Seekor Harimau Berkeliaran di Desa Tanjung Muaro Photo : BKSDA Bengkulu |
Awal tahun 2013 disambut dengan terjadinya beberapa konflik harimau dengan manusia di beberapa desa di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Setelah adanya harimau berkeliaran di Desa SP1 kemudian ada laporan bahwa harimau juga berkeliaran di Desa Suka Medan, Kecamatan Putri Hijau. Dan akhirnya pada tanggal 12 Januari 2013 mendapat short message dari Tim Mitigasi Konflik Harimau yang sedang bertugas di Desa Tanjung Muaro, dari pesan tersebut mengharapkan saya harus berangkat ke lokasi untuk bergabung dengan Tim yang sudah ada disana untuk rescue harimau. Dilaporkan harimau telah mendekati warga yang ke ladang, dan telah terekam video yang diambil oleh Tiger Protection and Conservation Unit (TPCU), dikatakan bahwa harimau kurus, rambut kusam dan warna tak cerah. Saya berkesimpulan bahwa harimau tersebut kemungkinan besar sakit, jadi saya harus bersiap-siap menyusul kesana.
Persiapan Rescue Harimau
Mempersiapkan obat-obatan yang ada di Pusat Konservasi Gajah Seblat yang bisa dibawa, melakukan koordinasi dengan banyak pihak untuk membantu mempersiapkan obat-obatan dan peralatan rescue yang ada di Kota Bengkulu karena saya sendiri saat itu sedang berada di PKG Seblat untuk pemeriksaan kesehatan gajah rutin dan pengobatan gajah Dino. Setelah selesai mempersiapkan peralatan untuk rescue harimau dan setelah selesai mengkoordinir Tim patroli Conservation Response Unit (CRU) yang akan melakukan patroli di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat, akhirnya saya berangkat bersama tiga orang kawan kerja dari BKSDA dan dua orang dari TPCU menuju lokasi.
Sampai di Kecamatan Ketahun, dilakukan pembagian tugas untuk mengambil kandang perangkap yang digunakan untuk rescue buaya muara dan akan dibawa ke lokasi konflik harimau. Saya bersama seorang polisi kehutanan (polhut) dan rekan dari tim TPCU menunggu di Kecamatan Ketahun, sedangkan lainnya menjemput kandang perangkap di Kecamatan Batik Nau.
Akhirnya sampai juga di Desa Tanjung Muaro
Jalan berlumpur yang susah dilalui |
Malam itu kami berjumlah 8 orang menuju lokasi, yakni Desa Tanjung Muaro, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara dengan menggunakan 2 kendaraan. Jalan yang dilewati lumayan bagus, beraspal tetapi sekitar 6 km terakhir jalan sangat buruk, tanah berlumpur. Saya tertidur selama perjalanan, dan tiba-tiba terbangun saat mobil berhenti, ternyata ada beberapa mobil di depan yang terjebak jalan buruk dan tidak bisa berjalan. Setelah melewati jalan buruk dan diguyur hujan, akhirnya kami sampai juga di rumah Kepala Desa Tanjung Muaro malam itu. Selesai meletakkan daypack, kami duduk di teras rumah sambil berbicara dengan Pak Kades dan beberapa warga desa yang datang kesana. Topik pembicaraan masih seputar harimau yang telah berkeliaran di desa tersebut.
Human-Tiger Conflict
Pondok yang dipakai 50 warga desa untuk bersembunyi saat harimau mendatangi mereka |
Pondok di ladang padi tempat harimau sering berkeliaran |
Seorang ibu yang sedang mengambil sayuran di ladangnya juga didatangi oleh harimau dan sempat dibuka topinya yang membuat ibu tersebut shock dan sulit bicara karena ketakutan. Sudah dua kali dia didatangi oleh harimau tersebut, di pondoknya di ladang padi dan kemudian saat dia pergi lagi ke ladang, harimau kembali muncul mendekatinya. Heran juga mengapa harimau terus menemuinya ?!
Dikejar Harimau (Panthera tigris sumatrae)
Harimau yang kami lihat dari dekat Photo : BKSDA Bengkulu |
Tanggal 13 Januari 2013 paginya kami bersama warga desa memasang kandang perangkap/jebak untuk harimau dengan umpan seekor kambing. Kandang perangkap tersebut dipasang di ladang sayuran dimana harimau sering terlihat melintas dan ditemukan banyak jejak harimau disana, tak lupa pula kami mengambil titik koordinat dimana harimau sering berkeliaran. Sebelumnya Tim penanggulangan konflik juga sempat mengambil video harimau tersebut saat muncul dan melintas disekitar lokasi. Sebelum meninggalkan lokasi diatas pintu kandang saya pasang plastik warna biru sebagai tanda untuk mengetahui bila kandang perangkap sudah menutup atau belum. Pintu tertutup berarti plastik biru turun kebawah, ini artinya kemungkinan harimau sudah masuk ke dalam kandang perangkap, bila plastik biru masih tetap berada di atas berarti tidak ada hewan yang masuk perangkap. Setelah pemasangan udah selesai kami semua kembali ke desa, tak lama kemudian rombongan dari Polsek dan koramil datang. Kami gunakan waktu untuk diskusi bersama tentang permasalahan konflik satwa liar ini.
Sore harinya kami memutuskan untuk memeriksa kandang perangkap, tidak hanya tim kami yang pergi tetapi juga diikuti oleh dua orang polisi dari Polsek Ketahun dan Koramil serta beberapa warga dengan membawa seekor anjing. Tak jauh dari rumah penduduk ada kebun karet disebelah kiri kami saat berjalan di jalan setapak menuju ladang. Terdengar suara monyet dari kebun karet tersebut, seseorang bertanya pada saya, "bu, itu suara apa ?" Saya bilang, "itu suara simpai. Bila monyet bersuara ribut seperti itu biasanya ada yang ditakuti di sekitarnya". Kami terus berjalan menuju kearah pondok di ladang. Belum sampai di pondok, dari tempat tinggi kami sudah bisa melihat kandang perangkap dari kejauhan dan memeriksanya. Kami semua berhenti disana sambil melihat kearah kandang perangkap. Karena saya berdiri paling belakang, saya tidak bisa melihat kandang perangkap karena tertutup orang-orang di depan saya, akhirnya saya putuskan bergesar tempat agar bisa melihat jelas. Ternyata palstik warna biru masih diatas, ini artinya bahwa harimau masih berkeliaran dan belum masuk perangkap. Kawan-kawan masih tegak berdiri di lokasi itu dan masih terus mengawasi kandang perangkap dan sekitarnya dari kejauhan, dan aku lebih tertarik mengikuti seorang polisi dan kawan-kawan (kami berempat) memeriksa sepanjang jalan setapak ke arah ladang padi dimana harimau sering datang kesana. Di sekitar jalan setapak tersebut kami menemukan jejak harimau yang masih baru melintas. Saya menduga, pasti harimau itu bersembunyi di semak-semak dekat kami itu karena jejak baru mengarah kesitu. Kami terus saja melangkah menelusuri jalan setapak tersebut, dan tiba-tiba berhenti panik setelah beberapa kawan yang diatas memberi kode bahwa ada harimau dan kami diminta untuk cepat menghindar. Karena isyarat dari kejauhan yang diberikan kawan-kawan dengan melambaikan tangan kurang jelas, sehingga kami bingung sebenarnya harimau tersebut datang dari arah mana, kami benar-benar tidak bisa melihat karena rumput alang-alang dan semak belukar yang tinggi dan rimbun. Saat itu saya mengira bahwa harimau datang dari arah kiri kami, yakni dari ladang padi, sehingga bingung mau menghindarinya ke arah mana, harus jalan balik atau jalan ke depan. Ternyata kawan-kawan yang berada di jalan setapak diatas melarang kami jalan balik ke belakang ternyata harimau ada di semak-semak belakang kami.
Tempat pemasangan kandang perangkap harimau |
Harimau muncul dari semak-semak dan menghadang kami di jalan setapak |
Makin lama harimau tersebut makin mendekat, dengan cara keluar masuk semak-semak di depan kami dan muncul dengan jarak makin dekat kearah pondok dimana kami berdiri mengawasinya. Saya bersama seorang teman sengaja berdiri dengan ambil posisi paling depan agar dapat memotretnya dan mengambil videonya dengan leluasa selama beberapa menit. Tidak ada rasa panik waktu itu. Harimau dan kami saling mengawasi satu sama lain. Karena langkanya kesempatan seperti ini membuat kami keasyikan memperhatikannya terus dari dekat, akhirnya seorang kawan mengingatkan, "mumpung masih belum gelap, ini saatnya kita mencari jalan kembali ke desa, kalau sudah malam penglihatan harimau jauh lebih tajam dibanding kita". Kami akhirnya mundur untuk menghindarinya, dan ternyata harimau tersebut mengikuti kami, susah memantaunya lagi dimana dia bergerak karena masih banyak semak-semak dan rumput tinggi di sekitar kami. Sehingga hanya anjing itulah sebagai patokan karena anjing punya penciuman tajam. Mencari jalan alternatif ternyata juga tidak mudah dilewati, seorang polisi yang ada di depanku beberapa kali harus terpeleset ke bawah lagi saat harus menaiki tebing sehingga perlu bantuan orang lain untuk mendorongnya agar bisa naik, karena banyak orang yang antri untuk lewat jalan itu dan anjing pun semakin kencang larinya, disaat harimau semakin mendekati kami. Tidak ada pegangan untuk naik, saya pun akhirnya berjalan merangkak agar bisa sampai diatas, karena kemiringan tanah yang dinaiki hampir 90 derajat. Antara panik, rasa cemas dan penasaran kenapa harimau itu mengikuti kami terus dan perasaan lain yang campur aduk terhadap kemungkinan buruk yang terjadi. Sampai diatas, di kebun karet merasakan lelah yang luar biasa, kaki lemas setelah berlari di jalan menanjak. Orang pada minta istirahat sebentar untuk mengambil nafas sebelum melanjutkan perjalanan, seorang polisi menyodorkan botol minuman kepada saya, kami belum merasa aman saat itu karena harimau masih dekat dengan kami. Polisi terus berteriak agar kami tidak saling berpencar, tetap jadi satu. Seorang tentara dari Koramil, sangat tenang dan berada paling belakang mengamankan tim, seperti menghadapi musuh dalam perang, berjalan mundur pelan-pelan sambil terus mengawasi harimau, tenang dan terus waspada, yang lain sudah berlari dan berada diatas, di kebun karet. Saat itu harimau berada di depan kandang perangkap dan berhenti, dan akhirnya duduk santai disana. Kami mengikuti jalan setapak yang ada di kebun karet untuk menuju ke desa. Akhirnya sampai juga kami kembali ke rumah Kades dengan selamat.
Harimau mengikuti kami sampai desa dan melalui jalan yang telah kami lewati
Jalan setapak yang sering kami lewati ditemukan banyak jejak harimau |
Jejak harimau di depan rumah Kades Desa Tanjung Muaro Photo : Erni Suyanti Musabine |
Koleksi sampel rambut yang diduga rambut harimau di sekitar jerat babi hutan di ladang padi |
Jerat babi hutan yang dipasang berantai di sekitar ladang padi |
Ritual Pawang Harimau
Saat perjalanan kembali ke desa, kami bertemu dengan rombongan warga desa dengan seorang pawang harimau yang akan mengadakan ritual pemanggilan harimau di lokasi sekitar pondok. Danramil memerintahkan anak buahnya untuk mengawal warga begitu juga dengan Kapolsek. Saya pun minta ijin pada tentara tersebut untuk ikut bergabung karena saya ingin melihat ritual itu. Bahkan warga mengijinkan saya dan kawan-kawan melihat dari dekat, dengan menyiapkan camera untuk mendokumentasikan kejadian langka tersebut, kami berpikir bahwa harimau akan datang saat dipanggil pawang tersebut dan berkomunikasi dengannya, ternyata yang kami pikirkan salah. Dengan menggunakan bahasa Bengkulu Selatan pawang tersebut berkomunikasi dengan harimau (entah harimaunya ada dimana saat itu yang jelas tidak tampak), pawang itu meminta harimau tersebut datang untuk diajak bicara apa maunya. Dan pawang tersebut juga mengancam harimau agar tidak mengganggu warga desa lagi, dan pawang itu memberi peringatkan dalam waktu 24 jam diminta menjauhi desa itu dan jangan mengganggu lagi, kalau tidak menuruti maka jangan disalahkan bila peluru bersarang di kepala harimau. Saya bisa mengerti maksud pembicaraan pawang harimau tersebut meskipun memakai bahasa Bengkulu Selatan karena sudah terbiasa mendengar orang bicara di lingkungan sekitar tempat tinggal saya banyak juga yang berbahasa Selatan.
Sore itu rombongan Polsek, Koramil dan Camat kembali ke Kecamatan Ketahun. Dan malam itu kami tidak langsung tidur tetapi masih bicara di teras rumah Kades. Tidak ada warga desa yang berkunjung seperti biasanya. Sekitar pukul 8 malam, istri Kades mendapat telepon dari seseorang yang menginformasikan bahwa seekor harimau telah mencakar seorang pengendara sepeda motor, lokasinya sekitar 1 km dari tempat kami. Kami diminta kesana. Tak lama kemudian ada jeritan seorang ibu minta tolong, dari arah yang berlawanan ada informasi bahwa seekor harimau telah menerkam induk kambing dan membawanya pergi, jaraknya tidak jauh dari tempat kami, sekitar 200 - 300 meter. Seorang polisi menelepon saya untuk memastikan kejadian malam itu karena mereka juga dihubungi oleh warga. Malam itu juga rombongan polsek, koramil dan camat Ketahun kembali lagi menuju Desa Tanjung Muaro bersama Tim tambahan dari BKSDA Bengkulu dengan membawa senjata bius yang saya pesan sebelumnya.
Anggota Tim satu per satu sakit dan saya pun akhirnya jatuh sakit
Tanggal 15 Januari 2012, seperti biasa aktivitas rutin kami setiap pagi, siang dan sore memeriksa kandang perangkap dan lokasi disekitarnya. Harimau itu berkeliaran di tempat itu-itu saja, makanya lokasi yang kami periksa setiap hari tidak jauh berbeda. Hari itu kami membawa makanan, memang berniat seharian akan berada di pondok itu sambil mengawasi lokasi sekitar. Masyarakat belum berani ke ladang karena merasa masih belum aman. Saya sudah mulai merasa kurang sehat, akhirnya saya masuk ke pondok dan tidur-tiduran di dalam pondok, baru terbangun saat kawan membangunkan saya untuk menawari makan siang. Siang itu kami masak di pondok dengan bahan seadanya, yang dimasak oleh kawan-kawan anggota Polsek dan Koramil Ketahun. Padahal hanya masak mie rebus saja, ditambah sayuran dari ladang tetapi terasa enak karena dimakan ramai-ramai dan di tempat terbuka sekitar ladang dengan pemandangan sekitar cukup menarik.
Desa Tanjung Muaro |
Sore itu, saya langsung tidur karena badan saya mulai demam dan menggigil kedinginan. Setiap saat temperature tubuh saya cek sendiri dengan thermometer yang biasa dipakai untuk rescue harimau, suhunya masih sekitar 39,5C, kemudian minum analgesik antipiretik dan kompres sendiri dengan alkohol 70% agar panas turun. Selama dua hari saya hanya tidur saja di rumah Kades dan tidak ikut tim periksa lokasi sekitar ladang.
Besok siangnya, saya mendapat informasi bahwa ada warga yang bertemu harimau di kebun karet yang biasa kami lewati. Saya langsung menghubungi tim untuk melihat ke lokasi kejadian. Menurut tim kami memang ada suara monyet ribut di sekitar lokasi dan ditemukan jejak harimau disana, tetapi warga tidak bertemu dengan harimau. Berarti harimau masih berkeliaran di sekitar Desa Tanjung Muaro.
Satu per satu anggota Tim Mitigasi Konflik Harimau jatuh sakit, dan saya adalah orang ke-5 yang akhirnya sakit juga. Akhirnya saya putuskan untuk keluar dan berobat ke dokter. Jalan yang berlumpur membuat kami susah keluar. Sebanyak tiga kali mobil kami terjebak lumpur dalam dan tidak bisa bergerak maju, akhirnya bisa keluar karena didorong banyak warga, dan yang terakhir memerlukan bantuan mobil lain untuk menariknya agar keluar dari jebakan lumpur. Kondisi Desa Tanjung Muaro mulai aman dan warga pun sudah mulai ke ladang kembali, dan tidak ditemukan lagi jejak harimau di sekitar sana selama beberapa hari ini. Berharap harimau tersebut sudah kembali ke tempat yang aman.
luar biasa ceritanya mbak, salut sama perjuangannya. jangan menyerah kawan-kawan
BalasHapus