Minggu, 15 Desember 2013

Reuni dengan Teman-Teman Lama, Para Pejuang Satwa Liar Indonesia



Bahagia dan bangga bisa bertemu kembali 
dengan teman-teman lama, 
para aktivis konservasi satwa liar di Indonesia.

Pada barisan depan dari kiri ke kanan : Heri (Jakarta), Wayan (Bali), Yanti (Bengkulu), 
Odie (Semarang), Dian (Yogyakarta), Ayut (Bogor).  Pada barisan belakang 
dari kiri ke kanan : Aris (Bogor), Hardi (Malang), Daniek (Yogyakarta),
 Erick (Yogyakarta), Dion (Bali)

Centre for Orangutan Protection (COP) akan mengadakan acara tahunan Jambore OranguFriends di Bumi Perkemahan Wonogondang, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 13-15 Desember 2013. Acara tersebut akan kami jadikan sebagai ajang berkumpul serta reuni dengan teman-teman lama yang dulu sama-sama pernah bekerja dan menjadi relawan di sebuah organisasi non-pemerintah (Non-Goverment Organization) yang bergerak dibidang konservasi satwa liar Indonesia.

Kebetulan kami tertarik untuk datang di acara tersebut dan diminta memberikan presentasi aktivitas kami dalam mendukung upaya perlindungan dan penyelamatan satwa liar di Indonesia sesuai bidang kami masing-masing saat ini.  Hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan pada para anggota orangutan friends tentang upaya konservasi satwa liar lainnya yang ada di berbagai daerah di Indonesia selain konservasi orangutan. Selain ingin berbagi pengalaman tentang aktivitas kami dalam mendukung konservasi satwa liar Indonesia, yang tidak kalah menarik adalah bahwa kami akan bertemu kembali untuk bernostalgia, ini adalah kesempatan langka yang harus dimanfaatkan dengan baik bertemu dengan orang-orang se-idealisme yang tetap bersemangat dalam membantu upaya perlindungan satwa liar dengan action nyata. Bagi saya mereka adalah orang-orang yang hebat, bertemu mereka kembali merupakan hal yang sangat membahagiakan.

Selama ini orang sering beranggapan bahwa orang yang peduli dengan konservasi satwa liar Indonesia hanyalah orang-orang asing dari negara lain,  namun itu sepenuhnya tidak benar. Mungkin karena mereka lebih banyak sebagai peneliti dan mempunyai project konservasi di Indonesia dan lebih dikenal karena sering terpublikasikan dibandingkan teman-teman ini. Bagaimana pun bagi saya, teman-teman saya ini adalah wildlife warriors, pejuang sejati dengan keterbatasan yang ada dalam segi apapun dan minimnya dukungan dari pihak berwenang, juga hambatan yang begitu besar di setiap tahap yang dilaluinya, namun tak membuat mereka putus asa dan tetap bersemangat memperjuangkan nasib satwa liar di negaranya sendiri sampai sekarang. Bagi kebanyakan orang mungkin mereka bukan siapa-siapa dan tidak dikenal banyak kalangan bahkan tidak pernah dilirik orang untuk mendapatkan penghargaan atas upaya yang telah dilakukan, karena dibalik setiap hal yang mereka lakukan jauh dari kepentingan untuk publikasi diri-sendiri di media maupun jejaring sosial tentang aktivitas yang telah mereka lakukan bagi satwa liar di Indonesia. Mungkin bisa dibandingkan dengan orang-orang yang baru hanya sekali membantu satwa liar kemudian membuat publikasi yang besar-besaran secara international, dan mereka pun bisa berkata pada dunia bahwa, "tanpa kami satwa liar di Indonesia itu tidak bisa terselamatkan".  Berbeda dengan kawan-kawan ini, bahkan mungkin mereka sendiri sudah tidak ingat lagi berapa banyak mereka membantu negaranya sendiri dalam upaya perlindungan satwa liar, sudah puluhan mungkin ratusan bahkan lebih tapi mereka nyaris tak terpublikasikan, mereka hanya ingin melakukan upaya lebih banyak dan banyak lagi bagi satwa liar secara nyata.

Seperti apakah teman-teman saya ini ??? 
Baiklah, saya akan menceritakannya satu per satu. Beberapa teman yang saat ini juga sangat berkomitmen untuk membantu upaya perlindungan orangutan di Indonesia, baik yang berada di habitat maupun di lembaga konservasi eksitu melalui organisasinya yakni Centre for Orangutan Protection (COP). Teman-teman saya yang bekerja di Centre for Orangutan Protection diantaranya Hardi Baktiantoro, Daniek Hendarto dan Hery Susanto, dan masih ada beberapa teman lainnya seperti Wahyuni dan Ramadhani, namun tidak hadir dalam acara Jambore OranguFriends kali ini. Saya berteman dengan mereka kurang lebih sudah sepuluh tahun lamanya. Orang-orang yang idealis, berani, kritis dan pantang menyerah, memperjuangkan habitat orangutan di Kalimantan dari keserakahan perusahaan perkebunan sawit dan pengambil kebijakan yang mengijinkan hal itu terjadi.  Dan telah mengungkap pembunuhan massal orangutan disana, membuka mata dunia tentang apa yang sebenarnya terjadi di Kalimantan, banyak orangutan mati terbunuh karena korban kaum kapitalis. Tidak hanya itu, mereka juga membantu untuk meningkatkan kesejahteraan orangutan dan satwa liar lainnya yang sudah terlanjur masuk kebun binatang dan terpenjara disana seumur hidupnya melalui kreatifitas mereka membuat enrichment dan berbagai bantuan lainnya.

Pada saat pihak lain memperkenalkan animal welfare hanya melalui workshop, training dan semacamnya, namun teman-teman saya ini membuat terobosan baru dan pertama di Indonesia, yakni dengan melakukan pendekatan kepada kebun-binatang, yang menurut sebagian orang yang menganggap dirinya kaum conservationist adalah 'haram' mempunyai kerjasama dengan kebun binatang dan sejenisnya. Bekerjasama dengan kebun-binatang tidak berarti mendukung bahwa satwa liar lebih baik berada di kurungan selamanya, tetapi dengan melihat kondisi beberapa kebun binatang dan taman satwa yang pengelolaan satwanya masih jauh dari sejahtera maka bila kita tidak menyukai kondisi seperti itu tidak hanya cukup mengkritik dengan keras untuk menghujat kebun binatang tersebut. Yang diperlukan adalah perubahan yang lebih baik bagi satwa, dengan membantu membuat perubahan itu secara nyata itu jauh lebih baik dan sangat membantu daripada sibuk mengkritik dan menghujat ataupun hanya mengadakan berbagai workshop/ seminar dan sejenisnya untuk perbaikan.  Dan teman-teman saya ini telah mencoba untuk membantu pengelolaan satwa agar memenuhi standar animal welfare semaksimal mungkin yang bisa mereka lakukan di beberapa lembaga konservasi eksitu dengan cara pendampingan langsung. Identifikasi permasalahan dan mencarikan solusinya. Namun itu semua tak semudah membalikkan telapak tangan, disetiap proses banyak hambatan yang menghadang, dan tidak semua kebun binatang mau membuka diri untuk dibantu, namun mereka tetap semangat dan terus berusaha tanpa kenal lelah demi kesejahteraan satwa liar di kebun binatang.

Hari Rabu, tanggal 11 Desember 2013, 
Saya yang pertama kali datang di kantor Ape Warrior, Centre for Orangutan Protection di Sleman, Yogyakarta malam itu. Kemudian besok paginya disusul oleh Aris Hidayat, seorang teman yang saat ini bekerja di International Animal Rescue (IAR). Dia adalah seorang pekerja untuk konservasi satwa liar yang militan, yang sudah saya kenal sejak belasan tahun yang lalu disaat kami sama-sama menjadi relawan untuk membantu satwa liar. Idealismenya untuk konservasi satwa liar tidak perlu diragukan lagi.  Sejauh yang saya tahu bahwa pekerjaannya adalah merawat, merehabilitasi kukang dan macaca dan melepasliarkan kembali ke alam bersama YIARI (Yayasan IAR Indonesia). 

Hari Kamis, tanggal 12 Desember 2013, 
Teman-teman dari Bali Sea Turtle Society datang ke kantor Ape Warrior, mereka adalah I Wayan Wiradnyana dan Dion. Belasan tahun telah mengenalnya, sebagai orang yang berkomitmen kuat dalam perlindungan penyu di Bali sampai sekarang, meski tanpa dukungan dana dan tanpa ada dukungan moril, serta banyaknya hambatan dari pihak-pihak berwenang setempat, meskipun pada kenyatannya mereka telah banyak membantu lembaga pemerintah yang punya wewenang untuk konservasi penyu di daerahnya, tapi tetap tak memudarkan semangatnya untuk terus berkonstribusi nyata bagi upaya konservasi penyu di Bali.  Perjuangannya untuk konservasi penyu di Bali patut diacungi jempol.  Perjuangan panjang yang melelahkan dengan berbagai hambatan namun mereka tetap semangat melakukan upaya perlindungan penyu di Kuta Bali dan melakukan pendampingan masyarakat untuk kegiatan yang sama di tempat lainnya di Bali.

Di waktu yang bersamaan, seorang teman dari Yogyakarta yang dulu juga sesama relawan sebuah organisasi perlindungan satwa liar Indonesia turut mengikuti kegiatan Jambore OranguFriends bersama kami. Namanya Erick. Wajahnya asing bagi saya padahal teman-teman lainnya sangat mengenalnya dengan baik. Mendengar cerita teman-teman ternyata dia dulunya juga salah satu relawan yang militan dalam mendukung upaya konservasi satwa liar di Indonesia dengan aksi-aksinya yang heroik.

Seorang teman lama yang kini tinggal di Semarang dan bekerja di sebuah perusahaan otomotif menyempatkan diri untuk datang juga di acara Jambore OranguFriends di Yogyakarta. Mahadma Odie namanya, yang telah saya kenal kurang lebih sepuluh tahun sejak sama-sama menjadi relawan di sebuah organisasi perlindungan satwa liar Indonesia. Meskipun kini berkecimpung jauh dari hubunganya dengan konservasi satwa liar tetapi hati dan pikirannya masih belum berubah, dia masih begitu peduli dengan kegiatan yang berhubungan dengan satwa liar Indonesia. Idealisme itu tak pernah mati.

Hari Sabtu, tanggal 14 Desember 2013, 
Dua orang teman lainnya datang menyusul ke bumi perkemahan di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta tempat kami berkemah. Dia saat ini bekerja di International Animal Rescue yang sering memberikan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar kawasan habitat satwa liar baik di Jawa Barat maupun di Provinsi Lampung, Sumatera tentang pentingnya konservasi satwa liar, yakni Ayut Enggeliah Entoh namanya. Dia sudah lama beraktifitas untuk konservasi satwa liar sejak masih tinggal di Malang, Jawa Timur. Seorang teman lagi juga berkecimpung di dunia konservasi satwa liar di Jawa dan sering mengungkap kasus kejahatan terhadap satwa liar di berbagai daerah di Indonesia.  

Karena memiliki minat yang sama mengenai konservasi satwa liar menjadikan pertemanan kami menjadi persaudaraan. Kesibukan dengan aktivitas masing-masing membuat kami lama tidak bertemu, hanya beberapa saja dari mereka yang saya pernah bertemu sebelumnya. Kesempatan ini tidak mungkin dilewatkan begitu saja, untuk nongkrong bersama, bercanda, bermain bersama, saling tukar cerita tentang aktivitas masing-masing dan berdiskusi membicarakan satwa liar dan permasalahannya. Ternyata belum berubah dengan sepuluh tahun yang lalu, mereka masih mempunyai semangat yang sama untuk perlindungan satwa liar meskipun kini sudah memiliki lembaga masing-masing bahkan beberapa dari mereka telah mandiri dan mendirikan lembaga sendiri yang bergerak dibidang konservasi satwa liar, yakni Centre for Orangutan Protection (COP) dan Bali Sea Turtle Society (BSTS).  Apapun latar belakang kita dan di lembaga manapun kita bekerja, justru keanekaragaman ini yang membuat kami saling menyemangati dan mendukung satu sama lain dalam beraktifitas di bidang konservasi satwa liar, dan tidak untuk memusuhi, saling menjatuhkan atau bahkan menganggap sebagai lawan dan ancaman.

Jambore OranguFriends, Yogyakarta 13 - 15 Desember 2013 

Semoga kita masih diberi banyak kesempatan untuk bisa bertemu di waktu yang akan datang. Dan apa yang telah teman-teman perbuat bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang di Indonesia untuk peduli terhadap satwa liar di negaranya sendiri dengan berbagai cara sesuai latar belakang masing-masing.  Karena untuk berbuat sesuatu bagi upaya konservasi satwa liar Indonesia tidak harus kita memiliki pendidikan kehutanan, kedokteran hewan, biologi ataupun peneliti dan berpendidikan tinggi.  Dan tidak harus kita punya latar belakang pekerjaan di Kementerian Kehutanan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang konservasi satwa liar. Kita masih bisa berkonstribusi nyata bagi konservasi satwa liar di Indonesia dengan latar belakang apapun sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan masing-masing melalui banyak cara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar