Tanggal 7 Januari 2016 saya dihubungi reporter salah satu stasiun TV swasta di Jakarta, sebelumnya kami memang pernah bertemu saat sedang liputan untuk acara stasiun TV nasional tentang PLG Seblat di Bengkulu dan sejak itu kami masih berkomunikasi. Dia mengatakan bahwa ada seorang dokter di Jawa Timur yang ingin menghubungi dan mengundang saya untuk menjadi pembicara dalam seminar.
Sabtu, tanggal 30 Januari 2015, pukul 10.25 WIB saya berangkat ke Malang, Jawa Timur dengan penerbangan dari Kota Bengkulu menuju Surabaya, Jawa Timur. Sesampainya di Surabaya sudah dijemput oleh panitia yakni dari HiLo Green Ambassador yang membawaku ke Kota Malang. Kami berhenti sejenak untuk makan siang dan istirahat di rumah makan Padang. Dalam hati aku berkata, "selama di Sumatera saja aku sebisa mungkin menghindari rumah makan ini karena tidak cocok dengan masakannya dan lebih memilih mencari rumah makan Jawa yang lokasinya jauh sekalipun, biasanya terpaksa baru makan ini bila tidak ada pilihan lainnya". Sambil menunggu menu makanan disajikan, saya bertanya,"Ada yang berasal dari Sumatera ? Biasanya orang Sumatera memang kurang doyan makanan Jawa". Ternyata tidak ada yang berasal dari Sumatera, malah mereka yang mengira saya berasal dari Sumatera. Memang, anggapan mereka tidak salah dan juga tidak benar, karena saya adalah orang Jawa yang kebetulan sudah lama tinggal di Sumatera. Tapi tak apalah, toh masakan Padang yang dijual di Jawa rasanya juga jauh berbeda dengan masakan Padang yang dijual di Sumatera, rasanya masih menyesuaikan lidah orang Jawa. Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan, menjelang petang sampai juga di Kota Malang dengan disambut hujan badai sepanjang perjalanan.
Menghadiri acara ini sama artinya meninggalkan acara penting lainnya, karena seminggu sebelumnya saya juga mendapat undangan untuk menghadiri acara The Regional Asian Elephant and Tiger Veterinary Workshop yang diselenggarakan di Kerala Veterinary and Animal Sciences University, India yang diadakan selama 6 hari di waktu yang bersamaan. Sebelumnya sempat bimbang, untuk membatalkan acara yang sudah dikonfirmasi akan hadir atau meninggalkan acara yang berhubungan dengan kegiatan medis, harimau dan gajah untuk peningkatan kapasitas diri dan berbagi informasi tentang permasalahan penyakit serta tentunya akan bertemu lagi dengan teman-teman lama yang bekerja untuk konservasi harimau dan gajah di beberapa negara, kebetulan sudah lama saya tidak bertemu mereka. Kebetulan beberapa orang yang hadir aku mengenalnya dengan baik tidak hanya yang berasal dari Asia saja tetapi juga kolega dari Amerika dan Eropa. Hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016 sama-sama sudah harus berada di lokasi konferensi, baik di Malang ataupun di India Selatan. Tak lama kemudian saya juga dapat undangan dari Saka Wanabakti Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu untuk menghadiri acara pelantikan kepengurusan Saka Wanabakti Rejang Lebong pada tanggal 30 - 31 Januari 2016. Sebelumnya saya juga menyatakan bersedia saat diminta untuk menjadi pembina Saka Wanabakti Rejang Lebong, karena saya juga tidak asing lagi dengan organisasi pramuka itu, sewaktu masih menjadi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) saya juga aktif berkegiatan di Saka Wanabakti di Perhutani yang ada di Jawa Timur.
Di Kota Malang saya menginap di Hotel de' Beautique, narasumber lainnya yang sekaligus juga rekan kerja saya dari Copenhagen Zoo Research Project di Taman Nasional Baluran juga menginap di hotel yang sama. Kami seperti reuni saja, sering bertemu di banyak kegiatan yang berhubungan dengan konservasi satwa liar. Malam itu saya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan bahan presentasi esok hari, sebetulnya selama perjalanan saat menunggu penerbangan di Fatmawati Soekarno Airport dan saat transit di Soekarno Hatta Airport saya sudah menyibukkan diri untuk menyeselaikan presentasi, sampai di Malang tinggal menambah kekurangannya.
Kesempatan bisa berkunjung kembali ke Malang membuat saya bahagia, karena sudah sepuluh tahun lebih saya tidak pernah mengunjungi kota itu. Dulu awal berkarier sebagai dokter hewan satwa liar bermula di kota Malang, dan saya pernah tinggal di Malang beberapa saat sebelum hijrah ke Sumatera. Tentu banyak teman di kota itu, dan mereka kukenal sebagai aktivis konservasi satwa liar. Kembali ke Kota Malang sama artinya saya bernostalgia kembali dengan teman-teman lama dan bernostalgia dengan kota yang merupakan cikal bakal aktivitas saya dan yang membesarkan saya menjadi relawan dan akhirnya berkarier di dunia konservasi satwa liar. Dan saya juga sangat antusias saat melihat bahwa yang menjadi narasumber dalam konferensi dan talk show 'Save The Endangered Animals' tersebut tidak hanya kami berdua tetapi juga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur dan LSM ProFauna Indonesia yang kebetulan berkantor juga di Kota Malang. Namun sayangnya malam itu kami dapat informasi dari panitia bahwa mereka tidak bisa datang padahal mereka sama-sama memiliki kantor di Malang.
HiLo Green Conference "Save the Endangered Animals" di Graha Medika Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya |
Minggu, tanggal 31 Januari 2016, Jadwal kami presentasi jam 1 siang, saya mendapat urutan terakhir. Setelah presentasi baru diadakan talk show yang dipandu oleh kolega dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang kebetulan juga menjadi HiLo Green Ambassador. Dalam presentasi ada hal yang tidak terduga dan tak biasa saat saya menampilkan photo harimau kami Elsa, saya tiba-tiba menangis dan tidak bisa melanjutkan kata-kata dan orang-orang yang hadir pun terdiam. Saya tidak tahu kenapa berubah menjadi begitu rapuh dan cengeng, mungkin teringat lagi betapa sulitnya kami mengevakuasi harimau Elsa sebagai korban jerat pemburu liar disaat kondisi saya yang tak berdaya saat itu, saya pun harus melakukan operasi amputasi kakinya yang membusuk karena jerat disaat saya sendiri sedang dirawat di UGD salah satu rumah sakit di Bengkulu, bagaimana sulitnya perjuangan kami merawatnya agar tetap hidup dan mendapatkan perawatan terbaik yang kami bisa disaat pihak lain dan pihak berwenang tidak peduli dengannya, perjuangan yang sarat dengan emosi, rasa putus asa dan air mata, belum lagi kami yang merawatnya dengan suka duka dihujat habis-habisan oleh pihak-pihak lain yang nyatanya membantu harimau kami pun tidak, yang seolah-olah mereka mengatakan pada publik bahwa sangat peduli dengan harimau sumatera, bahkan sampai direlokasi di kawasan konservasi pun tak pernah melihat bantuan mereka secara nyata terhadap harimau itu agar kualitas hidupnya lebih baik. Bicara itu mudah, tapi bukan itu yang kami dan harimau butuhkan, kami hanya membutuhkan tindakan nyata. Akhirnya saya pun harus melewatkan untuk membahas penyelamatan harimau Elsa daripada saya tidak bisa melanjutkan presentasi saya. Dia sungguh membuatku tidak bisa berkata-kata, seharusnya memang saya tidak menyinggungnya untuk saat-saat seperti ini. Dan saya sendiri pun masih sensitive bila orang lain bertanya soal itu, saya lebih memilih untuk tidak menjawabnya daripada mengingatkan saya kembali dengannya. Dua kali ditanya tentang harimau Elsa, dua kali juga membuatku menangis, sepertinya saya sungguh belum rela mendapati kenyataan telah kehilangan.
Talk Show "Save the Endangered Animals" di Graha Medika Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya |
Acara Talk Show kami dikejutkan dengan banyaknya orang yang antusias untuk bertanya, membuatku sedikit terhibur. Usai acara, banyak mahasiswa Kedokteran Hewan yang mendatangiku mengajak foto satu persatu dan foto bersama. "Apa menariknya berfoto denganku, karena aku bukanlah orang beken yang diidolakan banyak orang," pikirku. Dan mereka juga mengajakku berbincang-bincang, saya menyukai generasi muda yang sudah optimis dengan jurusan yang dipilihnya, apalagi ingin mengikuti jejak sebagai dokter hewan yang bekerja untuk konservasi satwa liar. Itu sungguh luar biasa, berharap saya bisa terus menginspirasi mereka dengan terus berkomitmen bekerja untuk konservasi satwa liar terutama harimau sumatera.
Bersama Mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya |
Senin, tanggal 1 Pebruari 2016 jam 7 pagi saya dijemput teman dari COP untuk makan pagi bersama dilanjutkan mengisi waktu untuk pertemuan internal membahas organisasi dan project dengan teman-teman COP dan Animals Indonesia sampai jam 10 pagi, karena saya harus berangkat ke Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang untuk kembali ke Jakarta hari itu juga. Sebenarnya masih banyak teman-teman lainnya yang ingin saya temui, teman dokter hewan, teman satu organisasi Pecinta Alam dan lainnya, namun waktu yang singkat selama berada di Malang sudah terisi penuh untuk acara dengan teman-teman kerja dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan konservasi satwa liar. Waktuku tidak sia-sia dan menjadi sangat berarti meski hanya singkat berada di Kota Malang. Masih banyak teman lain yang belum bisa dijumpai selama disana, berharap suatu saat nanti ada kesempatan lainnya untuk bertemu mereka.
Sebelum kembali ke Bengkulu, Sumatera, saya masih mengadakan pertemuan dengan teman-teman di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manggala Wanabakti Jakarta untuk rencana pembuatan buku dan mengikuti pertemuan dengan anggota Forum HarimauKita di Bogor, Jawa Barat untuk rapat lainnya. Memanfaatkan waktu diluar kerja untuk hal-hal yang bermanfaat itu memang membahagiakan dan membuat hidup menjadi selalu bersemangat.
Sebelum kembali ke Bengkulu, Sumatera, saya masih mengadakan pertemuan dengan teman-teman di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manggala Wanabakti Jakarta untuk rencana pembuatan buku dan mengikuti pertemuan dengan anggota Forum HarimauKita di Bogor, Jawa Barat untuk rapat lainnya. Memanfaatkan waktu diluar kerja untuk hal-hal yang bermanfaat itu memang membahagiakan dan membuat hidup menjadi selalu bersemangat.