utah, U.S.A.  Already miss you all, guys.


2 komentar:

  1. Saya mau tanya apakah mandibula puppy yang patah dapat menyambung kembali secara alami?

    Salam

    BalasHapus
  2. Saya mau tanya apakah mandibula puppy yang patah dapat menyambung kembali secara alami?

    Salam

    BalasHapus