tag:blogger.com,1999:blog-77214869091925124732024-03-05T18:37:48.206-08:00Wildlife Conservation VeterinarianMEDIK KONSERVASI. This blog is used to share information on the activities of a wildlife conservation veterinarian in the Tropical Rainforest Sumatra Indonesia and share information about other activities in many places related to it as wellErni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.comBlogger136125tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-66165644409931151712020-11-29T06:19:00.015-08:002020-11-29T08:13:34.985-08:00Selamat Jalan Kawan......Pejuang Konservasi Sejati<div style="text-align: justify;">Catatan Perjalanan Tim GPS Collar BKSDA Bengkulu</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ0KZKCAO2uZ8nGxA_dQfZY-Rezrs4pOjiZXwCxRrUIjlFuH4UhMLBM527XWMRzjefMNPOreOtY0_qp0Le7VRUS0mSy8bPKY2MEVndC6e5M2WzjVJ0fmMJq2MIpAjc1w2SwoO7WmLXPXY/s2048/DSCN7491.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ0KZKCAO2uZ8nGxA_dQfZY-Rezrs4pOjiZXwCxRrUIjlFuH4UhMLBM527XWMRzjefMNPOreOtY0_qp0Le7VRUS0mSy8bPKY2MEVndC6e5M2WzjVJ0fmMJq2MIpAjc1w2SwoO7WmLXPXY/w400-h300/DSCN7491.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Relokasi Harimau Sumatera, TWA Seblat, 2016</span><br /></td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;">Ini benar-benar kisah memilukan bagi kami selama bekerja untuk konservasi satwa liar dan habitatnya di Bengkulu. Seperti mimpi buruk yang datang tiba-tiba tanpa ada pertanda. Sungguh, ini adalah pengalaman menyedihkan dalam hidup saya, harus kehilangan rekan kerja, teman terbaik kami saat sedang menjalankan tugas untuk mendukung upaya konservasi gajah sumatera dan memperjuangkan habitat serta koridor jelajahnya yang masih tersisa. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hari itu, Minggu 25 Oktober 2020. Rekan kerjaku, Pak Slamet Riyanto (49 th), seorang Polisi Kehutanan (Polhut) yang juga Kepala Resort KSDA Air Hitam, Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu meneleponku pagi pukul 07.14 WIB. Aku baru membuka handphone (HP) siang hari, kulihat ada panggilan telepon tak terjawab dari Pak Slamet Riyanto. Ada apa ??? Firasatku mengatakan pasti ada hal penting yang ingin dibicarakan. Aku hubungi kembali beliau pada pukul 10.26 WIB. Pembicaraan lewat telepon untuk urusan pekerjaan biasanya kami tidak pernah bicara banyak dan panjang lebar, namun kali ini kami berdiskusi hingga 1 jam. Untuk pertama kalinya kami bicara lebih lama. Banyak hal yang kami bahas, soal tugas yang belum diselesaikan, tentang permasalahan pekerjaan, dan tentang kerja sama di wilayah kerjanya, tentang pandangan dan sikap kami dalam menyikapi permasalahan dan mencari solusi yang terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas. Namun ada satu hal lagi yang membuat beliau mendesak menghubungiku, yakni beliau mengkhawatirkanku dengan apa yang terjadi saat itu tanpa aku ketahui. Ini untuk kedua kalinya beliau mengkhawatirkan aku disaat ada masalah yang digulirkan dengan modus yang sama. Ya begitulah hidup, tidak semua orang akan menyukai kita namun ada juga yang tidak menyukai kita untuk suatu alasan, ya..tergantung bagaimana caranya kita menyikapinya. Yang penting sudah berusaha bekerja sebaik mungkin, sekeras mungkin, dengan ikhlas dan jujur tanpa ada kepentingan dan ambisi apapun. Dan kami sepakat dan sepemikiran bahwa kita bekerja adalah untuk mengabdi, menuntaskan setiap pekerjaan yang ditugaskan, tanpa memikirkan imbalan apa yang kami dapatkan, uang tambahan...?!, nama...?!, penghargaan....?!......tidak, kami tidak pernah berpikir untuk itu dalam beraktivitas selama ini, kami hanya merasa senang dan bangga saja melakukan pekerjaan seperti itu. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Senin, 26 Oktober 2020, selesai mengikuti kegiatan latihan menembak di Brimob Bengkulu, beliau mampir ke kantor BKSDA Bengkulu bersama Polhut lainnya, disaat mobil Pajero Sport beliau memasuki halaman kantor, mobil Suzuki Jimny saya akan keluar halaman kantor, "<i>Pokoknya kalau mobil bagusnya nggak mau mundur keluar dulu, akan kusempret dengan mobil tua saya, biar kena tetanus</i>", ya begitulah, kami kalau bertemu sering bercanda. Akhirnya beliau yang mengalah untuk mundur agar mobilku bisa keluar. Sore itu, aku ingin pulang kerja tepat waktu karena sedang sakit, dan ingin cepat bisa beristirahat. Pukul 17.01 WIB beliau menghubungiku, diminta untuk hadir rapat bersama beliau dengan beberapa orang lainnya di kantor, namun karena kondisiku sedang kurang sehat saya menolak dan memilih istirahat di rumah. Mungkin bila sore itu aku mengikuti meeting bisa-bisa sakitku tambah parah, bukan karena tidak bisa istirahat, namun karena isi pembicaraan dalam meeting itu membuat panas hati dan telinga.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiuUeODjlPe5_J3p44N4Www_iE_ZActuhRCyq2Y8weGHRgn1vtpaEcKUxW0CTLn5Xf6s3mC0FhDqyNXukPxBfk4PYNcPcmd2Qi8HrMAYO8p8mqBaYVopaARs6uAy9EyCgMDO25BN8VdrA/s2048/4a+%25282%2529.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1224" data-original-width="2048" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiuUeODjlPe5_J3p44N4Www_iE_ZActuhRCyq2Y8weGHRgn1vtpaEcKUxW0CTLn5Xf6s3mC0FhDqyNXukPxBfk4PYNcPcmd2Qi8HrMAYO8p8mqBaYVopaARs6uAy9EyCgMDO25BN8VdrA/w400-h239/4a+%25282%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Tim Patroli Conservation Response Unit (CRU) Seblat, 2004<br /></span></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selasa, 27 Oktober 2020. Dalam sehari itu 5 kali kami berkomunikasi lewat telepon, dan pembicaraan kami tidak kalah lamanya dengan pembicaaran telepon sebelumnya. Aneh sih, karena biasanya saya sendiri gak pernah lama-lama bicara di telepon untuk urusan pekerjaan, selama ini saya berkomunikasi lewat telepon yang butuh waktu lama satu-satunya dengan ibu saya, karena saya harus mendengarkan ibu saya bercerita hingga selesai, dan nggak pernah dengan orang lain. Saya tidak pernah berpikir bahwa ini mungkin firasat sebelum beliau pergi karena diluar kebiasaan. Hari itu saya memang telah meng-share Surat Tugas Kepala BKSDA Bengkulu untuk Tim Monitoring Gajah Liar dan Pemasangan GPS Collar untuk gajah di Kawasan Ekosistem Esensial Lansekap Seblat. Dibentuk dalam 2 Tim yaitu yang bertugas dari tanggal 1 - 5 November 2020 dan Tim satunya bertugas dari tanggal 6-10 November 2020, dan beliau salah satu koordinator Tim tersebut. Meski sebelumnya orang-orang meminta aku yang mengkoordinir tim, namun aku menolak, aku punya alasan kenapa aku menolak, maka lebih baik saya tidak menjadi koordinator tim, tapi akan tetap membantu dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan kegiatannya. Salah satunya karena itu Pak Slamet Riyanto menghubungiku berulang kali, beliau menanyakan, "<i>Kenapa saya yang jadi koordinator tim, kenapa nggak mbak Yanti saja yang lebih tepat </i>?" Saya mengenal beliau sudah lama sejak tahun 2004 atau sekitar 16 tahun, dan saya tahu persis cara kerjanya, beliau punya kemampuan untuk memimpin apalagi mengkoordinir orang-orang. Kami ditempa di tempat yang sama, sama-sama pernah jadi Koordinator Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat dimana mengurus dan mengkoordinir orang banyak disana dengan banyak kepala, banyak kemauan, banyak pikiran dan permasalahan jauh lebih sulit dibanding mengurus gajahnya. Kami juga pernah sama-sama menjadi Koordinator Tim Patroli <i>Conservation Response Unit</i> (CRU) Seblat yang mengkoodinir tim patroli, target patroli dan temuan hasil patroli, dll. Jadi, menurutku nggak ada alasan beliau nggak mau mengkoordinir tim pemasangan GPS Collar yang orangnya pun nggak banyak dan tentu jauh lebih mudah mengurusinya. Namun aku menjawab pertanyaan beliau dengan bercanda, "<i>Ya itulah Pak enaknya jadi tukang ketik, aku kan tinggal ngetik aja nama-nama yang jadi tim dan koordinatornya. Gak mungkin aku masukkan namaku sendiri, ya milih orang lain lah jadi koordinator, cari enaknya lah...dan boss udah menyetujui, nggak pacak ngelak...hehe</i>". Melihat beliau protes, aku menjawabnya sambil tertawa. Terpaksalah beliau menerimanya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sepertinya hampir tiap hari kami berkomunikasi lewat telepon, dan dalam durasi waktu yang lama. Rabu, 28 Oktober 2020, pukul 08.45 WIB dua kali beliau meneleponku. Beliau bertugas mengelola kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Air Hitam di Kabupaten Mukomuko. Kami berkoordinasi tentang rencana kegiatan monitoring gajah liar dan pemasangan GPS Collar gajah yang akan dilakukan. Dan pesan beliau pada saya waktu itu, "<i>kalau kita diberi tugas oleh pimpinan, maka tugas kita adalah melaksanakannya dengan sebaik-baiknya sampai tuntas, tidak usah kita sibuk ngrecokin anggarannya, sibuk mikirin imbalan apa yang kita dapat, ngrecokin yang lain, tugas kita cukup melaksanakannya karena urusan yang itu udah ada yang ngurus sendiri</i>". Mungkin itu pesan atau nasehat beliau kepada saya sebelum pergi, agar dalam bekerja tetap fokus, punya dedikasi dan komitmen tinggi, dan tidak perlu terpengaruh hal lainnya yang menghambat dan menciptakan masalah. Sebenarnya beliau ingin menyemangati saya agar tidak terpengaruh dengan omongan-omongan yang kurang sedap selama ini yang membuatku lemah semangat terkait pekerjaan. Kalau dipikir-pikir, kami punya tipe yang sama dalam mendedikasikan diri untuk konservasi, dengan totalitas tanpa tendensi atau punya kepentingan apapun, hanya ingin berkonstribusi sebisa mungkin, namun bila masih ada omongan yang kurang enak, ya dianggap saja mereka tidak paham cara kerja kami dan tidak mengenal kami dengan baik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sabtu, 31 Oktober 2020, saya menghubungi rekan kerja lainnya, beliau juga salah satu teman terbaik kami, Pak Asep Muhamad Nasir, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Seblat, untuk berkoordinasi tentang persiapan kegiatan pemasanagn GPS Collar, mengecek kesiapan perlengkapan dan alat yang dibutuhkan, logistik dan koordinasi tentang anggaran kegiatan. Kebetulan sebagai Kepala Urusan Program dan Kerja Sama, saya juga telah mempersiapkan anggaran kerja sama untuk meng-back up dana yang tersedia apabila kurang, sehingga perlu dikoordinasikan agar penggunaannya tidak overlapping. Karena pekerjaan seperti ini tidak tahu pasti batas waktu penyelesainnya, semua tergantung dengan kondisi di lapangan. Kami juga berdiskusi tentang antisipasi kemungkinan potensi permasalahan yang muncul dalam kegiatan tersebut dan mencari solusinya. Padahal saya bukan koordinator tim, kenapa saya jadi ikutan sibuk koordinasi sana-sini ya ?! Tapi tak apalah, demi membantu rekan kerja kami yang sebelumnya keberatan jadi koordinator tim, saya akan membantu tugas-tugasnya. Mereka berdua adalah rekan kerja terbaik kami, dedikasinya terhadap konservasi tidak perlu dipertanyakan, selama ini kami adalah tim yang solid, saling percaya satu sama lain, saling mendukung, saling membantu, sepemikiran dan punya orientasi dan totalitas yang sama dalam pekerjaan. Hanya yang membedakan, saya tidak bisa melihat dan membiarkan ada orang yang bersikap sewenang-wenang dan merendahkan kinerja orang lain di hadapan saya, apalagi dilakukan oleh orang yang dedikasinya pun belun teruji, namun kalau mereka berdua lebih bisa menahan diri untuk diam bila menghadapi hal seperti itu. Ternyata saya sebagai perempuan lebih terlihat garang dibanding laki-laki. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Minggu, 1 November 2020, Tiga orang Tim GPS Collar yang dari Kota Bengkulu telah menungguku di kantor BKSDA Bengkulu sejak pukul 10.00 WIB. Hari itu kami rencana berangkat untuk bergabung dengan Tim GPS Collar lainnya di kantor Resort KSDA Air Rami di Desa Air Muring, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara. Namun karena ada beberapa peralatan yang tidak tersedia di Bengkulu Utara maka kami masih harus melengkapinya dari Kota Bengkulu, akhirnya keberangkatan kami tertunda hingga habis Shalat Isya'. Malam itu kami berempat berangkat dari Kota Bengkulu menuju Resort KSDA Air Rami, dimana Tim GPS Collar telah berkumpul. Rumah Pak Slamet Riyanto tak jauh dari kantor Resort, yang dulunya pernah jadi tempatnya bekerja sebelum mutasi ke Resort Air Hitam. Beliau memilih menunggu di rumah. Seorang rekan kerja menjemputnya di rumahnya, mungkin beliau sudah tertidur terlalu lama menunggu kami. Setelah Pak Slamet datang, akhirnya malam itu kami berangkat ke base camp di Kantor Resort KSDA Air Hitam atau lebih dikenal dengan sebutan Camp Badak, dulunya merupakan kantor Rhino Protection Unit (RPU) di Kabupaten Mukomuko, kami berangkat menggunakan dua mobil, yakni mobil Wildlife Rescue Unit BKSDA Bengkulu dan mobil KPHK Seblat, dan membawa 2 motor trail patroli. Sesampainya di sana kami langsung beristirahat. Seperti biasa bila menginap di Resort Air Hitam, saya disuruh tidur di kamar Pak Slamet Riyanto, dan beliau memilih tidur diluar kamar bersama yang lain, mungkin karena saya perempuan satu-satunya maka diberi fasilitas untuk tidur di kamar, yang laki-laki semua diluar kamar. "<i>Aman Mbak Yanti, jangan khawatir diganggu yang lain, kami jaga Mbak Yanti disini</i>", begitulah beliau bercanda malam itu. Saya perhatikan memang ada dua matras di depan pintu kamar, satu tempat tidur Pak Marloki (Mahout PLG Seblat) dan satunya tempat tidur Pak Slamet Riyanto, sedangkan anggota tim lainnya memilih tidur di ruangan sebelahnya, di ruang pertemuan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilrzNxAaSmk8LWE5BfwJArvnknHwr2rqiWbm6fgBnH3ZXQSz3MoY8u2U81kIp2wRGDmMwclTR_AbWUIf9_MqoPhenzlQoyi5Q-PCHXcFR2ycxIcQ0p1Ugivj7VnniZuEtmq98-Sf0NvkI/s1280/5c.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilrzNxAaSmk8LWE5BfwJArvnknHwr2rqiWbm6fgBnH3ZXQSz3MoY8u2U81kIp2wRGDmMwclTR_AbWUIf9_MqoPhenzlQoyi5Q-PCHXcFR2ycxIcQ0p1Ugivj7VnniZuEtmq98-Sf0NvkI/w400-h266/5c.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Kantor Resort Air Hitam (Camp Badak), 2 November 2020<br />Bersama Tim GPS Collar Gajah Sumatera BKSDA Bengkulu</span></td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;">Senin, 2 November 2020. Kami briefing dan pembagian tugas dipimpin oleh Koordinator Tim Zirun Lailani, yang bertugas dari tanggal 1 - 5 November 2020. Pagi itu, saya bersama Suwaji (Mahout PLG Seblat) mempersiapkan dan mengecek perlengkapan pembiusan gajah, mulai dari cek dan uji coba senjata bius, sterilisasi alat, mengemas obat bius dan obat-obatan emergency dan peralatan lain yang diperlukan untuk pembiusan gajah liar. Anggota tim lainnya, Marloki, Zirun Lailani (Polhut), Didi Supriadi (Polhut), Regar (masyarakat mitra PLG Seblat) mepersiapkan tali-temali untuk perlengkapan untuk <i>physical restraint</i> gajah liar, sedangkan Pak Slamet Riyanto, Untung Setiadi (Polhut) dan Sugeng Hariadi (masyarakat mitra PLG Seblat) bertugas untuk mempersiapkan logistik/ konsumsi selama di lapangan. Katanya waktu itu, "<i>Mbak, kami belanja logistik di Pasar Ipuh aja, kalau di Tunggang takut kena Covid, disini orang jelas-jelas positif nggak disiplin, berkeliaran kemana-mana, pada nggak pakek masker</i>". "<i>Cari yang aman aja, Pak</i>", jawabku. Pak Slamet menggantikan Asep M Nasir untuk mengurusi logistik karena tidak dapat bergabung di Tim Pertama dikarenakan sedang mengikuti ujian di BKSDA Bengkulu. Kami libatkan juga satu anggota tim dari Urusan Data dan Informasi BKSDA Bengkulu (Budi Setiawan) untuk urusan dokumentasi selama kegiatan juga monitoring gajah dengan drone. Tiga anggota tim lainnya belum bergabung. Setelah semua perlengkapan siap, setelah makan kami berangkat menuju Hutan Produksi (HP) Air Teramang Kabupaten Mukomuko sebagai target lokasi pertama, lokasinya tak jauh dari Resort Air Hitam, kurang lebih ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan. Kebetulan HP Air Teramang saat ini menjadi areal konsesi atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) PT Bentara Arga Timber (BAT), untuk itu dalam berkegiatan disana kami berkoordinasi dengan PT BAT. Hari itu dilakukan briefing kembali di Post One PT BAT di dalam HP Air Teramang yang sekaligus menjadi base camp kami. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFvSuY8bxaqmn3UfX78r-ldNK79JWjP_CcJIEsouJ6o4cTysdLmiMOvpyJjE-R5xbFZWY9T1qCQ6G3JbBajKas4a0RYbTu9Z6mw__Qpntx8bjaX3_a4bXs0fFePUrgOKPLzLyEfx3R5g8/s1280/5b.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFvSuY8bxaqmn3UfX78r-ldNK79JWjP_CcJIEsouJ6o4cTysdLmiMOvpyJjE-R5xbFZWY9T1qCQ6G3JbBajKas4a0RYbTu9Z6mw__Qpntx8bjaX3_a4bXs0fFePUrgOKPLzLyEfx3R5g8/s320/5b.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Resort Air Hitam, 2 November 2020</span><br /></td></tr></tbody></table>Kami pembagian tugas, Tidak semua anggota tim mengikuti monitoring gajah liar, hari itu dua orang tinggal di base camp untuk mengurusi konsumsi, sedangkan saya ditemani Pak Slamet Riyanto keluar mencari lokasi yang ada signal HP untuk bisa berkoordinasi dengan pihak lain, karena ada pertanyaan tentang setting GPS Collar dari rekan di kantor BKSDA yang memonitor GPS Collar dan pergerakan kami dari jauh, dan koordinasi mendesak lainnya. Beberapa orang lainnya melakukan penelusuran tanda-tanda keberadaan gajah liar. Hasil monitoring gajah tanggal 2 - 3 November 2020 di beberapa jalur, Tim GPS Collar bersama petugas PT BAT tidak menemukan tanda-tanda keberadaan gajah liar baru, yang tampak hanya bekas feces (kotoran) dan jejak gajah liar yang sudah lama, kurang lebih satu bulan. Kami bermalam di Post One PT BAT. Malam harinya kami briefing dan evaluasi kegiatan hari itu, diputuskan esok hari akan dilakukan penelusuran gajah liar di jalur yang berbeda dan akan mengikuti jejak gajah hingga ke arah sungai lainnya, dan saya bersama Pak Slamet Riyanto dan Budi Setiawan bertugas mencari informasi dari luar mengenai adanya konflik gajah terbaru di sekitar Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis, HPT Air Ipuh I, Hutan Produksi (HP) Air Rami dan lainnya. Ini artinya kami harus menemui atau menghubungi orang-orang terkait untuk mendapatkan informasi terbaru, kami harus keluar HP Air Teramang untuk mencari signal yang bagus agar dapat berkomunikasi, dan menemui seseorang di Desa 1F untuk mendapatkan informasi konflik gajah, sekaligus saya akan membeli cairan infuse dari bidan yang praktek di desa itu untuk keperluan penanganan gajah nantinya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxkVB41meDYbxgaQZAosIiOdEosQ0ObuLzI5aBI5LU5XRb1u_HSpJ3IDMzdGV-DFHCAfj5Fs_nA86ousPtICQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="color: #783f04;">bersama Pak Slamet Riyanto di Hutan Produksi Air Teramang</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Mukomuko, 2 November 2020</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesampainya di Desa 1F, kami sekaligus menjenguk rekan kerja kami yang merupakan Tim Patroli Pelestarian Harimau Sumatera (PHS) TNKS yang kebetulan sedang sakit malaria. Darinya kami mencari informasi tentang posisi gajah liar terakhir, karena wilayah patroli harimau mereka melewati kawasan hutan yang saya sebutkan di atas. Posisi gajah liar dalam 2 minggu terakhir di sekitar HP Air Rami dan HPT Air Ipuh I. Sedangkan informasi dari informan lainnya bahwa di HPT Lebong Kandis sudah lama tidak ada gajah liar melintas. Tak lupa saya juga menghubungi Kepala Desa Gajah Makmur, yang wilayahnya sering terjadi konflik gajah, namun beliau mengatakan sudah lama tidak ada konflik gajah di desanya, namun yang ada sekarang konflik harimau. Kami juga menghubungi petugas PT Daria Dharma Pratama (DDP), warga yang biasa beraktifitas di dalam kawasan hutan namun tidak ada informasi yang menunjukkan adanya tanda-tanda keberadaan gajah liar terbaru. Akhirnya dari hasil mencari informasi hari itu, target lokasi selanjutnya untuk monitoring gajah akan diusulkan pindah ke seputaran HPT Air Ipuh I dan HP Air Rami. Saya dan Pak Slamet mengkhawatirkan kondisi rekan kami yang sedang sakit tersebut, dan berulang kali berpesan untuk tidak masuk hutan dulu sebelum kondisi benar-benar pulih, apalagi selain malaria juga kondisinya Hypertensi 170 mgHg. "<i>Pak, pokoknya istirahat dulu, jangan ikut patroli dulu sebelum benar-benar sembuh dan tensinya normal, ntar takutnya ada apa-apa di hutan</i>!" Sebelum Saya dan Pak Slamet pulang dari rumahnya, kami ulangi pesan kami itu padanya, karena kami mengkhawatirkannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sore itu, Selasa 3 November 2020, kami bertemu tim GPS Collar yang pulang menelusuri jejak-jejak gajah liar, dan diputuskan bahwa kami akan pindah lokasi mengingat di HP Air Teramang tidak ditemui jejak baru gajah liar. Tanpa menunda waktu sore itu kami keluar menghindari hari hujan, bila hujan deras maka mobil tidak bisa keluar karena jalan buruk. Mobil WRU kami mengikuti mobil KPHK Seblat yang dikemudikan oleh Pak Slamet Riyanto, beliau memilih melewati jalan pintas menuju Resort Air Hitam, namun jalan yang dipilih ternyata kondisinya jauh lebih buruk sehingga perjalanan kami bukannya cepat sampai tapi sepertinya sama saja jarak tempuhnya bila melewati jalan desa. Dalam perjalanan tiba-tiba mobil Pak Slamet berhenti dan menginformasikan bahwa malam ini sedang ada konflik gajah di Dusun Trans Lapindo, Desa Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, informasi dari warga Trans Lapindo yang menjadi informan kami. Tiba di kantor Resort Air Hitam sudah gelap, malam itu kami melakukan briefing sebentar untuk menentukan langkah selanjutnya. Saya membuka google earth di laptop, memasukan Peta Dusun Trans Lapindo, Peta Desa Gajah Makmur, Peta HGU PT DDP, Peta HP Air Rami, dan menunjukkan ke Pak Slamet Riyanto, dan Pak Zirun Lailani tentang perkiraan lokasi konflik gajah, alur perjalanan yang akan ditempuh dari Resort Air Hitam hingga Dusun Trans Lapindo, dan perkiraan alternatif akses jalan menuju ke sana sebagai gambaran. Sesuai dengan saran rekan-rekan yang biasa bekerja dengan gajah liar maka diputuskan hari itu juga kami berangkat menuju Dusun Trans Lapindo sebelum pergerakan gajah tersebut menjauh bila kami terlambat datang. Ada satu lagi anggota tim (Mustadin) akan bergabung dengan membawa tambahan motor trail patroli, hari itu hujan deras sehingga Polhut yang ditunggu-tunggu belum juga sampai di Resort Air Hitam, bahkan saya sendiri sampai tertidur di ruang pertemuan untuk beberapa waktu saat menunggu kedatangannya, lumayan bisa istirahat dulu sebelum menuju lokasi target selanjutnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Malam itu, kami bersepuluh (4 Polhut, 1 dokter hewan, 2 mahout, 1 PPNPN, 2 masyarakat mitra PLG Seblat) berangkat menuju Dusun Trans Lapindo, 2 orang Polhut bertugas siaga di Resort Air Hitam dan 2 orang anggota tim lainnya tidak bersedia ikut karena tidak mempercayai kebenaran informasi tersebut sebagai alasannya. Saya tidak mau terlibat dalam perdebatan malam itu, dan memilih menyibukkan diri untuk packing peralatan medis dan obat-obatan, dan siap berangkat bila berpindah lokasi target. Pak Slamet Riyanto ternyata mengamati saya yang sebenarnya tidak sabar dan ingin unjuk bicara, dan akhirnya lebih memilih diam untuk menahan diri tidak ikut bicara. Karena setelah perdebatan malam itu beliau bilang sama saya sambil bercanda, "<i>Aku perhatikan sampean tadi udah mau emosi aja Mbak, denger orang-orang itu, sampean tiba-tiba diem,</i> <i>mau bicara nggak jadi ya?</i>" Akhirnya Pak Slamet Riyanto dengan bijaknya mengingatkan kami semua bahwa kita dalam berbicara dan bersikap harus lebih santun dan menghargai rekan kerja lainnya apalagi yang usianya jauh lebih tua, jangan sampai menyinggung perasaannya. Koordinator Tim Pak Zirun Lailani dan Pak Slamet Riyanto menyemangati kami untuk menyelesaikan tugas ini, hal-hal penghalang lainnya jangan melemahkan semangat kami. Malam itu kami memutuskan pindah lokasi target.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk menuju Dusun Trans Lapindo, kami terlebih dulu melewati Desa Gajah Makmur (SP 8), Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko. Dua tahun yang lalu kami pernah survei gajah liar di HP Air Rami dan mengikuti tanda-tanda keberadaan gajah ke arah Dusun Trans Lapindo, paling tidak saya masih ada gambaran lokasi. Memasuki gerbang Desa Gajah Makmur sudah tengah malam, saat itu mobil KPHK Seblat berhenti dan Pak Slamet turun dari mobilnya untuk berfoto di pintu gerbang tanda desa. Malam itu saya merasa aneh/heran, tidak biasanya Pak Slamet turun dari mobil dan minta difoto di pintu gerbang seperti itu beberapa kali, dini hari lagi."<i>aah..mungkin akan dikirimkan ke informan yang dia hubungi sebelumnya untuk menginformasikan bahwa dia sudah sampai</i>", pikirku. Sambil menunggu orang berfoto, saya mengirimkan pesan melalui WA (Whatsapp) kepada Kepala Desa Gajah Makmur pukul 02.12 WIB, saya permisi memasuki desanya, numpang lewat Desa Gajah Makmur karena mendapat informasi ada konflik gajah liar di Dusun Trans Lapindo malam ini, sambil kukirimkan foto pintu gerbang memasuki Desa Gajah Makmur. Namun malam itu informan kami yang ke Desa Trans Lapindo tidak bisa dihubungi (mungkin sudah tertidur), dan tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan ke Dusun Trans Lapindo akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah Pak Edy Kusuma, pensiunan karyawan BKSDA Bengkulu kebetulan tinggal di Desa Gajah Makmur. Istri Pak Edy sudah mengenalku dengan baik, dulu mereka tinggal di Camp Badak dengan almarhumah putrinya. Dan saya dekat dengan putrinya yang masih kecil, itulah yang menyebabkan beliau tidak pernah lupa dengan saya. Pak Edy Kusuma adalah mantan personil RPU (Rhino Protection Unit), beliau terkenal sebagai orang yang sangat kuat berjalan di hutan. Hutan-hutan di Bengkulu yang dulunya habitat Badak Sumatera sudah beliau telusuri. Yang pasti daerah jelajah beliau di hutan Bengkulu lebih jauh dan lebih luas dibandingkan saya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLsrbyARwAg4WlJ8N7AucP0goV_faRW5myRMYyeMJ2rsja1m9IoM3CbsQn4b7e05wwTtWDAglkhBsUEQwb12nrthm0D2v9wqRsz_gPy0bCJoc2WV0LkUZi9yl9r68h3AdwXvGUDEodcVk/s1001/5a_4+Nov+2020+%25282%2529.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="562" data-original-width="1001" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLsrbyARwAg4WlJ8N7AucP0goV_faRW5myRMYyeMJ2rsja1m9IoM3CbsQn4b7e05wwTtWDAglkhBsUEQwb12nrthm0D2v9wqRsz_gPy0bCJoc2WV0LkUZi9yl9r68h3AdwXvGUDEodcVk/w400-h225/5a_4+Nov+2020+%25282%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Desa Gajah Makmur, Kec. Malin Deman, Kab. Mukomuko<br />bersama Kel. Edy Kusuma, 4 November 2020</span></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rabu 4 November 2020, kami berpamitan dengan keluarga Pak Edy Kusuma, kami berfoto bersama di depan rumahnya di Desa Gajah Makmur sebagai kenang-kenangan. Pagi itu, Kepala Desa Gajah Makmur menghubungi saya untuk mampir jika kami masih di Dusun Trans Lapindo, karena keluar masuk dusun tersebut melewati Desa Gajah Makmur dan melewati rumah Pak Kades. Signal yang hilang timbul membuat komunikasi lewat telepon tersendat-sendat dan terlambat untuk merespon. Pagi itu Tim GPS Collar langsung bergerak menuju Dusun Trans Lapindo, dan di tengah perjalanan kami bertemu dengan informan kami bernama Mopri (kami memanggilnya Mop) warga Dusun Trans Lapindo, yang akan kami jadikan guide ke lokasi konflik gajah. Kami menelusuri perkebunan masyarakat, terlihat memang ada jejak-jejak gajah liar baru (yang masuk kebun tadi malam), setelah terus menelusuri jejak tersebut ternyata menuju ke Desa Gajah Makmur dan memasuki Hutan Produksi Air Rami menyeberangi sungai kecil (Air Sipi). Kami mendapat informasi bahwa pagi tadi terdengar suara gajah liar di hutan dekat salah satu kebun warga di Desa Gajah Makmur. Akhirnya Tim GPS Collar memutuskan untuk mendirikan tenda di dekat lokasi tersebut, di pinggir aliran sungai Air Sipi. Mobil kami titipkan di pondok kebun warga. Karena faktor tidak ada signal sehingga saya tidak bisa mengabari Kepala Desa bahwa kami akhirnya kembali lagi ke wilayah Desa Gajah Makmur mengikuti jejak gajah liar terbaru. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_XZ9n2TyVot0qXVx-0GgTYbb5p8G0dQVw-8La_cVRPeVTF3ao5cYQPVPnUZWdREu0wLQHBSth5a9zq7_i2VjdMcjgXebd9MQKmDQGV7fJ_ApcZC5UBSfyfI3F_INrVy5GIJEE29JOGZQ/w300-h400/20201105_092301.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="300" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Jejak Gajah Liar menuju Hutan Produksi Air Rami<br />Desa Gajah Makmur, 5 November 2020</span></td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_XZ9n2TyVot0qXVx-0GgTYbb5p8G0dQVw-8La_cVRPeVTF3ao5cYQPVPnUZWdREu0wLQHBSth5a9zq7_i2VjdMcjgXebd9MQKmDQGV7fJ_ApcZC5UBSfyfI3F_INrVy5GIJEE29JOGZQ/s2048/20201105_092301.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #783f04;"></span></a></div><div style="text-align: justify;">Siang itu, saya, Pak Slamet Riyanto, Zirun Lailani, dan rekan lainnya tinggal di tenda, sedangkan 6 orang lainnya dengan 3 buah motor trail melakukan monitoring gajah ke arah Sungai Air Rami. Jadi ingat saat masuk hutan / HP Air Rami tahun 2018 lalu, kami survei jalur jelajah gajah liar bersama Tim BKSDA dan Tim BBTNKS, kami menemukan jejak-jejak gajah liar di areal perambahan dan merusak pondok-pondok perambah yang berada di HP Air Rami, dan jejak-jejak itu menuju sungai Air Rami. Wajar kalau mereka mencoba mencari gajah liar ke arah sana. Hari itu di tenda, Pak Slamet terlihat gembira sekali, tidak seperti biasanya, bahkan saat berendam di Sungai Air Sipi untuk membersihkan badan bersama sahabat dekatnya Pak Mustadin (Polhut), beliau tertawa riang, katanya banyak ikan kecil-kecil menggigiti tubuhnya dan terasa geli katanya. Lama sekali mereka mandi di sungai, sementara saya dan Sugeng Hariadi memasak mempersiapkan makan malam kami. Hari itu saya membuat bakwan goreng, rencana akan dibuat lauk makan malam, namun sudah habis buat cemilan sebelum makan malam. Hari sudah mulai gelap, Tim yang melakukan penelusuran gajah liar belum juga kembali, membuat kami yang menunggu tenda merasa khawatir, mengingat kami merasa berada dekat dengan gajah liar. Sampai-sampai koordinator tim menyampaikan, "<i>Bila hari sudah mulai gelap, ada atau tidak jejak baru yang ditemukan harus secepatnya kembali ke tenda</i>". Sore itu, Pak Slamet Riyanto sibuk mengangkut kayu papan yang ditemukan di kebun sawit warga, dibawa ke tenda buat alas matras tidurnya biar rata. Dia sudah memilih lokasi untuk tidur, di pinggir tenda. Saya juga memilih lokasi untuk tidur di pinggir tenda sejajar dengan beliau. Selesai menyiapkan tempat tidur, kembali beliau mengangkut kayu papan ditaruh dibawah matras saya, padahal saya tidak memintanya, "<i>Ini mbak, biar rata, biar enak tidurnya</i>". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hari itu kami dapat informasi bahwa pimpinan (Kasubag TU, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I dan Kasat Polhut) akan megunjungi kami pada hari Sabtu, tanggal 7 November 2020. Dan saya juga sampaikan ke Tim bahwa hari Sabtu saya harus keluar mencari signal yang bagus atau mungkin saya akan ke mess TNKS di Seblat untuk menumpang internet buat mengikuti ujian dan kuliah, sekaligus menjemput pimpinan yang akan datang berkunjung. Pak Slamet Riyanto menawarkan, "<i>kalau mau cari internet, ke rumah saya saja, saya sudah pasang WiFi</i>". Jarak rumah beliau dengan mess/ Resort TNKS memang dekat. Sehingga hari itu aku merencanakan kalau Sabtu keluar bisa dengan Budi Setiawan yang bawa mobil WRU atau bisa dengan Pak Slamet Riyanto dengan mobil KPHK Seblat. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak ada jejak baru yang ditemukan saat penelusuran gajah liar hari itu, kemudian diambil keputusan untuk melakukan penelusuran jejak gajah liar baru yang masuk HP Air Rami melewati Air Sipi esok hari. Malam itu kami istirahat tidur di tenda tanpa terdengar suara terompet gajah liar, ini artinya gajah liar sudah tidak ada di sekitar lokasi kami mendirikan tenda. Hingga terbangun di pagi hari, terdengar suara Pak Slamet Riyanto dan kawan-kawan lainnya yang bercanda dan memperdebatkan dan mempermasalahkan siapa yang tidur ngorok tadi malam. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kamis, 5 November 2020. Tim Pertama yang akan melakukan monitoring penelusuran jejak gajah liar siap-siap berangkat setelah sarapan pagi, yakni Pak Zirun Lailani, Suwaji, Marloki, Didi Supriadi, Budi Setiawan, Regar dan Mopri berangkat lebih dulu, menuju lokasi pinggir hutan dengan mobil WRU. Kemudian saya, Pak Slamet Riyanto dan Mustadin sebagai Tim Kedua menyusul, sekaligus membawa perlengkapan medis untuk gajah, tali-temali dan GPS Collar. Kami berangkat menuju pinggir hutan menggunakan mobil KPHK Seblat yang dikemudikan oleh Pak Slamet Riyanto. Sebelumnya kami Tim Kedua menunggu informasi untuk menyusul di tenda, namun skenario dirubah kami menunggu di tempat terakhir mobil bisa masuk, yakni di kebun sawit Pak Panji warga Desa Gajah Makmur. Saya bilang, "<i>kalau harus berangkat pagi ini juga maka saya mau sarapan dulu, karena tidak sempat lagi mandi, saya mau sikat gigi saja di sungai</i>". Pak Mustadin sudah siap berangkat dan menyiapkan bekalnya, mengisi air minum. Pagi itu seperti biasa, Pak Slamet yang suka bercanda dan ngusilin kawan menyembunyikan botol air minum Pak Mustadin dan dimasukkan ke dalam tasnya, hingga yang punya sibuk mencari nggak ketemu. Kami berdua ditinggal oleh Pak Slamet yang pergi duluan ke atas, katanya,"<i>Saya mau manasin mobil dulu</i>". Pak Mustadin menunggu saya sampai selesai sarapan, dan baru kami berangkat menyusul Pak Slamet Riyanto. Di atas kami melihat Pak Slamet sedang berbicara dengan pemilik pondok kebun, bahkan meminta air kepada orang tersebut, tidak hanya itu, juga meminta ubi jalar hasil kebunnya untuk dibakar nanti. Dan saya tidak kebagian air minum, "<i>Pokoknya nanti kalau haus aku minta air Pak Slamet</i>". Karena saya tahu di dalam tasnya ada banyak botol minum penuh air termasuk punya Pak Mustadin yang disembunyikan, dan sekarang masih minta air lagi ke pemilik pondok di kebun terdekat. Begitulah cara bercanda beliau dengan kawan-kawannya. Hari itu saya dan Pak Slamet kebetulan memakai seragam baru yang sama, yakni seragam Tim Patroli kerja sama antara BKSDA Bengkulu dengan Fauna and Flora International - Indonesia Program (FFI-IP). Di dalam mobil kami bertiga tak henti-hentinya bercanda hingga kami sampai di dekat mobil WRU. Saat itu Pak Slamet terlihat sibuk sendiri, menelusuri jejak-jejak gajah liar sendiri ke arah Trans Lapindo hingga dicari dan disuruh kembali oleh Pak Mustadin. Sesampainya di lokasi kami menunggu informasi dari dalam hutan, Pak Slamet terlihat sibuk mengumpulkan kayu bakar dan membuat perapian yang rencananya untuk membakar ubi. Saya memilih duduk di pinggir lahan yang masih berhutan, kemudian beliau mengangkut dua buah kayu papan yang ditemukan di sekitar lokasi, dan ditatanya untuk tempatku duduk, katanya, "<i>Nah, duduk disini mbak, enak</i>". Kemudian saya mengajak mereka berdua untuk mempersiapkan peralatan, agar nanti saat Tim Pertama datang semua peralatan sudah siap dan tinggal bawa. Akhirnya saya, Pak Slamet dan Pak Mustadin, mengemas barang dalam ransel agar mudah dibawa, dan mengaturnya agar mudah dicari saat akan digunakan, dikemas sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tak lama kemudian, Mopri dan Regar muncul dari hutan menginformasikan bahwa kelompok gajah liar telah ditemukan. Kami berlima berbagi barang bawaan berangkat menuju ke dalam Hutan / HP Air Rami. Pak Slamet membawa tali dan tas kecilnya, walaupun dalam perjalanan akhirnya tali tersebut ganti dibawa oleh Pak Mustadin. Saya membawa tas kecil saya dan kamera. Tas obat-obatan saya dibawa oleh Pak Mustadin. GPS Collar dan perlengkapan lainnya dibawa oleh Regar dan Mopri yang merupakan tenaga Porter kami. Kami berjalan berurutan melalui jalan bekas tapak kaki gajah, paling depan Mopri sebagai penunjuk jalan, disusul Regar, saya, Pak Slamet Riyanto dan paling belakang Pak Mustadin. Jalan setapak yang kami lalui benar-benar baru saja dilewati oleh gajah liar, terlihat jejak baru, kotoran baru dan bekas tumbuhan yang baru dimakan. Pada saat perjalanan tersebut Pak Slamet sempat terpeleset jatuh, dan Pak Mustadin mengatakan,"<i>Kau Met masak kalah sama Yanti</i>". Dan dijawabnya, "<i>jalannya licin, Mok</i>". Memang jalan yang kami lalui berlumpur, licin, bahkan saat kakiku terjebak dilumpur yang dalam untuk mengangkatnya butuh bantuan orang lain. Setelah itu malah gantian aku yang terjatuh dua kali karena tersandung akar-akaran pohon. Di dalam hutan kami juga jumpai bekas illegal logging yang sudah ditinggalkan dengan sisa-sisa kayu hasil gesekan. Dalam perjalanan tersebut semua terlihat wajar dan tidak terlihat ada masalah. Kami beristirahat di punggungan bukit, di dekat kami terdengar dua kali suara terompet gajah liar. Ternyata lokasi Tim Pertama menunggu sudah tak jauh dari lokasi kami berdiri. Saya dan Regar lebih dulu melanjutkan perjalanan hingga bertemu dengan Budi dan Didi. Pak Marloki, Suwaji dan Pak Zirun sedang mengikuti gajah liar. Tak lama kemudian disusul oleh Pak Mustadin dan Pak Slamet datang mendekat, namun hanya Pak Mustadin yang turun menyeberangi sungai kecil di dekat kami untuk menuju lokasi kami duduk. Pak Slamet berhenti di pinggir sungai dan duduk istirahat disebrang. Saat itu saya mulai merasa ada yang aneh, tinggal beberapa meter saja kenapa beliau berhenti di Sebrang, dan membuatku spontan bertanya, " <i>Pak Slamet, kenapa</i>?" Beliau menjawab, "<i>Vertigo, rasanya nggliyeng</i>". "<i>Istirahat saja dulu</i>", sautku. Saat itu aku melihat wajahnya tampak mulai pucat. Aku nggak tahu kapan Pak Slamet menyeberangi sungai kecil itu dan tiba-tiba sudah ada di depanku, dalam posisi beristirahat disamping Pak Mustadin disela-sela akar pohon besar. Mungkin saat aku sedang menyiapkan peralatan, beliau berjalan ke arah kami. Tiba-tiba beliau muntah, membuat aku dan Budi langsung berdiri menuju kearahnya, memeriksanya, badannya berkeringat banyak dan basah, namun kami tidak ada solusi untuk mengganti karena saya periksa bajuku sendiri juga basah, tidak ada diantara kami yang bajunya kering. Kami mencoba memberikan pertolongan pertama agar kondisinya lebih baik. Beliau ingin rebahan, dan kawan lainnya mencari daun-daunan buat alas tidur. Saya teringat di ranselku ada terpal, kukeluarkan terpal utk alasnya tidur. Dan beliau mengatakan, "<i>Kalau gini terasa hangat</i>". Beliau nanya, "<i>Boleh mbak saya minum susu</i>?" "<i>Iya bolehlah buat nambah tenaga</i>", jawabku. Dan susu yang dibuatkan Pak Mustadin dihabiskannya. Dalam istirahat itu, beliau tidak pingsan, sepanjang waktu masih ngobrol dengan Pak Mustadin, melanjutnya obrolan dan candaan kami yang di mobil waktu berangkat. Saat istirahat itu mengeluh lelah. Gajah sudah dapat dan sudah berhasil ditembak bius, saatnya pasang GPS Collar. Saat Pak Marloki datang, saya dan rekan lainnya siap menuju lokasi gajah liar, dan kami pamitan sebentar. Sementara Pak Slamet beristirahat ditemani polhut lainnya. "<i>Nanti kalau sudah baikan, kami menyusul</i>", "<i>Tidak usah</i>", jawabku. "<i>Nggak usah nyusul, lebih baik istirahat saja, kalaupun kondisi sudah membaik nggak capek lagi mending nanti jalan keluar hutan menuju mobil, biar urusan pasang GPS Collar kami yang selesaikan</i>", itu yang saya sampaikan ke Pak Slamet. Dan sebelum saya pamit sebentar untuk pasang GPS Collar, saya sempat bercanda padanya, "<i>Yang penting sekarang Pak Slamet istirahat saja, biar tenaga pulih lagi, karena tugas Pak Slamet masih ada nanti, nyetirin kami balik</i>". Selama ini kami memang sering bercanda satu sama lain. Tanpa kusadari itulah komunikasi terakhir saya dengan beliau. Kami melanjutkan perjalanan menuju perbatasan antara kawasan Hutan Produksi Air Rami dengan kawasan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh I dimana lokasi gajah terakhir berada, mengikuti jejak kaki gajah yang telah tertembak bius. Sesampainya di lokasi, ternyata gajah masih berjalan, dan Pak Zirun, Suwaji, Marloki masih mengikutinya. Kelompok gajah liar lainnya mengelilingi induk gajah yang dibius, mungkin yang terbius adalah ketua kelompok gajah liar di daerah itu, sehingga gajah-gajah lainnya tidak mau pergi. Pak Suwaji sempat dikejar oleh gajah liar tersebut. Dikejar gajah liar memang mengerikan dan saya juga pernah punya pengalaman beberapa kali dikejar gajah liar dan tidak tahu caranya menghindar. Saat perjalanan itu, kami diberi tips gimana caranya menghindar dari gajah liar saat mengejar kita. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8vbcq3-ihlmxlzOYMMUnLag4XFJC9BfJaboamCENcJ0Hc3XdlVS7f2xvk3oQBGDgJWUckBcazUa1Kt2EjGDgJ1l0dIbrZ39mGRR4u3TrAlMNMu_A80bbo1hMfwSyvUnsjg-uAvrKgKis/w400-h300/20201104_102323+%25282%2529.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Hutan Produksi Air Rami, 4 November 2020. Photo: Erni Suyanti Musabine</span><br /></td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8vbcq3-ihlmxlzOYMMUnLag4XFJC9BfJaboamCENcJ0Hc3XdlVS7f2xvk3oQBGDgJWUckBcazUa1Kt2EjGDgJ1l0dIbrZ39mGRR4u3TrAlMNMu_A80bbo1hMfwSyvUnsjg-uAvrKgKis/s2048/20201104_102323+%25282%2529.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #783f04;"></span></a></div><div style="text-align: justify;">Pada saat menunggu tersebut, tiba-tiba pukul 12.39 WIB kami yang berada di atas punggungan bukit mendengar suara orang berteriak memanggil. Malah sebelumnya saya menganggap itu suara rangkong, ternyata suara orang. Namun kami masih bingung, yang berteriak ini siapa? Kami pun bingung itu suara Pak Slamet atau suara Pak Mustadin atau suara Pak Suwaji. Sepertinya dari bawah, mungkin suara Pak Slamet atau Pak Mustadin. Apakah gajah liar berbalik menuju kesana? Apa yang terjadi? Ataukah mungkin Pak Slamet pingsan? Banyak pertanyaan berkecamuk di pikiran kami. Tiba-tiba dilanjutkan dengan suara pohon dipukul-pukul. "<i>Waduh...ini sepertinya tanda emergency</i>!", kataku pada yang lain. Saya menyuruh Mopri secepatnya menuju lokasi Pak Slamet yang berada di Hutan Produksi Air Rami untuk mengetahui apa yang terjadi, dan saya menyuruh Regar untuk menuju lokasi Pak Suwaji dan Pak Zirun yang posisinya sudah berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh I, untuk menginformasikan bahwa Pak Slamet sakit dan ada panggilan darurat dari bawah. Saya, Budi dan Didi bersama peralatan GPS Collar berada tepat di batas kawasan Hutan Produksi Air Rami dan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh I, cemas menunggu, dan terus terang merasa panik, belum tahu apa yang harus dilakukan. Mopri kembali ke lokasi kami sambil ngos-ngosan karena berlari secepat mungkin, dan menyampaikan khabar buruk, "<i>Pak Slamet udah nggak ada, denyut nandinya nggak ada</i>". Saya langsung lemas dan panik mendengarnya, antara percaya dan tidak, dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Saya perintahkan Didi untuk menyusul Regar dan mennginformasikan ini ke Pak Zirun, Marloki dan Suwaji, dan bilang kegiatan pemasangan GPS Collar dihentikan, tim ditarik mundur sekarang, kita perlu evakuasi Pak Slamet secepatnya menuju Puskesmas terdekat. Saya minta Budi untuk ambil tali prusik yang lembut yang rencana akan digunakan untuk restraint gajah untuk dibawa, "<i>peralatan lainnya ditinggal saja biar kawan lainnya (Tim Pak Zirun) untuk membawa balik peralatan</i>", kataku. Saya, Mopri dan Budi buru-buru menuju lokasi Pak Slamet beristirahat. Sesampainya di lokasi saya meminta kawan-kawan untuk memotong kayu pancang dan membuat tandu dengan tali yang sudah dibawa. Saya membawa stetoskop dan pulse oxymetry di ransel saya, saya mengeluarkan peralatan saya untuk memastikan apa yang terjadi, dan akhirnya saya bilang ke kawan-kawan, "<i>biarlah Puskesmas yang menyatakan</i>", karena saya tidak berwenang. Sejujurnya, saya tidak sanggup mengatakan bahwa beliau sudah tidak ada, dan saya tidak percaya bahwa beliau sudah pergi. Tak tahan melihat apa yang terjadi saya menangis sejadi-jadinya, saya tak mampu menahan kesedihan ini, benar-benar diluar dugaan kami, Pak Slamet menghembuskan nafas terakhirnya di hutan ini saat sedang menjalankan tugas. Rasanya seperti mimpi buruk. Ini bukan kali pertama kami menjelajahi hutan ini bersama Pak Slamet, sebelumnya kami memasuki kawasan Hutan Produksi Air Rami ini untuk rescue harimau terjerat dengan jalur lebih lama dan lebih menantang. Tak lama kemudian Didi datang membantu membuat tandu, saya minta Didi untuk ambil titik koordinat lokasi dengan GPSnya. Pak Marloki begitu sedih melihat Pak Slamet berbaring sudah tak bernyawa, membuatnya menangis karena tak percaya, melihat Pak Marloki menangis membuat saya kembali menangis. Begitu juga Pak Zirun dan Pak Suwaji begitu melihat Pak Slamet langsung menuju ke sungai dan bersandar ke pohon, saya tahu mereka menangis sedih, namun tidak ingin memperlihatkannya di depan kami. Beliau pergi saat bersama kami, kawan-kawan dekatnya selama ini. Siang itu udah memasuki waktu shalat Dzuhur, dan Pak Mustadin mengajak Pak Slamet shalat Dzuhur, mungkin karena capek Pak Slamet memang tidak berusaha untuk bangun. Pak Mustadin yang sepanjang waktu berada disampingnya dan mengajaknya ngobrol, pamit sebentar untuk wudhu di sungai kecil di samping mereka untuk shalat Dzuhur. Selesai wudhu, Pak Mustadin mendekati lokasi Pak Slamet kembali, namun mendapati Pak Slamet telah menarik nafas dua kali dan tidak ada. Tidak percaya dengan apa yang dilihat, dipanggil namanya berulang kali dan berusaha dibangunkan, dan diperiksa nadi dan denyut jantungnya memang tidak ada. Saat itulah kami mendengar suara orang berteriak memanggil dan memukul pohon di hutan sebagai tanda panggilan darurat. Begitu tandu sudah siap, kami pindahkan tubuh Pak Slamet ke tandu, kami selimuti dengan handuk yang rencana digunakan untuk menutup mata gajah liar, saya lepas sepatu bootsnya. Wajahnya kami tutup dengan scrap dan topi lapangan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT6UK7Vr2ZrIu0qXvQljxArIIN-O9MyWQsfFk_HfyXnJ-e7lwuRuqAhKvAb02czWimLbkmSSce0O28q0XdukPHFxa4SjxXE6zPAd6e1r4_ZNIHZsY0TmTR0qenI_zBf-hxdaku1mCnIc8/s1202/TKP.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="560" data-original-width="1202" height="186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT6UK7Vr2ZrIu0qXvQljxArIIN-O9MyWQsfFk_HfyXnJ-e7lwuRuqAhKvAb02czWimLbkmSSce0O28q0XdukPHFxa4SjxXE6zPAd6e1r4_ZNIHZsY0TmTR0qenI_zBf-hxdaku1mCnIc8/w400-h186/TKP.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Lokasi Meninggalnya Pak Slamet Riyanto, 5 November 2020 Pukul 12.39 WIB<br />Peta : BKSDA Bengkulu</span></td></tr></tbody></table><br />Pukul 13.04 WIB kami menandunya keluar hutan secara bergantian. Kami semua belum bisa percaya bahwa beliau telah meninggal dunia. Tiba-tiba ditengah perjalanan hujan deras, petir menyambar tak henti-henti. Jalan menjadi semakin licin. Apapun kondisinya jalan setapak yang kami lewati saat evakuasi, kami semua berusaha semaksimal mungkin agar tubuh Pak Slamet tidak terjatuh, tergores oleh kayu, dan menjaga agar tidak lecet sedikit pun, untuk menghindari adanya dugaan macam-macam diluar sana. Kawan-kawan yang kelelahan berhenti beberapa kali untuk istirahat beberapa detik. Saat perjalanan itu saya melihat ada jejak harimau yang masih baru, saya tidak mengatakan pada yang lain hanya bilang ke Budi yang ada di dekatku, "<i>hati-hati ya kalau jalan perhatikan sekitar, ada jejak harimau baru nih</i>". Meski saya tidak memberi tahu yang lain, namun polhut lainnya juga biasa keluar masuk hutan ternyata juga tahu dan waspada saat evakuasi tersebut. Pak Mustadin dan Pak Zirun tak henti-hentinya memeriksa ke belakang, karena mereka berjalan paling belakang. Dan aku yang memeriksa ke depan karena aku dan Budi paling depan. Tim yang menandu berada di antara kami. Sambil berjalan saya meriksa signal di HP, karena saya perlu segera bisa komunikasi keluar untuk menginformasikan ini. Pukul 13.36 WIB saya berhasil menghubungi Kepala Sub Bagian TU BKSDA Bengkulu dan mengabarkan bahwa, "<i>Tim kami dapat musibah di HP Air Rami, Pak Slamet nggak ada. Dan sekarang dalam proses evakuasi ditandu keluar hutan</i>". Karena saya menelpon sambil menangis, dan signal juga kurang bagus, informasi yang diterima jadi nggak jelas, pimpinan kami mengira yang meninggal adalah gajah yang akan kami pasang GPS Collar, namun beliau bingung kok pakek ditandu segala. Akhirnya ditanya beberapa kali, "<i>Siapa yang nggak ada</i>?" Begitu saya menyebut nama Pak Slamet Riyanto, beliau terkejut tak percaya. Pada saat saya memberi khabar duka itu beliau sedang makan siang bersama tamu kami dari pusat, dari Direktorat Kawasan Konservasi Ditjen KSDAE. Mendengar petugas BKSDA Bengkulu ada yang meninggal dunia saat sedang menjalankan tugas di hutan, beliau langsung menghubungi Kepala Biro Kepegawaian, dan mungkin itulah yang menyebabkan khabar duka itu langsung didengar oleh Pak Dirjen KSDAE. Selanjutnya saya menghubungi Kepala Desa Gajah Makmur untuk minta bantuan evakuasi, saya menginformasikan ke Pak Kades bahwa kami mengalami musibah, salah satu anggota tim kami kondisinya kritis, mohon bantuan evakuasi. Saat bertemu dengan Pak Kades dan warga Desa Gajah Makmur, saya berbisik ke Pak Kades dan mengatakan bahwa teman kami sebenarnya telah meninggal dunia. Dan Pak Kades pun menyatakan hal yang sama saat memeriksanya. Akhirnya kami menuju Puskesmas terdekat di Desa Gajah Makmur. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perjalanan menuju Puskesmas Gajah Makmur juga bukan hal yang mudah dilalui, apalagi habis hujan, kondisi jalan licin dan buruk, di beberapa tanjakan mobil WRU yang membawa Pak Slamet tidak bisa naik dan harus dibantu sling, bagian samping mobil pun perlu dibantu didorong oleh banyak orang agar mobil tidak terperosok ke lubang yang dalam pinggir jalan. Sekitar pukul 18.00 WIB sampai juga di Puskesmas Pembantu Desa Gajah Makmur, karena tidak ada dokter akhirnya diperiksa oleh bidan, dan dibuatkan surat kematian dari Puskesmas diketahui oleh Kepala Desa. Disaat yang bersamaan rekan-rekan kerja dari BKSDA Bengkulu sudah bersiap-siap di rumah duka, namun keluarga Pak Slamet Riyanto tidak percaya bahwa beliau telah meninggal dunia. Saat menghubungiku, ingin bicara langsung dengan pihak Puskesmas Desa Gajah Makmur untuk mengetahui informasi yang sebenarnya. Beberapa warga desa mendatangi kami untuk membantu, membuatkan makan malam, memberikan kain penutup jenazah dan menawarkan bantuan lainnya, mungkin karena melihat saya masih memakai baju lapangan basah kuyup dan berlumpur, menggigil kedinginan menunggu disamping jenazah Pak Slamet, sambil terus mencari bantuan ambulance. Kepala Desa dan warga Desa Gajah Makmur menemani kami selama berada di Puskesmas Pembantu Desa Gajah Makmur.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya kembali meminta bantuan Pak Kades dan Puskesmas untuk mencari ambulance. Agak sulit mencari ambulance yang mobil double untuk bisa menjangkau desa itu, menurut informasi puskesmas yang punya adalah perusahaan perkebunan PT Alno. Mereka ingin menghubungi sopir ambulance PT Alno, mendengar nama PT Alno, langsung saya bicara dengan Pak Kades dan pihak Puskesmas, "<i>biar saya saja yang menghubungi PT Alno</i>". Saya langsung menghubungi General Manager PT Alno, dan beliau langsung merespon untuk mengirim bantuan ambulance. Beliau bertanya lokasi kami saat itu dekat dengan areal perkebunan PT Alno yang mana, saya sampaikan bahwa Desa Gajah Makmur dekat dengan perkebunan PT Pangeran (PT Alno Group). Beliau langsung menghubungi manager area, dan manager area langsung memerintahkan sopir ambulance menuju ke lokasi kami di Puskesmas Desa Gajah Makmur. Kami dengan Tim berbagi tugas, karena kendala signal maka kami tidak bisa meghubungi rekan kami yang berjaga di tenda untuk menginformasikan apa yang terjadi dan untuk segera berkemas. Akhirnya mobil KPHK Seblat yang sebelumnya dikemudikan oleh Pak Slamet Riyanto ganti dikemudikan oleh anak Pak Kades Gajah Makmur untuk menginformasikan musibah ini ke anggota tim yang berjaga di tenda untuk mengemas semua barang dan peralatan dan kembali pulang. Sedangkan saya bersama Pak Zirun Lailani, Pak Suwaji dan Pak Marloki membawa jenazah menggunakan mobil ambulance. Pak Mustadin dan Budi mengiringi kami dari belakang dengan mobil WRU. Saya juga menghubungi Tim PHS-KS (TNKS) untuk mengirim drivernya guna meminta bantuan membawa mobil KPHK Seblat berserta peralatan dan barang kami yang masih tertinggal, saya tidak bisa meminta bantuan Pak Asep Nasir karena beliau telah mendapat tugas dari BKSDA Bengkulu untuk ke keluarga korban dan menyiapkan semua kebutuhan menyambut jenazah Pak Slamet datang ke rumah duka. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengingat jalan yang kami lalui sebelumnya melewati SP 8 dan PT DDP ada hambatan, kami memilih jalan yang lebih dekat dan kondisinya lebih bagus yakni melewati areal HGU PT Alno, lebih dekat ditempuh dari Desa Gajah Makmur. Yang membuat saya bersedih kembali malam itu, karena perjalanan kami melewati jalan poros yang melintasi kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat. Saat beliau telah meninggal dunia, jenazah beliau pun harus lebih dulu melewati kawasan hutan yang dicintainya, kawasan hutan yang dia ikut perjuangkan dari ancaman apapun, tempat dimana beliau pernah bekerja, bahkan tidak hanya bekerja, beliau juga mendukung secara financial jika dibutuhkan. Pengorbanannya untuk TWA Seblat dan gajah-gajah yang ada di dalamnya sungguh luar biasa. Sepanjang perjalanan yang sangat mengganggu pikiran saya adalah bagaimana saya harus menjelaskan kepada istri dan anaknya apa yang telah terjadi, saya tidak sanggup. Saya menangis mengingat itu dan merasa sangat tertekan. Karena selama bekerja di BKSDA Bengkulu, saya sangat dekat dengan beliau, sangat dekat dengan keluarganya, dekat dengan istrinya bahkan sudah seperti keluarga sendiri. Rumahnya tempat saya menginap bila saya kemalaman saat akan masuk ke hutan atau akan kembali ke Bengkulu dari hutan. Karena itu, saya benar-benar tidak mampu menghadapi keluarganya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Malam itu kami tiba di Puskesmas Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara. Jenazah Pak Slamet Riyanto dilakukan visum oleh tim medis disana didampingi pimpinan dan rekan-rekan dari BKSDA Bengkulu. Orang-orang melihat kami dalam kondisi lusuh, baju basah karena hujan, dan penuh lumpur, terlihat sangat kelelahan, hanya duduk terdiam dengan pandangan kosong di depan Puskesmas karena tidak tahu harus berbuat apa, tidak ikut masuk dalam ruangan, karena melihat wajah Pak Slamet tentu akan membuat kami sangat bersedih. Tangis saya pecah kembali saat ada rekan kerja lainnya dan Kasubag TU menghampiri mencoba untuk menenangkan saya. Anggota Tim lainnya terdiam membisu. Akhirnya kami dianjurkan untuk tidak ikut sampai ke rumah duka, namun kami diungsikan ke mess/ Resort TNKS untuk mandi, berganti baju dan beristirahat, menenangkan diri. Kepala Balai, Kasubag TU dan Kepala Seksi serta rekan kerja dari BKSDA Bengkulu selanjutnya yang akan mengurusi jenazah Pak Slamet Riyanto ke rumah duka. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Esok harinya, Jumat 6 November 2020 hari itu saya datang ke rumah duka bersama kawan-kawan BKSDA Bengkulu dan BBTNKS, dan yang langsung saya temui adalah istrinya. Kami berpelukan dan menangis bersamaan. Saya tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba Mbak Yuli (istri Pak Slamet Riyanto) bertanya, "<i>Mas Slamet ada pesan nggak Mbak Yanti</i>?" "<i>Nggak ada mbak</i>? <i>Nggak ada pesan, juga nggak ada tanda-tanda, rasanya saya masih ngggak percaya</i>". Kemudian saya bertanya, "<i>selama ini ada keluhan sakit nggak mbak Yuli</i>?" "<i>Nggak ada</i>", jawabnya. "<i>Pusing aja sih</i>". Setelah kami sama-sama tenang kembali, istrinya memintaku untuk mendokumentasikan semua tahapan prosesi pengurusan jenazah di rumah duka hingga pemakaman, karena keluarga Pak Slamet Riyanto yang di Yogyakarta memintanya. Tiba-tiba keluarga Pak Slamet dipanggil untuk menyaksikan jenazah dikafani, dan saya pun dipanggil untuk ikut menyaksikan. Saya sudah tenang dan tidak akan meneteskan air mata akhirnya saya bersedia. Tim GPS Collar bersama kawan-kawan BKSDA dan BBTNKS hari itu bersama-sama ikut men-shalatinya di masjid yang beliau dirikan yang berada di komplek pondok pesantren yang juga beliau dirikan dan support dengan cita-cita sangat mulia menyediakan tempat belajar bagi anak-anak yang kurang mampu dan menjadikan mereka Hamilul Qur'an. Kami mengantarkannya ke peristirahatan terakhir di pemakaman Desa Air Muring, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisxXULH7_dJTnwFliS2aakXPCbfBlBc1PTO51TQMPh1RkaIy3kptjru9T1s8DENSKpVKLtQl10C0AtWdyPZkJlQhvZyzm9PIMZCvdeU4D7qG4-mVgeoHa4k2Xn7qozFfO13ti4CxGAV6A/w400-h300/20201106_103819.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #783f04;">Pemakaman Pak Slamet Riyanto, Desa Air Muring, Kec. Putri Hijau<br />Kabupaten Bengkulu Utara, 6 November 2020</span></td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisxXULH7_dJTnwFliS2aakXPCbfBlBc1PTO51TQMPh1RkaIy3kptjru9T1s8DENSKpVKLtQl10C0AtWdyPZkJlQhvZyzm9PIMZCvdeU4D7qG4-mVgeoHa4k2Xn7qozFfO13ti4CxGAV6A/s2048/20201106_103819.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #783f04;"></span></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Selamat jalan kawan......</div><div style="text-align: justify;">Rekan kerja terbaik kami, rimbawan sejati</div><div style="text-align: justify;">Beristirahatlah dengan tenang</div><div style="text-align: justify;">Disana Allah akan memberikan tempat yang terbaik</div><div style="text-align: justify;">Kami semua mengakui dan sebagai saksi atas dedikasimu yang begitu tinggi </div><div style="text-align: justify;">Bahwa pengabdian dan pengorbananmu untuk konservasi satwa liar dan habitatnya tak diragukan lagi</div><div style="text-align: justify;">Dan memilih jalan sunyi untuk mengabdi bagi negeri</div><div style="text-align: justify;">Bahkan di penghujung usiamu ditakdirkan berada bersama kami</div><div style="text-align: justify;">di tengah rimba untuk mendukung konservasi Gajah Sumatera</div><div style="text-align: justify;">Tanpa disadari itulah detik-detik terakhir kami bersamamu</div><div style="text-align: justify;">Alam semesta sangat kehilanganmu, tidak hanya kami</div><div style="text-align: justify;">Gajah...Harimau...Penyu.....dan seisi rimba yang selama ini hidupmu telah engkau korbankan untuk mereka</div><div style="text-align: justify;">Semoga engkau damai di sana</div><div style="text-align: justify;">di tempat peristirahatanmu terakhir</div><div style="text-align: justify;">Hutan Produksi Air Rami, Bengkulu 5 November 2020, pukul 12.39 WIB</div><div style="text-align: justify;">Tempat yang terpilih untuk menutup usiamu</div><div style="text-align: justify;">Membuktikan betapa besar perjuanganmu untuk konservasi di negeri ini</div>Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-13049714310561718772020-04-28T05:49:00.001-07:002020-05-01T23:20:22.338-07:00Pengaruh Kerusakan Lingkungan terhadap Munculnya dan Munculnya Kembali Penyakit Menular Baru (Emerging & Re-emerging Infectious Diseases) <div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b><span style="color: #274e13;">Erni Suyanti/ NPM. <span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">E2A01</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">9011</span></span></b></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">I. Pendahuluan</span></span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">One Health</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
adalah konsep yang muncul dalam ilmu kesehatan berkaitan dengan kesehatan
manusia, hewan dan lingkungan dari satu kerangka kerja. Pendekatan kebijakan
ini didasarkan pada pengetahuan bahwa sekitar 70 persen penyakit yang muncul
pada manusia berasal dari spesies lain dan bahwa transmisi silang spesies ini terjadi
karena tekanan pada sistem lingkungan seperti perubahan habitat dan hilangnya
keanekaragaman hayati (Malloy, S.S. et al, 2019). <i>The World Health Organization</i> (WHO) mendefinisikan <i>Emerging Infectious Disease</i> sebagai penyakit
yang muncul dalam populasi untuk pertama kalinya atau yang mungkin sudah ada
sebelumnya namun kejadiannya meningkat dengan cepat / rentang geografis.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC3K8C7G3yS8psCDu2gxPiceGUlBilu8_q5zDi2vy7IGjxk5oP5elQGHYG8VQLvfMxKJC8xJFj4h24D_B_xOoOOCNhIAD22q5aHlc2WAcglI3Qi5FNMKzjUTEqEEVEXvpEqvIvWaC_d9Y/s1600/One-Health-approach-to-address-zoonotic-diseases.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="726" data-original-width="850" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC3K8C7G3yS8psCDu2gxPiceGUlBilu8_q5zDi2vy7IGjxk5oP5elQGHYG8VQLvfMxKJC8xJFj4h24D_B_xOoOOCNhIAD22q5aHlc2WAcglI3Qi5FNMKzjUTEqEEVEXvpEqvIvWaC_d9Y/s400/One-Health-approach-to-address-zoonotic-diseases.png" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pendekatan One Health <span style="font-size: 12.8px;">untuk mengatasi penyakit zoonosis</span><br />
<span style="font-size: 12.8px; text-indent: 0.5in;">Sumber gambar: Marco Gonzales Tous</span></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
</div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Deforestasi adalah
salah satu faktor paling potensial sebagai penyebab <i>Emerging</i> dan <i>Re-Emerging Infectious Diseases.</i> Deforestasi
disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, yakni alih fungsi kawasan lahan/
hutan untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan pengembangan lahan pertanian, <i>logging</i>, program transmigrasi,
pembangunan jalan, pertambangan, dan pembangunan serta pengembangan tenaga air
sebagai sumber energi dan lain-lain </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 16px;">(Yasuoka, J and Levins, R., 2007)</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">. </span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">K</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">eadaan iklim </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sesungguhnya juga berkaitan erat</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dengan timbulnya gangguan kesehatan karena dapat memicu </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">munculnya</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> berbagai penyakit infeksi, terutama pada pemanasan yang berkepanjangan dan ketidakstabilan</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">iklim seperti cuaca yang ekstrim. Keadaan iklim seperti ini dapat memicu munculnya (<i>emerging</i>) atau kemunculan kembali penyakit infeksius (<i>re-emerging infectious disease</i>) secara global (Nicholls, 1993; Epstein, 1999; 2001).</span></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>II. Tinjauan Pustaka</b></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perubahan lingkungan alami dan sistem pertanian sebagai dampak perkembangan ekonomi dan industri, termasuk dinamika populasi (pertumbuhan, urbanisasi, migrasi), adalah penyebab utama yang mengakibatkan persistensi, kemunculan penyakit menular baru (<i>Emerging infectious diseases</i>), dan kemunculan kembali penyakit menular (<i>Re-emerging infectious diseases</i>) di nergara berkembang (Yang et al., 2015).</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh
penggundulan hutan menyebabkan penularan penyakit pada manusia, dan dari semua
spesies yang berasal dari hutan, nyamuk merupakan hewan yang paling sensitif
terhadap perubahan lingkungan, meskipun hanya terjadi perubahan kecil pada
lingkungan seperti perubahan suhu, kelembaban, tempat berkembang biak yang
sesuai, hal ini dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya, kepadatan dan
distribusi secara dramatis. Perubahan ekologi nyamuk dan perilaku/ aktivitas
manusia di kawasan hutan yang telah dialihfungsikan berpengaruh terhadap
penularan penyakit terutama yang ditularkan oleh nyamuk, seperti <i>Malaria</i>, <i>Japanese encephalitis</i> dan <i>Filariasis</i>
(Yasuoka, J and Levins, R., 2007). </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1985, Wilson menggambarkan konsep dasar dalam munculnya penyakit
menular sebagai berikut: </span><br />
<ol>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Munculnya penyakit menular itu kompleks, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penyakit
menular bersifat dinamis, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagian besar infeksi baru tidak disebabkan oleh
patogen yang benar-benar baru, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Agen yang terlibat terjadinya infeksi baru
dan yang muncul kembali berdasarkan taksonomi masuk kategori virus, bakteri,
jamur, protozoa, dan cacing, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Konsep mikroba sebagai penyebab penyakit tidak
memadai dan tidak lengkap, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aktivitas manusia adalah faktor paling kuat yang
mendorong munculnya penyakit, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Faktor sosial, ekonomi, politik, puncak
kejadian, teknologi dan lingkungan membentuk pola penyakit dan berpengaruh
terhadap kemunculannya, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memahami dan merespons munculnya penyakit memerlukan
perspektif global, secara konseptual dan geografis, </span></li>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Situasi global saat ini
mendukung munculnya penyakit.</span></li>
</ol>
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Deforestasi </span></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">dan alih fungsi lahan/ hutan mempengaruhi vektor anophelin, khususnya daya ketahanan larva maupun spesies dewasa, reproduksi dan kapasitas vektor, melalui perubahan kondisi lingkungan dan mikroklimatik seperti suhu (rata-rata, variabilitas), sinar matahari (jumlah, durasi), kelembaban, kondisi air (distribusi, suhu, kualitas, kekeruhan, arus), kondisi tanah, dan vegetasi. Hal ini yang menyebabkan munculnya atau munculnya kembali penyakit menular baru yang disebarkan melalui vektor. Di dataran tinggi Kenya barat, penggundulan hutan dan penanaman rawa alami meningkatkan ketahanan larva dan produktivitas spesies dewasa dari nyamuk </span><i style="font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;">An. gambiae</i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"> yakni dipengaruhi oleh suhu air dan nutrisi.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;">Sebanyak lebih dari 17 % penyakit menular pada manusia yang ditularkan melalui vektor merupakan beban secara global. Ekspansi global yang cepat dari patogen yang sebelumnya tidak dikenal, seperti virus Zika dan chikungunya pada beberapa tahun terakhir menandakan pentingnya memahami bagaimana perubahan antropogenik memengaruhi munculnya dan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor (Burkett, N.D dan Vittor, C.A.Y., 2018). Deforestasi telah diidentifikasi sebagai satu perubahan antropogenik yang mempengaruhi prevalensi penyakit yang ditularkan melalui vektor, gambaran tentang dampak deforestasi pada penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor telah dilaporkan (Burkett, N.D dan Vittor, C.A.Y., 2018). Analisis data dari 87 spesies nyamuk yang berasal dari 12 negara dikumpulkan dari studi lapangan dan dipublikasikan, mengungkapkan bahwa sekitar setengah dari spesies (52,9%) terkait dengan habitat yang terdeforestasi. Spesies nyamuk yang berfungsi sebagai vektor berbagai patogen pada manusia yang diakibatkan oleh deforestasi/ penggundulan hutan, yakni </span><i style="text-indent: 0px;">Anopheles bancroftii</i><span style="text-indent: 0px;">, </span><i style="text-indent: 0px;">Anopheles darlingi, Anopheles farauti, Anopheles funia, sl, Anopheles gambiae sl, Anopheles subpictus, Aedes aegypti, Aedes vigilax, Culex annexstrac </i><span style="text-indent: 0px;">(Burkett, N.D dan Vittor, C.A.Y., 2018). </span></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;">Pemanasan global dan perubahan iklim juga berpengaruh terhadap paling tidak adanya 5 (lima) penyakit hewan menular strategis (PHMS) yang perlu diwaspadai dapat muncul dan mewabah di Indonesia, yaitu </span><i style="text-indent: 0px;">bluetongue</i><span style="text-indent: 0px;">, Nipah, </span><i style="text-indent: 0px;">Japanese encephalitis</i><span style="text-indent: 0px;">, </span><i style="text-indent: 0px;">West Nile</i><span style="text-indent: 0px;"> dan </span><i style="text-indent: 0px;">Rift Valley fever</i><span style="text-indent: 0px;">. Hal ini dikarenakan tiga dari lima PHMS tersebut yakni </span><i style="text-indent: 0px;">bluetongue</i><span style="text-indent: 0px;">, </span><i style="text-indent: 0px;">Japanese encephalitis</i><span style="text-indent: 0px;"> dan Nipah, agen patogen, vektor dan hospesnya sudah terdapat di Indonesia, sehingga dikhawatirkan bahwa perubahan iklim dan perubahan ekologi yang terjadi akan memicu munculnya penyakit tersebut. Selain itu tiga penyakit lainnya yakni </span><i style="text-indent: 0px;">avian influenza</i><span style="text-indent: 0px;"> H5N1, anthrax dan </span><i style="text-indent: 0px;">leptospirosis</i><span style="text-indent: 0px;">, yang memang sudah ada di Indonesia dapat diperkirakan sering muncul kembali seiring dengan terjadinya perubahan iklim terutama pada musim hujan yang berkepanjangan (Bahri, S., Syafriati, T, 2011).</span></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;"><br /></span></span><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;"><b>III. Metodologi</b></span></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-indent: 0.5in;"><span style="text-indent: 0px;">Mengulas studi kepustakaan</span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">IV<i>. Emerging</i> dan <i>Re-emerging Infectious Diseases </i></span></span></b><br />
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><i><br /></i></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ada
banyak contoh pengaruh perubahan lingkungan dan pertanian terhadap munculnya
penyakit menular, seperti SARS yang menginfeksi masyarakat China pada tahun
2003, <i>Lyme disease</i> yang terjadi di
Eropa pada tahun 2000. Adanya perubahan interaksi
antara manusia dengan populasi satwa liar atau hewan peliharaan sebagai
fasilitator yang paling mungkin bagi munculnya penyakit <i>Bovine Spongiform Encephalopathy</i> (BSE), <i>Avian influenza</i> (Flu burung), Nipah virus, <i>Human Immunodeficiency
Virus</i> (HIV) </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">(Yang et al., 2015). Mengingat
bukti baru yang saling mempengaruhi antara perubahan lingkungan dan penyakit
menular baru atau penyakit menular yang
kembali muncul (WHO, 2012, 2013). Ada konsensus yang berkembang di antara para
ahli ekologi bahwa disfungsi ekologis, fragmentasi habitat, perubahan iklim,
dan akumulasi racun lebih banyak dikaitkan dengan aktivitas manusia. Semua ini
telah bekerja secara sinergis untuk mengurangi keanekaragaman hayati dan fungsi
ekosistem yang telah mengakibatkan penyebaran penyakit menular pada satwa liar
dan manusia .</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Beberapa penyakit menular baru yang disebabakn oleh kerusakan lingkungan diantaranya sebagai berikut:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">1. Demam Berdarah Dengue (DBD)</span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBbPHF4tiYjMJmUXjL8mmJTaJ6vL5-98tHqGemfRCuVITc99NjMkkd5AyliEsYxG53bPAbari1Q5cIVFSHGQyONqn60q_dmLGZfdVS-U8WvnLaaAFr8fDwzGh7u1ALur1U6Bw1DxUlvCc/s1600/nyamuk-aedes-aegypti-penyebab-dbd-alodokter.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="433" data-original-width="650" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBbPHF4tiYjMJmUXjL8mmJTaJ6vL5-98tHqGemfRCuVITc99NjMkkd5AyliEsYxG53bPAbari1Q5cIVFSHGQyONqn60q_dmLGZfdVS-U8WvnLaaAFr8fDwzGh7u1ALur1U6Bw1DxUlvCc/s200/nyamuk-aedes-aegypti-penyebab-dbd-alodokter.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nyamuk <i>Aedes aegyti. </i><br />
Photo: Alodokter, Kemenkes RI</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Demam
berdarah merupakan <i>re-emerging infectious
disease</i> yang ditularkan oleh nyamuk, terutama <i>Aedes aegypti</i> dan <i>Aedes
albopictus</i>. Terdapat dalam empat serotipe yang sedikit berbeda dan telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang muncul di Cina, serta di bagian lain
di Asia Tenggara untuk beberapa waktu. Epidemi Demam Berdarah di China tercatat
pertama kali pada tahun 1902, 1915, 1922 di Penghu Islet, Taiwan, diperkirakan
tingkat infeksi sebanyak 80%. Berikutnya wabah kedua terjadi pada tahun 1931
dan 1942-1943 (Yang et al, 2015).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Demam berdarah di
Sumatera dan Kalimantan sangat musiman dan berhubungan dengan faktor iklim dan
deforestasi. Memasukkan indikator iklim
ke dalam surveillance berbasis resiko mungkin diperlukan untuk penyakit demam
berdarah di Indonesia (Husnina, Z et al., 2019). <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">2. Malaria</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penyakit
malaria merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas di negara-negara
berkembang. Pada tahun 2008, ada sekitar 243 juta
kasus malaria secara global dan ini mengakibatkan 863.000 kematian (WHO, 2009).
Malaria sangat berbahaya untuk anak di bawah usia lima tahun; Perkiraan
menunjukkan bahwa seorang anak meninggal setiap dua menit karena penyakit ini (WHO,
2016). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terbukti
ada hubungan positif antara deforestasi dan prevalensi malaria di Brasil (Olson
et al, 2010; Terrazas et al, 2015), Paraguay (Wayant et al, 2010), Malaysia
(Fornace et al, 2016) dan Nigeria (Berazneva dan Byker, 2017). Investigasi di
beberapa negara endemis malaria juga menemukan hasil yang serupa (Austin et al,
2017). </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 16px;">Di antara tahun 2000-2012 telah kehilangan hutan di dunia seluas 2,3 juta kilometer persegi (Hansen et al, 2013). Salah satu konsekuensi dari perubahan besar yang terjadi akibat deforestasi adalah potensi peningkatan prevalensi malaria (Patz et al, 2000; Pattanayak dan Pfaff, 2009). Merupakan salah satu penyakit dengan peringkat teratas sebagai penyebab kematian di seluruh dunia (Lozano et al, 2012).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 16px;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
kasus wabah malaria, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian bayi
menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi dalam menghadapi hilangnya hutan
di Indonesia, mungkin karena peningkatan bersamaan malaria. Diperlukan tindakan
kebijakan yang terpadu dan cepat untuk mengatasi deforestasi yang cepat dan degradasi
lingkungan yang terjadi di Indonesia, serta masalah kesehatan terkait
(Pattanayak et al, 2010; Garg, 2017).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kehilangan tutupan
hutan dapat meningkatkan kejadian malaria melalui jalur yang berbeda.
Deforestasi untuk lahan pertanian, dan saluran irigasi serta kanal yang dibuat
untuk pertanian menciptakan kondisi baru bagi perkembangbiakan vektor nyamuk.
Peningkatan suhu akibat deforsetasi juga membantu penularan malaria. Akumulasi
air di lahan/ hutan yang ditebang cenderung memiliki pH netral, dan banyaknya
paparan sinar matahari menguntungkan bagi perkembangan larva nyamuk. Selain itu
akibat deforestasi juga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati,
berkurangnya dan punahnya predator (seperti capung) menyebabkan proliferasi
nyamuk (Patz et al, 2000; Pattanayak dan Pfaff, 2009).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">3. <i>Avian Influenza</i> (Flu Burung)</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Avian
influenza (HPAI) yang sangat patogenetik pada unggas (strain H5 dan H7)
memiliki tingkat kematian yang tinggi dan sering menyebabkan kematian mendadak.
Flu burung menyebabkan kehancuran seluruh populasi, menyebabkan kerugian
ekonomi yang serius. Strain pertama dari virus HPAI (H5N1) diisolasi dari angsa
di Cina pada tahun 1996. Menurut Departemen Pertanian, Cina, telah mengalami 50
epidemi di 16 provinsi pada tahun 2004. Perlu digarisbawahi bahwa hal ini menunjukkan
unggas domestik dan liar dapat mati karena infeksi ini (Yang et al, 2015).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Virus
influenza A adalah virus RNA termasuk dalam family <i>Orthomyxoviridae</i> dan merupakan agen penyebab influenza, suatu
penyakit virus pernapasan yang menular pada burung dan manusia. Pandemi pertama
abad ke-20 terjadi pada tahun 1918 disebabkan oleh virus influenza novel
(H1N1), kemudian terjadi pandemi kedua pada tahun 1957 disebabkan oleh A(H2N20),
terjadi lagi pada tahun 1968 karena A(H3N2), dan tahun 2009 karena novel A(H1N1).
Selain itu, kasus influenza A(H1N1) dilaporkan kembali pada tahun 1977, yang
mungkin disebabkan keluaran dari laboratorium. Pada era sebelum 1977, hanya ada
satu jenis influenza yang bersirkulasi yang menyebabkan influenza musiman pada
manusia. Sejak 1977, beredarnya virus A(H1N1) dan A(H3N2) (Weber, D.J. et al,
2016).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan
jumlah kasus yang dilaporkan dan durasi subtipe ini diisolasi, H5N1 dan H7N9
adalah virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi di seluruh dunia. Sebagian
besar kasus pada manusia yang terinfeksi oleh virus A(H5N1) dan A (H7N9) terjadi
karena kontak langsung atau tidak langsung dengan unggas hidup atau mati yang
terinfeksi. Subtipe virus A(H5N1), virus influenza A yang sangat patogen, kasus
manusia yang pertama terinfeksi terjadi pada 1997 selama terjadi wabah pada
unggas di Hong Kong. Sejak kemunculannya secara luas pada tahun 2003 dan 2004,
A(H5N1) telah menyebar dari Asia ke Eropa dan Afrika dan telah menyerang unggas
di beberapa negara. Sampai saat ini telah dilaporkan di 16 negara, orang yang
terinfeksi sebanyak lebih dari 500 orang dengan kematian yang dilaporkan
sekitar 60%. Sedangkan subtipe virus A(H7N9) merupakan virus influenza yang
rendah patogenitasnya, pertama kali menginfeksi beberapa penduduk Shanghai pada
bulan Maret 2013. Tidak ada kasus A (H7N9) yang dilaporkan di luar Cina (Weber,
D.J. et al, 2016).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #0c343d;"><b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4. SARS (<i>Severe Acute Respiratory Syndrome</i>)</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">SARS
disebabkan oleh coronavirus baru, SARS-CoV secara filogenetik berbeda dari
semua coronavirus pada manusia dan hewan yang sebelumnya dikenal. Seperti
halnya coronavirus lainnya, SARS-CoV adalah virus RNA untai positif yang
termasuk dalam keluarga <i>Coronaviridae</i>.
Ini diklasifikasikan sebagai turunan dari 2B β CoV. Virus mirip SARS-CoV terdeteksi di musang
sawit Himalaya dan anjing rakun di pasar di Cina Selatan. Sebagai reservoir
utama adalah kelelawar Cina (<i>Rhinolophus sinicus</i>) (Weber, D.J et al,
2016).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">SARS
pertama kali muncul di Cina Selatan pada November 2002 dan diakui sebagai
ancaman global pada Maret 2003 ketika menyebar ke 33 negara atau wilayah di 5
benua dan diatasi pada Juli 2013. SARS muncul kembali pada akhir tahun 2003 dan
awal tahun 2004 di Cina Selatan setelah dimulainya kembali kegiatan perdagangan
hewan liar di pasar. Tidak ada kasus yang dilaporkan sejak tahun 2004. Secara
keseluruhan, 8.098 orang di seluruh dunia terjangkit SARS, dimana 774 orang
meninggal (tingkat fatalitas kasus = 9,6%). Di Amerika Serikat, hanya 8 orang
yang memiliki bukti laboratorium terinfeksi SARS-CoV (Weber, D.J et al, 2016).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #0c343d; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>5. MERS (M<i>iddle East Respiratory Syndrome</i>)</b></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">MERS adalah penyakit virus baru yang
menyerang pernapasan pada manusia, pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 dan
disebabkan oleh coronavirus baru, turunan dari 2C β CoV (Weber, D.J et al,
2016). Hingga tanggal 25 September 2015,
negara-negara di Timur Tengah melaporkan bahwa telah terjadi kasus penyakit
MERS di Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, dan Yaman. Negara-negara dengan kasus-kasus yang terkait dengan
perjalanan termasuk Aljazair, Austria, Cina, Mesir, Perancis, Jerman, Yunani,
Italia, Malaysia, Belanda, Filipina, Republik Korea, Thailand, Turki, Inggris,
dan Amerika Serikat (Weber, D.J et al, 2016).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">MERS-CoV adalah penyakit zoonosis yang
ditularkan dari hewan ke manusia. Asal-usul virus tidak sepenuhnya diketahui, namun
diyakini berasal dari kelelawar dan kemudian ditransmisikan ke unta. Saat ini,
diyakini bahwa unta berpunuk tunggal adalah host reservoir utama untuk penyakit
MERS-CoV dan sebagai sumber penularan dari hewan ke manusia (Weber, D.J et al,
2016). MERS dapat ditularkan dari orang
ke orang. Pada umumnya tertular karena
kontak langsung/ berdekatan serta memberikan perawatan tanpa pelindung kepada
pasien yang terinfeksi. The <i>World Health
Organization</i> (WHO) / Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa jumlah
kasus MERS yang telah dikonfirmasi adalah 1.583 kasus, dengan jumlah kematian 566
kasus. Pada musim panas 2015, wabah
besar MERS dilaporkan terjadi di Republik Korea dan Cina. Pada 11 September
2015, WHO melaporkan telah terjadi 186 kasus yang dikonfirmasi (Republik Korea:
n = 185; Cina: n = 1), dengan 36 kematian. Kasus terakhir infeksi MERS di
Republik Korea yang dilaporkan ke WHO tanggal 4 Juli 2015 (Weber, D.J et al,
2016).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">6. SARS-CoV-2 atau COVID-19</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Menurut Gary Whittaker (2020), Profesor Virologi di <i>College of Veterinary Medicine</i> dan seorang pakar coronavirus, berpendapat bahwa semua virus corona pada manusia berasal dari kelelawar. Hewan-hewan tersebut bertindak sebagai reservoir alami atau inang/host tempat virus tersebut bertahan. Diketahui ada tujuh virus corona manusia, termasuk diantaranya </span><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 24px;">SARS (<i>Severe Acute Respiratory Syndrome</i>) yakni infeksi saluran pernafasan akut yang parah, diidentifikasi pada tahun 2003. MERS (<i>Middle East Respiratory Syndrome</i>) pertama kali dilaporkan pada tahun 2012, dan sekarang muncul penyakit baru SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Menurut Alex Travis (2020) Direktur Kesehatan Masyarakat di Institut Baker untuk Kesehatan Hewan dan Profesor Biologi Reproduksi di Fakultas Kedokteran Hewan, mengatakan bahwa pentingnya </span><i style="font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt;">One Health</i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">, sebuah filosofi yang menyatakan bahwa kesehatan manusia tergantung pada kesehatan lingkungan. Dalam kurun waktu 70 tahun terakhir dua dari tiga penyakit menular baru yang muncul berasal dari hewan dan menginfeksi populasi manusia. Mengkonsumsi daging satwa liar dan perdagangan satwa liar hidup di seluruh dunia sangat meningkatkan resiko transmisi penyakit dari hewan ke populasi manusia. Kombinasi permasalahan dari ketidaksempurnaan sistem pangan, kondisi ekonomi yang sulit, kebijakan konservasi keanekaragaman hayati global yang buruk telah menciptakan badai besar munculnya COVID-19. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJajIJQs2HqfJlEXLzd0L121ST2B8vOqqvN26-IggVsfSPvfGCWeGy7wPgH_t7mYwWNkTiY5FcwBkXfoZnU2JPkHfd_Nu9zumE5n3GvEnTKx3HM04BXHinQPd_oCxoYPSYUK3XH20WO9s/s1600/Tiger+1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJajIJQs2HqfJlEXLzd0L121ST2B8vOqqvN26-IggVsfSPvfGCWeGy7wPgH_t7mYwWNkTiY5FcwBkXfoZnU2JPkHfd_Nu9zumE5n3GvEnTKx3HM04BXHinQPd_oCxoYPSYUK3XH20WO9s/s400/Tiger+1.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi Satwa Harimau. Photo: Erni Suyanti</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Merujuk
pada <i>WCS’s news release</i>, 5 April 2020
menyatakan bahwa seekor Harimau Malaya (<i>Panthera
tigris tigris</i>) berjenis kelamin betina di Kebun Binatang Bronx, New York,
Amerika Serikat dinyatakan positif COVID-19. Hasil positif dari tes COVID-19
untuk harimau tersebut dikonfirmasi oleh <i>USDA’s
National Veterinary Services Laboratory. </i> Selain itu Harimau Malaya lainnya, dua ekor
Harimau Amur dan tiga ekor Singa Afrika menunjukkan gejala klinis batuk kering.
Diduga satwa-satwa tersebut terinfeksi dari perawat satwa yang tidak
menunjukkan gejala terinfeksi virus atau sebelum orang tersebut mengalami
gejala klinis. COVID-19 adalah penyakit
yang disebabkan oleh coronavirus atau dikenal dengan SARS-CoV-2. Diyakini virus
ini pertama kali ditularkan oleh orang-orang di pasar makanan yang berdagang
satwa liar di Wuhan, Cina. Namun belum
ada bukti bahwa hewan punya peranan penting dalam transmisi COVID-19 kepada manusia
selain kejadian awal di Pasar Wuhan, dan tidak ada bukti bahwa ada orang yang
terinfeksi COVID-19 dari hewan di Amerika Serikat, termasuk dari hewan
peliharaan seperti anjing atau kucing. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2HO4UDsfnlU-D6pXDAWxBWUCdkqbIXRyGoVsAqdzoerfB_EcNJfrfGwmNAxGTQSm3k7b_tR9OyAiZYHlsH65pcHQ3aV1qzXnvAMS20ZkCLlyyv7zQaLwyfmQGArLE1z0hq2JIHUtURbo/s1600/71901122-69de-11ea-9de8-4adc9756b5c3_1320x770_105407.webp" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="770" data-original-width="1320" height="116" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2HO4UDsfnlU-D6pXDAWxBWUCdkqbIXRyGoVsAqdzoerfB_EcNJfrfGwmNAxGTQSm3k7b_tR9OyAiZYHlsH65pcHQ3aV1qzXnvAMS20ZkCLlyyv7zQaLwyfmQGArLE1z0hq2JIHUtURbo/s200/71901122-69de-11ea-9de8-4adc9756b5c3_1320x770_105407.webp" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anjing Pomeranian.<br />
Sumber Photo: South China Morning Post</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Antara News (2020) memberitakan bahwa seekor anjing di Hong Kong dilakukan pengujian
virus corona dan mendapatkan hasil positif namun lemah, yang mengindentifikasi
infeksi tingkat rendah, berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian, Perikanan
dan Konservasi (AFCD) Hong Kong. Menurut
Dale Fisher, Kepala Jaringan Global Peringatan dan Penanganan Wabah yang dikoordinasi
oleh WHO di Singapura mengatakan, “sebagian hewan mempunyai reseptor yang sama
untuk COVID-19 sehingga bisa saja mereka terinfeksi penyakitnya, tetapi hewan
secara umum tidak menunjukkan gejala, dan cenderung tidak menyebarkan virus
lebih lanjut”. Pemilik anjing terlebih
dulu dinyatakan posistif terinfeksi SARS-CoV-2.
Sampel dari anjing diperiksa pada tanggal 19 dan 20 Maret 2020 dan
terdeteksi positif SARS-CoV-2, namun tidak menunjukkan gejala klinis yang
spesifik. Dikutib dari Ayo Jakarta.com bahwa anjing pertama yang diketahui terinfeksi virus COVID-19 jenis Pomeranian berusia 17 tahun telah mati di Hong Kong pada tanggal 16 Maret 2020 usai menjalani karantina dan setelah pulih dari penyakit tersebut dan dinyatakan telah negatif virus COVID-19. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dilaporkan
Fakultas Kedokteran Hewan, University of Liège, Belgia bahwa pada tanggal 18
Maret 2020 hasil pemeriksaan sampel feces dan muntahan kucing dengan gejala
klinis pernafasan dan pencernaan dinyatakan positif SARS-CoV-2, dan pemilik kucing terlebih dulu
dinyatakan terinfeksi SARS-CoV-2. </span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Coronavirus
(subfamili <i>Orthocoronavirinae</i>, famili
<i>Coronaviridae</i>, order N<i>idovirales</i>) diselimuti, single-strand,
virus RNA indra-positif. Saat ini, ada empat genera yang berbeda, yaitu <i>Alphacoronavirus</i>, <i>Betacoronavirus</i>, <i>Gammacoronavirus</i>
dan <i>Deltacoronavirus</i>, sebagai
reservoir adalah kelelawar dan tikus untuk virus <i>alfa</i> dan <i>betacoronaonae</i>
atau burung untuk <i>gamma</i>- dan d<i>eltacoronavirus</i>. Dari reservoir alami
mereka CoVs dapat ditransmisi ke hewan lain, termasuk manusia, dengan penularan
ke manusia biasanya membutuhkan inang perantara (Lorusso et al., 2020). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
kurun waktu 18 tahun terakhir, dengan adanya dukungan teknologi pengurutan
novel, sejumlah besar CoV novel ditemukan pada sejumlah besar hewan. Di antara
hewan, terbukti bahwa kelelawar adalah kelompok mamalia yang memiliki jumlah
CoV terbesar. Bagaimana CoV berasal,
berevolusi, berpindah, bermutasi, dan menginfeksi host mereka, tindakan untuk
menghindari penyebaran virus berikutnya dari hewan ke manusia tentu menjadi
prioritas (Decaro, N., Lorruso, A. 2020). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sehubungan
dengan COVID-19, virus yang terkait dengan Cov-2 masih memiliki sampel yang
buruk pada mamalia (bahkan pada kelelawar) untuk mencapai kesimpulan.
Identifikasi dua kelompok virus yang berbeda dalam trenggiling menunjukkan
bahwa virus yang terkait dengan SARS-COV-2 pada mamalia dapat membantu untuk
mengklarifikasi asal usul SARS-COV-2. Kemiripan yang tinggi antara CoVs
trenggiling Guandong dan SARS-CoV-2 di RBD menimbulkan kekhawatiran bahwa virus
mungkin siap ditularkan ke populasi manusia. Dibutuhkan lebih banyak pekerjaan
untuk mengeksplorasi patogenisitas dan keanekaragaman CoV pada trenggiling.
Namun demikian, karena statusnya terancam punah, dan risiko menyebabkan wabah
COv di masa depan, perburuan, penanganan, perdagangan trenggiling harus
dilarang keras (Han, G.Z. 2020).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perubahan
epidemiologis dalam infeksi COVID-19 harus digunakan untuk memperhitungkan rute
potensi penularan dan infeksi subklinis, di samping adaptasi, evolusi, dan
penyebaran virus di antara manusia dan kemungkinan hewan dan reservoir menengah
(Rothan, H.A dan Byrareddy, S.N, 2020). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut
Li, J.Y et al (2020), mengingat bahwa munculnya pneumonia 2019-nCoV sebagai
penyakit menular baru dengan penularan antarspesies dari hewan, kita harus
merefleksikan asal usul patogen manusia dan belajar dari pengalaman. Dengan adanya
perubahan ekologi dan aktivitas manusia, termasuk menginvasi tanpa batas
habitat alami satwa liar, dan adanya pertanian modern, penyebaran virus dari
inang alami ke manusia terus muncul dan bahkan mungkin meningkat. Meskipun
telah dibangun peradaban manusia yang tak tertandingi dengan informasi yang
sangat maju, virus tak kasat mata masih dapat memiliki dampak buruk pada
manusia. Virus yang menyebabkan kematian tinggi seperti SARS-CoV, MERS-CoV,
H5N1, H7N9, Ebola, dan Emerging 2019-nCoV seharusnya menjadi alarm bagi dunia.
Kita harus berusaha untuk mengurangi kemungkinan terjadi wabah dan membahayakan
manusia, diantaranya memperkuat penyelidikan etiologi hewan, mengurangi kontak
langsung dengan satwa liar, tidak kontak antara reservoir alami dengan populasi
manusia, serta perlu dilakukan pemberantasan perdagangan satwa liar sebagai
upaya untuk mencapai tujuan tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">7. Ebola Virus Disease</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ebola
disebabkan oleh virus RNA dari family <i>Filoviridae</i>. Ada 5 spesies virus Ebola yang
teridentifikasi, 4 di antaranya diketahui menyebabkan penyakit pada manusia,
yaitu Zaire, Sudan, Tai Forest (sebelumnya Coted'Ivoire), dan Bundibugy.
Kelima, virus Reston, telah menyebabkan penyakit pada primata manusia (<i>nonhuman primate</i>), tetapi tidak pada
manusia. Host alami reservoir virus
Ebola masih belum diketahui. Namun, deteksi antibodi terhadap Ebola dan fragmen
virus Ebola pada kelelawar buah dan serangga menunjukkan bahwa hewan-hewan
ini berfungsi sebagai reservoir. Wabah Ebola sebelumnya telah terjadi di Afrika
Barat dan Tengah, termasuk Republik Demokratik Kongo, Uganda, Sudan, dan Gabon.
Kasus tunggal yang disebabkan oleh kecelakaan laboratorium juga telah
dilaporkan dari Rusia dan Inggris. Masa inkubasi Ebola umumnya 8-10 hari. Infeksi
hanya ditularkan dari orang yang bergejala. Ebola ditularkan dari orang ke
orang melalui kontak langsung dengan kulit, melalui kontak selaput lendir, dengan
darah, cairan tubuh (misalnya, urin, air liur, keringat, tinja, muntah, ASI,
air mani) dari orang yang sakit, benda (misalnya jarum, jarum suntik) yang
telah terkontaminasi dengan cairan tubuh dari orang yang sakit, atau kelelawar
buah yang terinfeksi atau primata. Dan yang terbaru penularan virus ini bisa
melalui kontak seksual yang diakui terjadi di Liberia. Wabah Ebola dilaporkan pertama kali terjadi
di Afrika Barat pada tahun 1976, setelah 40 tahun kemudian terjadi wabah di
Zaire dan Sudan sekitar 24 wabah telah terjadi. Wabah saat ini, yang dimulai
pada tahun 2014 di Afrika Barat, telah melibatkan Guinea, Sierra Leone, dan
Liberia. Kasus-kasus juga dilaporkan di Nigeria, Senegal, Spanyol, Mali,
Inggris, Italia, dan Amerika Serikat. Per 24 September 2015, ada 28.355 total
kasus (15.235 kasus yang dikonfirmasi laboratorium) dan 11.311 kematian
(tingkat fatalitas kasus, sekitar 40%).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">8. Novel Ebolavirus</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
tahun 2007, penyakit novel Ebolavirus menyebabkan epidemi demam berdarah Ebola
di distrik Bundibugyo Uganda (virus ini berbeda meskipun mirip dengan
Ebolavirus dari kasus epidemi tahun 2014 di Afrika Barat). Meskipun kurang
mematikan daripada Ebolavirus yang serupa, penyakit ini menyebabkan kerugian
yang cukup besar, karena di antara 56 kasus yang terkena wabah ini, sekitar 40%
mengakibatkan kematian. Peringatan dini tentang gangguan keanekaragaman hayati
bisa menjadi prediktor penting peristiwa <i>Emerging
Infectious Disease</i>/ munculnya penyakit menular baru (Malloy, S.S. et al,
2019).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #0c343d;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>9. </b></span><b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i>Schistosomiasis</i></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Schistosomiasis
disebabkan oleh infeksi oleh cacing <i>Schistosoma
japonicum</i> melalui kontak dengan air, karena hospes perantara adalah siput.
Catatan sejarah menunjukkan korelasi yang tinggi antara intensitas transmisi <i>schistosomiasis</i> dengan faktor lingkungan
dan ekologis, seperti suhu, vegetasi dan curah hujan (Yang et al, 2015).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">10. <i>Angiostrongyliasis</i></span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Disebabkan
oleh cacing Nematoda jenis <i>Angyostrongylus
contonensis</i> adalah penyakit yang disebabkan dari makanan, muncul pertama
kali didapatkan pada tikus <i>Rattus
norvegicus</i> dan tikus hitam (<i>Rattus rattus</i>)
di Guangzhou, Cina pada tahun 1933. Penularan ke manusia terutama disebabkan
mengkonsumsi siput mentah. Kasus pertama <i>Angiostrongyliasis</i>
manusia terjadi di daratan Cina didiagnosis pada tahun 1984. Selama dekade
terakhir, jumlah kasus telah meningkat tajam. Wabah terbesar terjadi di Beijing
pada tahun 2006, puncaknya pada bulan Agustus dan telah terjadi 160 kasus yang
dilaporkan, 100 di antaranya dirawat di rumah sakit dengan menyebakan empat orang
meninggal dunia. Hasil investigasi wabah penyakit ini diketahui penyebabnya
adalah 75,1% pasien telah makan siput apel mentah (<i>Pomacea canaliculata</i>) atau siput tanah raksasa Afrika mentah (<i>Achatina fulica</i>).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">11. Lassa virus</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Demam Lassa adalah endemik di Sub-Sahara Afrika Barat,
termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria. Diperkirakan bahwa jumlah
infeksi Lassavirus per tahun di Afrika Barat adalah 100.000 - 300.000,
dengan menyebabkan sekitar 5.000 kematian (Weber, D.J., et al, 2016). Pada
tahun 1969, dilaporkan tiga perawat
misionaris Amerika jatuh sakit di Lassa, Nigeria. Dua pekerja laboratorium
Universitas Yale yang mempelajari penyakit ini juga menjadi sakit. Dua perawat
dan satu pekerja laboratorium meninggal karena tertular penyakit ini. Sejak
itu, beberapa kasus demam Lassa impor telah dilaporkan di Eropa. Beberapa kasus
impor telah dilaporkan di Amerika Serikat. Kasus impor terbaru di Amerika
Serikat terjadi pada Mei 2015 dan meninggal karena terinfeksi penyakit ini
(Weber, D.J., et al, 2016). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">12. <i>Leptospirosis</i></span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
hal ini tikus yang bertindak sebagai reservoar, bakteri <i>Leptospira spp</i>. akan tersebar ke pemukiman/daerah lain melalui urin
tikus dan dapat menginfeksi manusia atau hewan lain sehingga terjadi wabah
penyakit leptospirosis (Kusmiyati et al., 2005).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">13. <i>Japanese Encephalitis</i> (JE)</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penyakit
<i>Japanese encephalitis</i> (JE) adalah
penyakit radang otak dapat menyerang hewan maupun manusia yang disebabkan oleh
virus JE dapat berakibat fatal pada penderita (Fenner et al., 1992; Weissenbock
et al., 2010). Pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1871, karena itu disebut
<i>Japanese encephalitis</i>, sedangkan
virusnya sendiri baru berhasil diisolasi pada tahun 1933. Virus JE ini termasuk
dalam kelompok virus Arbo dari genus <i>Flaviviridae</i>,
mempunyai 5 genotipe didasarkan atas analisis phylogenetic dari gen E virus (Solomon
et al., 2003; Williams et al., 2000). Bersifat zoonosis dan penularan kepada
hewan maupun manusia tidak secara langsung tetapi melalui gigitan vektor
nyamuk. Induk semang yang dapat terinfeksi adalah babi, ternak ruminansia,
kuda, kelinci, unggas, kelelawar dan manusia. Aktivitas virus secara alami
terpelihara melalui siklus hidup nyamuk dengan unggas dan babi adalah induk semang
penting tempat perbanyakan dari virus tersebut (Weissenbock et al., 2010). Pada
saat ini virus JE telah tersebar hampir di banyak negara, terutama di Asia
termasuk Indonesia (Ompusunggu et al., 2008). Hewan yang berperan sebagai
reservoar dari virus JE adalah ternak babi, sedangkan manusia dan kuda
merupakan target akhir dari siklus penularan atau dikenal juga dengan istilah <i>dead-end</i> karena viraemia terjadi sangat
singkat sehingga sulit untuk ditularkan dari manusia ke manusia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">14. Nipah</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Merupakan
penyakit viral yang disebabkan oleh virus Nipah dari genus <i>Morbilivirus</i>, Famili <i>Paramyxoviridae</i>
yang menyerang ternak babi dan bersifat zoonosis (Chua et al., 2000b). Penyakit
Nipah pertama kali dilaporkan di Desa Sungai Nipah Negeri Sembilan, Malaysia
pada tahun 1998. Wabah penyakit ini dalam waktu kurang dari satu tahun
(September 1998 – April 1999) telah menewaskan 105 orang dan sekitar 1,1 juta
ekor babi dimusnahkan (Chua et al., 1999; 2000a). Penyakit Nipah ini merupakan penyakit
baru yang sebelumnya belum pernah dilaporkan di dunia. Dua spesies hewan yang
berperan penting adalah kalong sebagai reservoar dari virus Nipah, dan ternak
babi sebagai pengganda virus yang mengamplifikasi virus Nipah sehingga siap
untuk ditularkan ke babi atau hewan lain atau manusia (Daniels et al., 2001; Field,
2001). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #0c343d;">15. <i>Rift Valley Fever</i> (RVF)</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i>Rift Valley Fever</i> (RVF) adalah penyakit viral yang menyerang hewan maupun
manusia yang disebabkan oleh virus dari genus <i>Phlebovirus</i> dari famili <i>Bunyaviridae</i>.
Pertama kali diidentifikasi pada tahun 1931 saat kejadian epidemik di peternakan di Rift Valley di Kenya (Daubney et
al., 1931 yang dikutip Gould dan Higgs, 2009). Ditularkan kepada hewan dan
manusia oleh nyamuk <i>Aedes spp</i>., dapat
menyebabkan penyakit yang serius yang ditandai dengan tingginya kejadian
keguguran dan bisa mengakibatkan kematian. Manusia bisa tertular apabila berada
pada lokasi tersebut dan terkena gigitan nyamuk yang mengandung virus RVF. Penyakit
RVF menyebar ke Afrika Utara sehingga pada akhir tahun 1977 di Mesir terjadi
epizootik yang menyebabkan 600 orang meninggal dan lebih dari 60.000 orang
memperlihatkan gejala klinis yang berat (Meegan, 1979; Meegan et al., 1979). Pada
tahun 2000 terjadi kasus penyakit RVF di Saudi Arabia dan Yaman (Gould dan Higgs,
2009).<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4gsfrzHV33HYDFrVHgcq1OtDkBOi9p49eHZEHpBHpQpv0I_gyJKn-2CR9ij95wDt5U50yN2kP_UcCtBNUU9xlZHgPJGy0xWwmfMAaKtkx4F_2kB47MD3bzFRqqBFptZzho3vxohH7Xzk/s1600/DSCN5195.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4gsfrzHV33HYDFrVHgcq1OtDkBOi9p49eHZEHpBHpQpv0I_gyJKn-2CR9ij95wDt5U50yN2kP_UcCtBNUU9xlZHgPJGy0xWwmfMAaKtkx4F_2kB47MD3bzFRqqBFptZzho3vxohH7Xzk/s400/DSCN5195.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Deforestasi di Taman Buru Semidang Bukit Kabu. Photo: Erni Suyanti</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">V. Kesimpulan</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></b><br />
<b><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></span></b>
Aktivitas manusia dalam skala luas berpengaruh terhadap munculnya penyakit menular baru terutama penyakit <i>zoonosis,</i> seperti perilaku manusia yang menyebabkan deforestasi, alih fungsi lahan/ hutan, tekanan terhadap populasi keanekaragaman hayati, intensifikasi pertanian, perdagangan global satwa liar, adanya limbah rumah tangga/industri dan lain-lain. Perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya tersebut menyebabkan interaksi antara manusia dengan hewan/ satwa liar semakin intens sehingga menyebabkan peningkatan sebesar 70% ancaman penyakit menular baru (<i>Emerging Infectious Diseases</i>/ EID) yang bersifat <i>zoonosis</i> (menular dari hewan ke manusia atau dari mansuia ke hewan). <i>One Health</i> merupakan sebuah konsep untuk merespon ancaman penyakit <i>zoonosis </i>tersebut<i>, </i>bahwa kesehatan manusia/masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesehatan hewan dan lingkungan yang sehat.<br />
<br />
Penyakit menular baru yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan/ perubahan lingkungan diantaranya disebabkan oleh virus seperti peyakit <i>Avian Influenza</i> (Flu Burung), <i>Severe Acute Respiratory Syndrome</i> (SARS), <i>Middle East Respiratory Syndrome </i>(MERS), COVID-19 (SARS-CoV-2), Ebola, Novel Ebolavirus, Lassa virus, <i>Japanese Encephalitis</i>, Nipah, <i>Rift Valley Fever</i> (RVF) dan lain-lain, sedangkan yang disebabkan bakteri adalah <i>Leptospirosis</i>, serta yang disebabkan oleh parasit diantaranya <i>Schistosomiasis</i> dan <i>Angiostrongyliasis</i>. Kerusakan lingkungan akibat deforestasi dan alihfungsi lahan/ hutan juga menyebabkan penyebaran penyakit menular melalui vektor nyamuk, yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, virus Zika dan Chikungunya.<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<em><b><span style="background: rgb(251, 251, 251); font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></em></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; text-align: left;"><span style="color: windowtext; font-size: 12pt; line-height: 150%;">VI. Daftar Pustaka</span></b><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; text-align: left;"> </span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;"><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Bahri, S., Syafriati,
T. 2011. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mewaspadai munculnya beberapa
penyakit hewan menular strategis di Indonesia terkait dengan pemanasan global
dan perubahan iklim</i>. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Balai
Besar Penelitian Veteriner. Bogor.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Brook, B.W., Sodhi, N.S., Bradshaw, C.J.A., 2008. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Synergies among extinction drivers under
global change</i>. Trends Ecol. Evol 25.<span style="color: windowtext;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Burkett, N.D.,
Vittor, C.A.Y. (2018). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Deforestation and
vector-borne disease: Forest conversion favors important mosquito vectors of
human pathogens</i>. Basic and Applied Ecology. Vol 26, pp. 101-110. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Chakrabarti, A.
(2018). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Deforestation, Malaria and Infant
Mortality in Indonseia. </i>Harvard University</span>, Department of Global
Health and Population, pp. 2–7.<span style="color: windowtext;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Han, G.Z. (2020). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pangolins Harbor SARS-CoV-2 Related
Coronaviruses</i>. Tren in Microbiology. TIMI 1818, P:3.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Husnina, Z., Clements,
A.C.A., Wangdi, K. (2019). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Forest cover
and Climate as potential drivers for dengue fever in Sumatra and Kalimantan
2006-2016: a spatiotemporal analysis. </i></span>Tropical Medicine and
International Health. Vol 24, Issue 7.<span style="color: windowtext;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Li, J.Y., You, Z.,
Wang, Q., Zhou, Z.J., Qiu, Y., Luo, R., Ge, X.Y. (2020) <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The epidemic of 2019-novel-coronavirus (2019-nCoV) pneumonia and
insights for emerging infectious diseases in teh future</i>. Microbes and
Infection. 22: 80-85. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Malloy, S.S., Horack,
J.M., Lee, J., Newton, E.K. (2019). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Earth
observation for public health: Biodiversity change and emerging disease
surveillance</i>. Acta Astronautica 160: 433-441. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">McMichael, A.J. et
al, 2004. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Comparative quantification of
health risk: global and regional burden of disesase due to selected major risk
factors</i>. In: Ezzati, M., Lopez, A.D., Rodgers, A., Murray, C.J.L. (Eds.),
Global Climate Change. World Health Organization. Geneva.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 40.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -40.5pt;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">O</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lson</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,
J.G., C. R</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">upprecht</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, P.E. R</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ollin</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, S.A. U</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ng</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, M. N</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">iezgoda</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, T. C</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lemmins</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, J. W</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">altston</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> and T.G. K</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">siazek</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">. 2002. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Antibodies
to Nipah-like virus in bats (Pteropus lylei) Cambodia</i>. Emer. Infect. Dis.
8: 987 –988.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Pattanayak, S. K., & Pfaff, A. (2009). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Behavior, environment, and health in
developing countries: evaluation and valuation</i>. Annu. Rev. Resour. Econ.,
1(1), 183-217<o:p></o:p></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Ramanujan, K. (2020).
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Cornell exsperts discuss state of
pandemic. </i>Cornell Chroniclle</span>.<span style="color: windowtext;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Rothan, H.A.,
Byrareddy, S.N. (2020). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The epidemiology
and pathogenesis of coronavirus diseases (COVID-19) outbreak</i>. Journal of
Autoimmunity 109.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Weber, D.J., Rutala,
W.A., Fischer, W.A., Kanamori, H., Bennet, E.E.S. 2016. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Emerging infectious diseases: Focus on infection control issues for
novel coronaviruses (Severe Acute Respiratory Syndrome-CoV and Middle East
Respiratory Syndrome-CoV), hemorrhagic fever viruses (Lassa and Ebola), and
highly pathogenic avian influenza viruses, A(H5N1) and A(H7N9)</i>. American
Journal of Infection Control 44, e91-e100.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Yang, G.J., Utzinger,
J., Zhou, X.N. 2015. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Interplay between
environment, agriculture and infectious diseases of poverty: Case Studies in
China. </i>Acta Tropica 141, 399-406</span>.<span style="color: windowtext;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="color: windowtext;">Yasuoka, J., Levins,
R. (2007). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Impact of Deforestation And
Agricultural Development on Anopheline Ecology and Malaria Epidemilogy. </i></span>The
American Society of Tropical Medicine and Hygiene. Am. J. Trop. Med. Hyg.,
76(3), 2007, pp. 450–460.<span style="color: windowtext;"> <o:p></o:p></span></div>
<br /></div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-52168337587473108812017-01-20T15:54:00.002-08:002020-04-28T14:32:26.522-07:00Pembiusan Rusa Totol (Axis axis)<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBuePZnoHYwV9EfiMA331udsbb9X4-Up3AZ15fWz3xaGv7jetdrHRkgrkTp8UDdBgZZ_Ao3FWwY-9MK3Bj19qvkWJ6VufCfGCSq3D9Rozow9vNrF-9tg7GuZvDhQEYVuPmtZ1n56N2Fvk/s1600/2b.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBuePZnoHYwV9EfiMA331udsbb9X4-Up3AZ15fWz3xaGv7jetdrHRkgrkTp8UDdBgZZ_Ao3FWwY-9MK3Bj19qvkWJ6VufCfGCSq3D9Rozow9vNrF-9tg7GuZvDhQEYVuPmtZ1n56N2Fvk/s400/2b.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rusa totol (<i>Axis-axis</i>) di Penangkaran Rusa Provinsi Bengkulu.<br />
Photo : Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Pembiusan rusa totol agak sedikit berbeda dengan pembiusan satwa liar jenis lainnya, karena resiko yang ditimbulkan akibat pembiusan lebih besar, seringkali terjadi efek samping yang buruk selama pembiusan dan handling. Diperlukan persiapan yang matang sebelum melakukannya, yakni persiapan obat-obatan, tidak hanya obat bius saja tetapi juga antidote dan obat-obatan emergency (untuk penanganan kondisi darurat). Juga diperlukan peralatan medis yang memadai, seperti peralatan pembiusan, penangkapan, pemeriksaan medis serta penanganan efek samping yang merugikan selama pembiusan. Selain itu juga dibutuhkan persiapan tim yang solid, karena keberhasilan pembiusan tidak hanya tergantung cara penanganan satwa oleh dokter hewan saja tetapi juga tergantung anggota tim lainnya yang membantu handling saat penangkapan, mereka harus memahami cara penangkapan yang tidak membuat satwa makin stress. Chemical restraint saja tidak cukup untuk penangkapan rusa totol, perlu juga dikombinasikan dengan physical restraint, yakni dengan bantuan jaring (net) dan tali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnJ9F-Sg4XXsgKhFPnQt51dZzZ-T8VxlxIkGw6wtwAlCwKBqd4J__KCC4wWAJQxFDYjmWhdJLwwSyOGZYPR0wNsjfGv-lWX1QBmi7-Mn8pka2fl_4jRJ5RLvDQhyphenhyphenoZI0YdqLfcuaLlPAo/s1600/1e+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnJ9F-Sg4XXsgKhFPnQt51dZzZ-T8VxlxIkGw6wtwAlCwKBqd4J__KCC4wWAJQxFDYjmWhdJLwwSyOGZYPR0wNsjfGv-lWX1QBmi7-Mn8pka2fl_4jRJ5RLvDQhyphenhyphenoZI0YdqLfcuaLlPAo/s320/1e+%25282%2529.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu rusa totol di penangkaran rusa Bengkulu<br />
Photo : Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah rusa totol ke-32 s/d ke-36 yang kami bius untuk tujuan relokasi antar penangkaran dan pemeriksaan medis. Dalam pembiusan kali ini kami mencoba kombinasi dosis pembiusan yang baru, yang belum pernah kami gunakan. Sebelumnya saya sering menggunakan kombinasi antara Xylazine dan Ketamine dalam pembiusan rusa totol, dan efek samping yang merugikan akibat pembiusan sangat banyak, seperti hyperthermia, bloat, seizure, torticollis, shock, dan lain-lain, sehingga perlu kesigapan dalam penanganan efek buruk yang terjadi untuk menghindari kematian. Dosis yang saya gunakan sesuai dengan referensi di <span style="color: #4c1130;">"<i>Handbook of Wildlife Chemical Immobilization</i>".</span> Selain itu saya juga pernah menggunakan alternative drugs, yakni Tiletamine-Zolazepam untuk pembiusan rusa totol dengan efek samping yang lebih sedikit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini saya mencoba menggunakan pembiusan rusa totol dengan menggunakan kombinasi Tiletamine-Zolazepam plus Xylazine dengan dosis bervariasi untuk mencari tahu efek samping dari masing-masing dosis yang diberikan. Selama ini saya belum pernah menggunakan recommended drugs karena tidak memiliki persediaan obat bius tersebut, yakni kombinasi antara Ketamine + Medetomidine, sehingga selalu obat alternative yang saya gunakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJL8YplXbrbicaGDKg0EABoy0dvzYDuvwoX0EDYoUNda6p03plxye_dtWakyw2QQWPOxcotFdYofoJRDi4umXP8Sb2XqKuH3C3fRr2n0C4mzfnQ-ofmMNsoS6cCdVbwv1B1yTPlOizztQ/s1600/1a+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJL8YplXbrbicaGDKg0EABoy0dvzYDuvwoX0EDYoUNda6p03plxye_dtWakyw2QQWPOxcotFdYofoJRDi4umXP8Sb2XqKuH3C3fRr2n0C4mzfnQ-ofmMNsoS6cCdVbwv1B1yTPlOizztQ/s320/1a+%25282%2529.JPG" width="222" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pembiusan rusa totol</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sehari sebelum pembiusan rusa totol saya berdiskusi dengan kolega dokter hewan di kebun binatang Eropa yang memiliki pengalaman dalam pembiusan rusa totol, hanya sekedar ingin tahu obat bius apa yang biasa digunakan dan efek sampingnya. Saya hanya ingin membandingkan mana yang lebih baik untuk digunakan dengan efek samping merugikan yang paling sedikit. Bagi saya referensi terbaik tentang penggunaan obat-obatan dan dosisnya adalah dari pengalaman banyak orang di lapangan, saya tidak mau terpaku dalam buku, dan untuk mengambil referensi dari buku pun saya masih mencari tahu dulu siapa pengarangnya dan bagaimana pengalamannya dalam pembiusan satwa liar selama ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan kombinasi obat Tiletamine-Zolazepam plus Xylazine untuk pembiusan rusa totol dengan dosis yang bervariasi sesuai dengan keperluan. Dosis pembiusan yang digunakan untuk keperluan pemeriksaan medis berbeda dengan yang digunakan hanya untuk penangkapan saja. Berbagai variasi dosis saya coba gunakan untuk mengetahui perbedaan efek samping yang ditimbulkan. Adapun hasil pembiusan yang sudah kami lakukan seperti dalam tabel dibawah ini :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #C5E0B3; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 127.8pt;" valign="top" width="170"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="color: #444444;">Obat Bius Alternatif<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="background: #C5E0B3; border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 119.45pt;" valign="top" width="159"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="color: #444444;">Tujuan<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="background: #C5E0B3; border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 1.25in;" valign="top" width="120"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="color: #444444;">Efek Pembiusan<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="background: #C5E0B3; border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 85.5pt;" valign="top" width="114"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="color: #444444;">Efek Samping Merugikan<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 38.95pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td style="background: #FBE4D5; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 38.95pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 71.75pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">2,5mg/kg <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Tiletamine-Zolazepam <o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 38.95pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 56.05pt;" valign="top" width="75"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">2,5mg/kg Xylazine<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 38.95pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 119.45pt;" valign="top" width="159"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Pemeriksaan Medis & Pengobatan<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 38.95pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 1.25in;" valign="top" width="120"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Surgical anaesthesia<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 38.95pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 85.5pt;" valign="top" width="114"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Bloat<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Depresi nafas<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Hyperthermia<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #F2F2F2; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 71.75pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">1mg/kg <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Tiletamine-Zolazepam<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 56.05pt;" valign="top" width="75"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">2mg/kg Xylazine<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 119.45pt;" valign="top" width="159"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Penangkapan/ relokasi<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 1.25in;" valign="top" width="120"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Heavy sedation<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 85.5pt;" valign="top" width="114"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Hypertermia<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Bloat<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBE4D5; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 71.75pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">1mg/kg Tiletamine-Zolazepam<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 56.05pt;" valign="top" width="75"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">1,5mg/kg Xylazine<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 119.45pt;" valign="top" width="159"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Penangkapan/ relokasi<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 1.25in;" valign="top" width="120"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Heavy sedation<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 85.5pt;" valign="top" width="114"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Hyperthermia<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Bloat<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #F2F2F2; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 71.75pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">1mg/kg<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Tiletamine-Zolazepam<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 56.05pt;" valign="top" width="75"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">1mg/kg Xylazine<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 119.45pt;" valign="top" width="159"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Penangkapan/ relokasi<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 1.25in;" valign="top" width="120"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Light or mild sedation<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #F2F2F2; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background1; mso-background-themeshade: 242; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 85.5pt;" valign="top" width="114"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Hyperthermia<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBE4D5; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 71.75pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">2,6mg/kg Tiletamine-Zolazepam<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 56.05pt;" valign="top" width="75"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 119.45pt;" valign="top" width="159"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Penangkapan/ relokasi<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 1.25in;" valign="top" width="120"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">Awake animal<o:p></o:p></span></span></div>
</td>
<td style="background: #FBE4D5; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 85.5pt;" valign="top" width="114"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="color: #444444;">-</span><o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN0QPD5ATS9jrf1as4GT0bvirKBW-AFI237ldrW3Lb0hqXi6tGl8G7R5LJXpzI2tqMlxUVxoRF6-JbEyI5TzbOsLT_1lR7ae9Cu6lUmL3TFWKHy5eHZbIA3llWvhaSYL6ii8z6-npk00c/s1600/2c.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="277" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN0QPD5ATS9jrf1as4GT0bvirKBW-AFI237ldrW3Lb0hqXi6tGl8G7R5LJXpzI2tqMlxUVxoRF6-JbEyI5TzbOsLT_1lR7ae9Cu6lUmL3TFWKHy5eHZbIA3llWvhaSYL6ii8z6-npk00c/s320/2c.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Monitoring vital signs selama pembiusan rusa totol</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Efek merugikan akibat pembiusan tidak hanya itu saja, beberapa rusa yang telah dibius juga menunjukkan penurunan <i>heart beat</i> per menit dan kadar oksigen dalam darah serta vomit. Dan efek samping selama pembiusan di daerah tropis tentu juga berbeda dengan di Eropa atau negara barat lainnya meski menggunakan pilihan obat yang sama dan dosis yang sama. Mereka biasa menghadapi kasus Hypoxemia dan Hypothermia dalam setiap pembiusan rusa totol, dan tidak mendapatkan kasus bloat dan hyperthermia, tentu suhu lingkungan sangat berpengaruh pada saat pembiusan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai faktor berpengaruh dalam ringan beratnya efek pembiusan. Rusa totol merupakan satwa yang hidupnya berkelompok besar, pembiusan rusa totol dalam kelompok di dalam kandang yang sangat luas juga sangat berpengaruh terhadap hasil pembiusan. Rusa yang telah berhasil dibius dengan blowdart biasanya selalu diintimidasi oleh rusa-rusa lainnya bahkan hingga terluka, dan membuat rusa tidak tertidur karena terus berlari dikejar-kejar oleh rusa lainnya dan dibangunkan, sehingga efek obat bius berangsur-angsur hilang bila berlangsung dalam waktu beberapa jam tanpa bisa didekati. Pembiusan rusa yang tidak bisa dipisahkan dari kelompoknya atau dalam kelompok besar akan menjadi tantangan tersendiri bagi dokter hewan, dibandingkan membius rusa tanpa kelompok dalam kandang kecil tentu akan jauh lebih mudah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge8OlqEFhn1dG8j6USj20CgvuRdKkhihJ7vdS94Lu51IsWCCWhJLul3UwinaCmCwjmOd4dFDsJITn4a2mMgFJHehXjzw782V4AZ6Zss6qSAf1_nFNHFYmTY0padk4ry2hJlFlIY_MI4Bk/s1600/2d.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge8OlqEFhn1dG8j6USj20CgvuRdKkhihJ7vdS94Lu51IsWCCWhJLul3UwinaCmCwjmOd4dFDsJITn4a2mMgFJHehXjzw782V4AZ6Zss6qSAf1_nFNHFYmTY0padk4ry2hJlFlIY_MI4Bk/s400/2d.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Physical restraint setelah pembiusan untuk penangkapan rusa totol<br />
Photo : Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Rusa totol juga satwa yang sangat sensitive dengan lingkungan sekitarnya. Pergerakan kami di sekitarnya juga bisa menimbulkan rasa curiga dan stress pada rusa, sehingga dalam pembiusan hanya diperbolehkan sedikit mungkin orang yang mendekat ke kandangnya untuk menghindari satwa stress sebelum pembiusan. Stress pada satwa sebelum dibius sangat berpengaruh besar terhadap kesuksesan pembiusan, bahkan bisa gagal. Rusa totol yang dibius juga tidak tidur sempurna pada dosis tertentu, sehingga dalam penangkapannya pun musti berhati-hati untuk menghindari rusa terkejut, bangun dan berlari/ melompat lagi, atau perlu juga menghindari kelompok rusa lainnya berlari karena menghindari petugas physical restraint (penangkap dengan jaring), karena kelompok rusa yang lari menghindari orang juga memicu rusa totol yang telah dibius untuk bangun kembali dan ikut berlari menghindar karena merasa terancam.<br />
<br />
Jadi keberhasilan suatu pembiusan satwa liar sangat tergantung dari persiapan petugas, kemampuan untuk memprediksi efek samping merugikan yang akan terjadi dan mampu mengatasinya, kekompakan tim yang memiliki kemampuan dalam handling satwa untuk memperkecil stress dan penggunaan obat-obatan pilihan dan dosis yang tepat sesuai dengan ketepatan perkiraan berat badan, selain itu kondisi lingkungan sekitarnya juga sangat berpengaruh.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com3Bengkulu, Bengkulu City, Bengkulu, Indonesia-3.7928450999999992 102.26076409999996-4.0463370999999988 101.93804059999997 -3.5393530999999991 102.58348759999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-91206468793132274412017-01-02T10:54:00.000-08:002017-01-06T21:06:30.774-08:00Mengunjungi Pulau Kotok, Kepulauan Seribu di Liburan Tahun Baru 2017<br />
<div style="text-align: justify;">
Kepulauan Seribu adalah gugusan pulau - pulau di wilayah administratif Provinsi DKI Jakarta, sudah lama saya berkeinginan mengunjungi Kepulauan Seribu, namun baru punya kesempatan di akhir tahun 2016. Saat sedang berdiskusi melalui media sosial dengan teman-teman, akhirnya memutuskan liburan akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 kami akan mengunjungi Kepulauan Seribu. Salah seorang teman dari IAR (International Animal Rescue) yang mengurus keperluan dan berkomunikasi dengan teman lainnya di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat JAAN yang bekerja untuk konservasi elang di salah satu pulau yang ada di Kepulauan Seribu untuk persiapan kami mengunjungi tempat tersebut di akhir tahun. Kali ini Pulau Kotok yang akan menjadi tempat tujuan kami berlibur bersama teman dan keluarga serta sebagai ajang reuni bersama teman - teman yang dulunya merupakan aktivis konservasi satwa liar yang kini sudah bekerja di berbagai lembaga/ institusi yang berbeda-beda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgTncpZuxCF2u7CZJh4TmgyOpk-15ePErGa6Vu6lUyt4mVIIoTJiu50UV42p3uz0Me2hMiC6Hd54U8PyebqacC-qQijNJh8fPPpFkid2heQt-sE53SGOaXSQchNzbhvJLLEKv72qEvvpQ/s1600/DSCN3688+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgTncpZuxCF2u7CZJh4TmgyOpk-15ePErGa6Vu6lUyt4mVIIoTJiu50UV42p3uz0Me2hMiC6Hd54U8PyebqacC-qQijNJh8fPPpFkid2heQt-sE53SGOaXSQchNzbhvJLLEKv72qEvvpQ/s400/DSCN3688+%25282%2529.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pulau Kotok, Kepulauan Seribu</td></tr>
</tbody></table>
<span id="goog_1273452718"></span><span id="goog_1273452719"></span><br />
Pulau Kotok luasnya 20,75 hektar, merupakan pulau tak berpenghuni atau tidak ada pemukiman penduduk disana. Kotok barat digunakan untuk wisatawan, terdapat penginapan/ resort yang masih berfungsi, sedangkan Kotok timur dikelola oleh Lembaga Swadaya Masyarakat JAAN (Jakarta Animal Aid Network) untuk lokasi konservasi satwa, terdapat sanctuary dan fasilitas rehabilitasi elang laut perut putih dan elang bondol di sana, selain itu juga ada areal restorasi terumbu karang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #4c1130;">Jumat, 30 Desember 2016</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya berangkat dari Kota Bengkulu malam hari menggunakan pesawat terakhir, yakni Lion Air pukul 18.20 WIB., karena saya masih harus masuk kerja hingga sore hari, sehingga memilih penerbangan terakhir adalah yang paling tepat. Kondisi saya waktu itu memang sedang sakit Hyponatremia, sehingga fisik sangat lemah dan belum sanggup berdiri terlalu lama. Saat sedang menunggu dalam antrian untuk check-in pun saya sudah berkeringat dingin, membuat saya khawatir karena ini salah satu tanda-tanda bahwa saya bisa kehilangan kesadaran dan ambruk bila tidak cepat duduk atau berbaring, karena saya pernah mengalami kejadian seperti itu sebelumnya. Akhirnya saya meminta fasilitas kursi roda untuk diri - sendiri setelah cek kesehatan di klinik yang ada di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Saya mendapat fasilitas pertama masuk kedalam pesawat sebelum penumpang lainnya. Selama penerbangan tidak mengalami kendala apapun, sampai keluar dari pesawat menuju terminal kedatangan di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #4c1130;">Sabtu, 31 Desember 2016</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami bersembilan, pagi - pagi pukul 04.30 WIB sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju Pelabuhan Muara Angke, Jakarta. Sampai lokasi air laut pasang sehingga beberapa bagian tergenang air. Kami pun untuk memasuki pelabuhan harus melewati lautan manusia yang juga mengantri, melewati tanggul sempit dan panjang dipinggir sungai. Semua orang punya tujuan sama yakni ingin berlibur menghabiskan waktu pergantian tahun ke Kepulauan Seribu. Sulitnya menuju dermaga, menunggu untuk mendapatkan tiket kapal laut serta penumpang perahu yang berdesak-desakan sudah membuat kami semua merasa putus asa dan tidak nyaman untuk pergi berlibur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kapal laut yang kami naiki adalah kapal penumpang yang menampung ratusan orang dengan dua lantai. Lantai bawah terdapat kursi untuk penumpang namun jumlahnya sangat terbatas, sedangkan lantai atas sangat sempit dan kami harus berjalan membungkuk karena beratap rendah, tidak ada kursi disini, penumpang hanya duduk di tikar atau lantai kapal. Kebetulan saya dan teman-teman duduk diatas tumpukan pelampung di pojok kapal bagian depan. Saya sempat berpikir bila terjadi kecelakan kapal apakah semua penumpang bisa mendapatkan pelampung dengan mudah dan jumlahnya yang tidak mencukupi, karena kami melihat jumlah pelampung yang ada di dekat kami tersebut tak sebanding dengan jumlah penumpang, bahkan ada yang duduk di depan maupun di bagian belakang bagian kapal yang tentu bukan merupakan tempat untuk penumpang. Pada saat kapal belum berangkat saya juga merasa khawatir karena petugas Dinas Perhubungan sudah memperingatkan melalui pengeras suara bahwa kapal sudah overload penumpang, tapi masih juga menunggu dan menerima penumpang, dan saat itu kami ada di kapal tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpszJpQA48LLV2tJhZgnT4EE3Ec-NqH576Ydxtc7Q1td7E6rOHHV6tfu0T6rxnanrZveiuXT81XL61ZwfAwap_W9NO9tYXWv-wS0WnZGVzYZnOa8iacKigCcCOrKgtx4wyYLjZ4UwiUZ8/s1600/DSCN4224+%25282%2529.JPG" imageanchor="1"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpszJpQA48LLV2tJhZgnT4EE3Ec-NqH576Ydxtc7Q1td7E6rOHHV6tfu0T6rxnanrZveiuXT81XL61ZwfAwap_W9NO9tYXWv-wS0WnZGVzYZnOa8iacKigCcCOrKgtx4wyYLjZ4UwiUZ8/s320/DSCN4224+%25282%2529.JPG" width="357" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pulau Kotok - Sanctuary dan Rehabilitasi Elang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berangkat dari Dermaga Muara Angke pagi, dan pukul 11.20 WIB baru sampai ke Pulau Pramuka. Kami hanya transit di Pulau Pramuka, dan masih melanjutkan perjalanan menuju Pulau Panggang menggunakan kapal yang sama. Sesampainya di Pulau Panggang, kami turun dari kapal dan masih harus melanjutkan perjalanan dengan menyewa perahu nelayan ukuran kecil untuk menuju Pulau Kotok, yakni lokasi yang kami rencanakan untuk berlibur. Sambil menunggu mendapat perahu nelayan kami makan siang dan belanja logistik di Pulau Panggang, salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang padat penduduk dan penuh bangunan pemukiman nelayan. Sekitar pukul dua siang kami baru sampai di Pulau Kotok. Saat perahu kami merapat di dermaga Pulau Kotok, terlihat dari kejauhan gonggongan anjing yang keluar dari pulau, dan salah satu staff JAAN keluar menyambut kedatangan kami dan membantu menurunkan barang-barang kami dari perahu. Keponakanku begitu turun dari perahu bertanya, "<i>Aunty, ada suara anak kucing ?</i>" Dia memang sangat menyukai hewan yang satu itu. "<i>Itu bukan kucing sayang, itu suara elang bondol</i>". Baru kali inilah mereka mengenal elang bondol dan suaranya. Kami pun berkenalan dan menemui staff JAAN lainnya, salah satu dari mereka sudah kami kenal dengan baik dan cukup lama, bahkan saya mengenalnya sudah belasan tahun yang lalu saat kami sama-sama bekerja di Pusat Penyelamatan Satwa di Jawa. Kebetulan setahun yang lalu saat liburan tahun baru sebelumnya kami juga bertemu di sebuah pulau di dalam Taman Nasional Ujung Kulon saat proses pelepasliaran monyet ekor panjang yang diselamatkan dari topeng monyet.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5PAyA00Gn0WzQ_uyG8NUMOlpokNgURRn8mpwoxWxdVeagQNKCFwY7zJQ7kq-ZsQUoJ9TcUA0_ko9Peq55VRdv3QQlzh_OMmnOT8m41XcI1OkzzZPJf9k1Af5d1ybWZkb9qsmT7CAEShM/s1600/10.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5PAyA00Gn0WzQ_uyG8NUMOlpokNgURRn8mpwoxWxdVeagQNKCFwY7zJQ7kq-ZsQUoJ9TcUA0_ko9Peq55VRdv3QQlzh_OMmnOT8m41XcI1OkzzZPJf9k1Af5d1ybWZkb9qsmT7CAEShM/s320/10.JPG" width="220" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu anjing penghuni Pulau Kotok</td></tr>
</tbody></table>
Kami pun juga berkenalan dan cepat akrap dengan hewan - hewan penghuni Pulau Kotok, saat kami datang mereka sudah menyambut kedatangan kami, yakni Pepy seekor anjing berwarna putih yang ramah, berjalan pincang karena mengalami dislokasi pada persendian kaki depan. Jacky adalah seekor anjing berwarna coklat, badannya berotot karena dia merupakan perenang yang tangguh, sanggup berenang mengelilingi Pulau Kotok. Chika adalah seekor anjing berwarna hitam, agak pemalu untuk dekat dengan kami. Selain itu masih ada seekor anjing bernama Tesi, dia juga enggan dekat - dekat dengan kami dan tampak liar tak seperti lainnya, seekor kucing cantik berwarna putih bernama Putri, salah satu kaki depannya diamputasi, seekor kucing lainnya berwarna belang - belang, dialah yang paling akrap dengan kami, karena sering mengikuti kami di dermaga atau tempat lainnya, sepertinya dia juga sedang sakit, terlihat sering batuk dan mual, nafasnya pun bersuara. Dan masih ada lagi beberapa kucing lainnya.<br />
<br />
Selanjutnya kami menuju penginapan yang sudah disediakan oleh mereka, lokasinya berada di pinggir pantai, biasanya penginapan tersebut dipakai oleh volunteer dan para peneliti. Terdapat dua kamar dengan masing-masing 3 tempat tidur, dilengkapi dengan kamar mandi dengan air payau, tersedia dapur dan teras untuk ruang tamu. Penginapan ini seperti cottage. Lingkungan sekitar sepi, yang terdengar hanya suara burung elang dan ombak laut, tidak ada penghuni lainnya disekitar tempat itu, sedangkan teman-teman JAAN tinggal di penginapan dalam hutan yang tidak berada di dekat pantai.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyYx9nTKj7-bReM01z7dNk3LSiD2eUV9HTAlpUApuoWnzURyR41cdEcg1QqTvviH0yp7_S2nOvSiw-HM3EVf5YvfnVq7GaUWtC6pouuU6Hwyx7H_NpmOp2YVZCNQjIPDV8x1JujlZyeWU/s1600/2.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyYx9nTKj7-bReM01z7dNk3LSiD2eUV9HTAlpUApuoWnzURyR41cdEcg1QqTvviH0yp7_S2nOvSiw-HM3EVf5YvfnVq7GaUWtC6pouuU6Hwyx7H_NpmOp2YVZCNQjIPDV8x1JujlZyeWU/s320/2.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Timur Pulau Kotok</td></tr>
</tbody></table>
Selesai meletakkan ransel dan barang logistik di penginapan, saya mengajak anak-anak kecil ke pantai yang ada di depan kami, dan menanyakan kepada mereka apakah mereka ingin berenang dan bermain pasir di pantai tersebut, tanpa ragu mereka langsung menjawab, "<i>Iya</i>". Berjam-jam mereka asyik dan kegirangan bermain di pantai. Sore harinya kami menelusuri pulau untuk melihat pantai lainnya, terlihat banyak bangunan penginapan / resort yang telah rusak dan tak terpakai, dari luar tampak menyeramkan. Antara satu dan lainnya terhubung oleh jalan setapak dengan sekitarnya hutan.<br />
<br />
Malam itu kami mempersiapkan BBQ fish, hasil mencari ikan di sekitar pulau lainnya. Menyambut tahun baru 2017 dengan bakar-bakar ikan untuk makan malam. Dan sisa malam kami manfaatkan untuk nongkrong bareng dengan teman-teman JAAN di dermaga. Suara dan gemerlap kembang api dari pulau - pulau lainnya tampak dari kejauhan.<br />
<br />
<b><br /></b>
<b><span style="color: #4c1130;">Minggu, 1 Januari 2017</span></b><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPDE1oxe5Ui3U2eOmKkHkxjAMyc6tcDBaeCY60agTWQdLjTbPrBmF5RbQs1n2nwET5XZpihYpaB40pGSTX-jD3PKjISBo0odLTAPnAIThM_aV50uczVpbupZFDzUvpc24I6jZjF59qGXA/s1600/DSCN4250+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPDE1oxe5Ui3U2eOmKkHkxjAMyc6tcDBaeCY60agTWQdLjTbPrBmF5RbQs1n2nwET5XZpihYpaB40pGSTX-jD3PKjISBo0odLTAPnAIThM_aV50uczVpbupZFDzUvpc24I6jZjF59qGXA/s320/DSCN4250+%25282%2529.JPG" width="308" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sunrise di Pulau Kotok</td></tr>
</tbody></table>
Mengawali tahun 2017 berjalan menyusuri pantai untuk memotret sunrise. Pagi itu saya melihat seseorang sedang melakukan monitoring elang bondol di kandang rehabilitasi. Elang tersebut akan segera dilepasliarkan ke alam. Waktu monitoring dua jam sekali, satu ekor burung idealnya dimonitoring oleh dua orang. Sebelumnya saya hanya bisa mengira-ngira fungsi tempat yang tertutup dan ada lubang kecil mengarah ke kandang elang bondol, dan pagi itu saya baru mendapat jawabannya setelah melihat langsung seorang petugas sedang duduk di dalamnya dan melakukan monitoring perilaku elang. Saya juga memanfaatkan waktu untuk melihat konstruksi kandang elang dan mendokumentasikannya. Harus ada sesuatu yang bermanfaat yang saya dapatkan dari liburan ini, yakni belajar mengenai rehabilitasi elang laut dan elang bondol termasuk desain kandang.<br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2EFPB5gbLTEh3hqBTHylpQNr6KnIW860tinF0lpdzUXvTes-mWjWyOJGDOBSxCwGcxpZSLdzAIRz3MG0v8hU-YyMa-jqkYW8GHIM0nr9cP7ESdii1BKUvTqX9NW-fVg9vZT8Jgp0l5ss/s1600/4.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="207" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2EFPB5gbLTEh3hqBTHylpQNr6KnIW860tinF0lpdzUXvTes-mWjWyOJGDOBSxCwGcxpZSLdzAIRz3MG0v8hU-YyMa-jqkYW8GHIM0nr9cP7ESdii1BKUvTqX9NW-fVg9vZT8Jgp0l5ss/s320/4.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Snorkeling di Pulau Kotok - Kepulauan Seribu</td></tr>
</tbody></table>
Mengajak anak-anak untuk melihat ikan - ikan karang warna - warni di pinggir pantai yang terlihat jelas dari atas dermaga, seperti akuarium alami dengan ukuran tanpa batas. Pagi hingga siang hari kami memanfaatkan waktu masing - masing untuk bersenang-senang, anak - anak kecil sibuk sendiri bermain dan berenang di pantai yang jernih dan berpasir putih, orang - orang dewasa menyibukkan diri untuk memancing dan memotret, sedangkan saya snorkeling untuk melihat keindahan pemandangan dibawah permukaan laut. Tampak beraneka ragam spesies ikan karang warna - warni, terlihat juga bintang laut berwarna biru di dasar laut seperti yang kulihat dulu di Pulau Panaitan. Ada lokasi restorasi terumbu karang. Saya juga menemukan ikan badut (clown fish) atau lebih dikenal dengan sebuta ikan nemo.<br />
<br />
Kami menghentikan berenang dan snorkeling karena mulai ada badai dan angin kencang di pantai. Siang itu kami manfaatkan untuk bersantai di pinggir pantai, memasang hammock, membaca buku, membawa makanan ringan dan minuman. Keponakan saya duduk di dalam hammock, entah apa yang dilakukan, kalau tidak menulis catatan perjalanan mungkin sedang melukis, sesekali pandangannya jauh kedepan melihat pantai dan kemudian kembali menghadap kertas dan pensil yang dipegangnya. Saat itu mereka juga melihat ikan pari sedang berada di pinggir pantai. Sayang sekali saya tidak bisa melihatnya.<br />
<br />
Menjelang sore kami manfaatkan untuk keliling pulau melihat keindahan pantai sisi lainnya dari Pulau Kotok dengan penunjuk jalan seorang teman dari JAAN. Jalan setapak yang kami lewati cukup bersih, terawat dan rapi. Sepanjang perjalanan saya banyak bertanya tentang satwa liar penghuni pulau tersebut, ternyata tidak hanya burung yang mendominasi sebagai penghuni Pulau Kotok tetapi juga berbagai jenis ular. Tapi pada kesempatan tersebut kami belum pernah bertemu dengan ular sekalipun, namun lebih sering menjumpai burung liar maupun burung elang hasil pelepasliaran JAAN disana. Ada keunikan yang kulihat disana, pada saat berjalan-jalan untuk memotret saya melihat elang laut perut putih bisa terbang beriringan dengan burung gagak, seperti mereka satu kelompok saja dan tidak mempermasalahkan bahwa mereka adalah spesies yang berbeda.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhmJUCgKumSIwR0Dt8Mwny3oX_yIfpJvoRvgVcRWmaqFY1C4ZF1GBNaMHLW2vTUgme7fBhwG7Y6qd0EniS__ZMgIyPhh6ulrLLCE5Sph_V_g5KPdw3sRLgvJYUa_EysrjzSIkGDPoklrA/s1600/DSCN4107+%25284%2529.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhmJUCgKumSIwR0Dt8Mwny3oX_yIfpJvoRvgVcRWmaqFY1C4ZF1GBNaMHLW2vTUgme7fBhwG7Y6qd0EniS__ZMgIyPhh6ulrLLCE5Sph_V_g5KPdw3sRLgvJYUa_EysrjzSIkGDPoklrA/s320/DSCN4107+%25284%2529.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Barat Pulau Kotok</td></tr>
</tbody></table>
Pagi harinya saya perhatikan banyak pengunjung di pantai barat Pulau Kotok yang sedang berfoto di salah satu dermaga di pantai tersebut, saya mengamatinya dari kejauhan dengan menggunakan zoom camera, namun saat kami datang ke tempat itu, yang kami temui disekitar resort tampak sepi, hanya canda tawa kami yang memecah kesunyian di tempat tersebut. Beberapa resort sepertinya masih berfungsi dan terawat, namun tampak sepi tak berpenghuni.<br />
<br />
Pantainya sangat bening, untuk melihat ikan warna - warni tak perlu snorkeling disana karena dapat terlihat jelas dari atas dermaga, meskipun banyak terumbu karang yang telah rusak. Di pantai ini saya melihat ikan pari sedang berenang masuk ke dalam rumput di dasar pantai. Kami cukup lama menikmati pemandangan disana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh7ZAmQnTHC8N7V1UDGMfL30VdgWwD0RbMlZ5ilckieoQeAEucVaHJ_CPrTVpYY2ARL0Acad8UjU5mOOnoLf08dnrFLY75a3mtPhVaapgQ45L2AiJPom8ej7Cv2HLuh0gF_IcQTDeSYzo/s1600/DSCN4128+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh7ZAmQnTHC8N7V1UDGMfL30VdgWwD0RbMlZ5ilckieoQeAEucVaHJ_CPrTVpYY2ARL0Acad8UjU5mOOnoLf08dnrFLY75a3mtPhVaapgQ45L2AiJPom8ej7Cv2HLuh0gF_IcQTDeSYzo/s400/DSCN4128+%25282%2529.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu resort di pantai barat Pulau Kotok - Kepulauan Seribu</td></tr>
</tbody></table>
Kami terus berjalan menelusuri jalan setapak di hutan untuk melihat dermaga lainnya, sambil menunggu sunset. Sebelum hari gelap kami cepat-cepat kembali ke penginapan, karena tak satupun dari kami yang membawa headlamp.<br />
<br />
Hari itu kami juga telah mendengar berita adanya kecelakaan kapal yang membawa penumpang dari Muara Angke menuju Pulau Tidung, kapal terbakar dan banyak korban jiwa. Malam itu kami juga melihat beritanya di salah satu TV swasta yang diputar disana. Berharap saat perjalanan kembali pulang kami selamat sampai tujuan, tentu mengerikan mendengar berita kecelakan kapal laut disaat kami pun harus menggunakan transportasi tersebut saat kembali pulang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghJnpbkNMpiO8XHziZhZ8tawX72-z2PMcm_Z3NT9ukznan3paLAf-btPszj-0ErZR82H0ET37_6cxYpUeNMx0jCmgVSbAJF7J7c0dnzhqKbjP4-iiI0_i3l3tBhAMTfI39Yu7-7i3MFNI/s1600/DSCN4267+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghJnpbkNMpiO8XHziZhZ8tawX72-z2PMcm_Z3NT9ukznan3paLAf-btPszj-0ErZR82H0ET37_6cxYpUeNMx0jCmgVSbAJF7J7c0dnzhqKbjP4-iiI0_i3l3tBhAMTfI39Yu7-7i3MFNI/s400/DSCN4267+%25282%2529.JPG" width="392" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Burung pantai di Pulau Kotok - Kepulauan Seribu. Photo by Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b>Senin, 2 Januari 2017</b><br />
Pagi itu kami berencana pulang pukul 05.30 WIB, namun perahu sewaan tak kunjung menjemput. Kami memanfaatkan waktu untuk memancing di sekitar dermaga guna mencarikan pakan untuk burung elang dan memotret burung pantai sambil menunggu perahu datang. Akhirnya sekitar pukul tujuh pagi perahu nelayan yang kami sewa datang menjemput. Kami berpamitan dengan staff JAAN untuk kembali pulang.<br />
<br />
Kami menyewa perahu untuk mengantarkan kami ke Pulau Pramuka, yang merupakan ibukota Kabupaten/ Kotamadya Kepulauan Seribu. Kami berpindah ke kapal disana untuk melanjutkan perjalanan menuju Muara Angke. Pukul 12.29 WIB kami tiba di dermaga Muara Angke, air laut sedang pasang, tampak genangan air dimana-mana, bahkan jalan yang kami lewati sudah mirip dengan sungai. Malam itu juga saya kembali ke Bengkulu menggunakan penerbangan terakhir dari Jakarta ke Bengkulu, pukul 21.30 WIB saya baru mendarat di Kota Bengkulu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV3ZUH3TabCRr__nZrv17SfrwjmAQRpaFNwt_IknYwkLv_TE96jlCzXO9NQs5_Zy5KlJEPGbGTPIuIMg-UbiR2nWVSikF3c1HcS0FEx6H5HoqaBfWiSyvIobyFO9_SNBIA82YdpvsR58o/s1600/1+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV3ZUH3TabCRr__nZrv17SfrwjmAQRpaFNwt_IknYwkLv_TE96jlCzXO9NQs5_Zy5KlJEPGbGTPIuIMg-UbiR2nWVSikF3c1HcS0FEx6H5HoqaBfWiSyvIobyFO9_SNBIA82YdpvsR58o/s400/1+%25282%2529.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sanctuary dan Rehabilitasi Elang JAAN di Pulau Kotok</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Liburan akhir dan awal tahun kali ini sangat mengesankan, tidak hanya bisa bersantai sejenak menikmati keindahan pantai Pulau Kotok dan keheningan hutan pantai, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga tentang proses rehabilitasi elang laut, selain itu juga memberi pelajaran bagi anak-anak tentang konservasi satwa liar, karena belajar tidak hanya dari bangku sekolah formal, alam dan lingkungan yang ada di sekitar kita juga merupakan pelajaran yang sangat berharga. Belajar konservasi satwa sejak usia dini akan membuat anak-anak lebih peduli dengan alam dan isinya terutama satwa liar terancam punah yang perlu perhatian serius untuk diselamatkan.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com1Kepulauan Seribu Regency, Special Capital Region of Jakarta, Indonesia-5.7985266000000006 106.50719819999995-6.8098386000000009 105.21630469999995 -4.7872146 107.79809169999994tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-35683764737359306322016-10-07T20:39:00.000-07:002016-10-07T21:10:21.970-07:00Peredaran Burung : Konflik Kepentingan antara Upaya Konservasi dan Bisnis<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnP3eWe9gRbfizNS_4dHMBNF1xggE3WJjWaZLjp98qCpUYPoqEYpJO8ie0CwDP7mBJnbsyGxbf7IqiFzDD-M_pJs1YqmN3j51QEmAsjveEqDmOJCAtcX6_jEj0zNMpWYO40I03kUGKfXk/s1600/1c+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnP3eWe9gRbfizNS_4dHMBNF1xggE3WJjWaZLjp98qCpUYPoqEYpJO8ie0CwDP7mBJnbsyGxbf7IqiFzDD-M_pJs1YqmN3j51QEmAsjveEqDmOJCAtcX6_jEj0zNMpWYO40I03kUGKfXk/s400/1c+%25282%2529.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Pycnonotus sp</i> di TWA Seblat. Photo : Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BURUNG</b> merupakan satwa liar yang paling mudah dijumpai di sekitar kita, namun satwa liar golongan ini juga paling banyak diburu untuk keperluan bisnis perdagangan satwa liar guna memenuhi permintaan sebagai hewan peliharaan/ koleksi di berbagai daerah, juga sering digunakan untuk kompetisi burung berkicau. Memang mereka hidup di habitat yang bervariasi, tidak hanya di lingkungan sekitar rumah, tapi juga di hutan pantai, dataran rendah sampai tinggi. Tidak hanya di jumpai di pemukiman, namun juga di ladang, perkebunan dan areal yang berhutan. Sebagian besar jenis burung yang ditangkap memang belum dilindungi oleh Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, namun penangkapannya telah ditetapkan kuotanya untuk beberapa spesies burung. Di Bengkulu untuk burung berkicau jenis tertentu batas maksimal yang boleh ditangkap hanya 20 ekor saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk0KobPZlzdvut4rG-Z4UFncom6p_2HllxzUcNbfOKJPfffWD9QOGLVkoEBI8R0mLDeeLjcvTFisKFc8zKs1yVPv7-4w7IKPFhBHAhMex8oRsbVWr_SrWN5hb9he4EQFHstLkz9uY-YLo/s1600/1+%25283%2529.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk0KobPZlzdvut4rG-Z4UFncom6p_2HllxzUcNbfOKJPfffWD9QOGLVkoEBI8R0mLDeeLjcvTFisKFc8zKs1yVPv7-4w7IKPFhBHAhMex8oRsbVWr_SrWN5hb9he4EQFHstLkz9uY-YLo/s320/1+%25283%2529.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">TWA Seblat. Photo: Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Bisnis burung berkicau makin hari makin marak, diikuti oleh permintaan yang besar sehingga mendorong tingginya kasus perburuan liar dan perdagangan baik yang legal maupun illegal. Ratusan burung liar per minggu dikirimkan secara illegal dari Provinsi Bengkulu ke penampung kedua di Lampung, kemudian baru diseberangkan ke Pulau Jawa untuk memenuhi permintaan pasar disana. Perbulan burung yang ditangkap untuk perdagangan tersebut bisa mencapai satu juta bahkan lebih. Mereka menggunakan mobil pribadi tertutup untuk menghindari petugas. Peredaran burung berkicau yang legal (melalui perijinan) dibawa menggunakan maskapai penerbangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peredaran satwa liar terutama burung bisa dilakukan secara legal / diberi ijin oleh management authority setempat bila berasal dari penangkaran atau juga tidak melebihi kuota yang telah ditetapkan untuk penangkapan dari alam. Namun orang yang bekerja dalam bisnis jual beli burung, penangkaran tidak dapat memberikan keuntungan cepat bagi mereka, kenapa ? Karena burung hasil penangkaran yang diperjualbelikan harus jelas penandaan individunya dan jalur keturunannya, serta yang pasti harus memiliki surat ijin penangkaran terlebih dulu yang dikeluarkan oleh BKSDA setempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saat ini ada modus baru mengenai peredaran burung yang legal, yakni sebagai souvenir. Peredaran burung berkicau diberi kemudahan untuk diberi ijin dibawa antar daerah di Indonesia hanya dengan persyaratan maksimal 2 ekor (2 pasang) per orang dengan tujuan sebagai souvenir. Saya sendiri baru tahu mengapa satwa liar bisa digolongkan sebagai souvenir, apakah ini untuk memberi peluang bagi para pemburu burung dan pedagang burung hasil tangkapan dari alam dengan cara legal ? Karena asal - usul burung tersebut tidak pernah dipermasalahkan/ diperiksa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFyIZpyO300SSw2DKF0wyBZOwUTK4XolMgSjaYneUqQvwXgmWbeHmgTQ2pEsE4fhVwiHJ01usmOm8fdgorkT9K-7bHsoHM2ZLdTKFxzvCtTT6YjqB3wVZ74Y5UkTNSAM1-0QgtsvT5R0w/s1600/1d.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFyIZpyO300SSw2DKF0wyBZOwUTK4XolMgSjaYneUqQvwXgmWbeHmgTQ2pEsE4fhVwiHJ01usmOm8fdgorkT9K-7bHsoHM2ZLdTKFxzvCtTT6YjqB3wVZ74Y5UkTNSAM1-0QgtsvT5R0w/s320/1d.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Pycnonotus aurigaster. </i>Photo : Erni Suyanti Musabine</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Melihat hampir tiap hari orang dari berbagai daerah berdatangan untuk mengurus surat ijin peredaran burung berkicau, mendorong saya ingin tahu berapa banyak SATDS-DN (Surat Ijin Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri) diterbitkan dalam satu bulan untuk peredaran burung berkicau. Ternyata jumlahnya cukup mengagetkanku, yakni antara 20 hingga 40 surat ijin angkut per bulan. Bila setiap proses pengiriman burung adalah satu pasang per surat ijin maka burung berkicau yang dikeluarkan dari Bengkulu adalah sekitar 40 - 80 ekor per bulan. Ini artinya dalam satu tahun ada sekitar <b>480 - 960 ekor</b> burung yang diedarkan dari Bengkulu keluar daerah. Dari jumlah tersebut sebagian besar burung berkicau berasal dari Bengkulu, hanya sebagain kecil saja merupakan burung eksotik. Bila burung-burung tersebut berasal dari perdagangan di pasar burung dan dari penampungan kemungkinkan besar merupakan tangkapan dari alam. Sedangkan kuota tangkap untuk burung berkicau jenis tertentu hanya 20 ekor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai praktisi konservasi tentu hal ini mengkhawatirkan karena di alam burung memiliki fungsi ekologi, sebagai penyebar biji-bijian sehingga ada penyebaran tumbuhan yang bervariasi, punya peran dalam mengontrol ulat dan serangga lainnya agar populasinya tidak berlebihan, membantu penyerbukan dan banyak fungsi penting lainnya dalam ekosistem. Kontrol populasi tetap harus dilakukan, yakni kuota tangkap yang sudah ditetapkan itu penting artinya dan penting untuk dijadikan acuan bagi pelayanan jasa pada masyarakat yang berbisnis burung berkicau, agar burung liar yang belum dilindungi UU tersebut tidak mengalami penurunan populasi yang drastis karena perburuan yang terjadi terus-menerus untuk memenuhi permintaan konsumen. Pemanfaatan Sumber Daya Alam terutama satwa liar yang berlebihan tentu akan berdampak jangka panjang bila tidak disertai kontrol yang ketat dalam eksploitasinya. Berharap para petugas terkait tidak hanya melakukan pelayanan yang baik tentang perijinan peredaran satwa liar pada masyarakat yang membutuhkan, dan meningkatan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari perijinan yang dikeluarkan, namun juga sebagai kontrol peredaran satwa burung terutama yang berasal dari perburuan liar dengan mengacu pada kuota tangkap yang telah ditetapkan. </div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Bengkulu, Bengkulu City, Bengkulu, Indonesia-3.7928450999999992 102.26076409999996-4.0463370999999988 101.93804059999997 -3.5393530999999991 102.58348759999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-21694347568119945542016-10-01T22:36:00.000-07:002017-01-21T18:18:15.944-08:00Idealisme vs Kepentingan : Ancaman terhadap Upaya Konservasi Insitu<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mendorong pejabat dibawahnya melakukan penertiban peredaran satwa liar baik dari perdagangan maupun pemeliharaan illegal di masyarakat, sejak saat itulah para pejabat di tingkat provinsi (Unit Pelaksana Teknis KLHK) memberikan edaran ke masyarakat dan institusi terkait untuk mendukung upaya penertiban satwa langka yang ada di masyarakat. Namun tidak diimbangi dengan persiapan posko penampungan satwa tersebut dengan fasilitas yang layak bagi pemeliharaan sementara satwa liar sesuai dengan jenisnya masing-masing dan ketersediaan dana pakan serta perawatan didasarkan prinsip-prinsip animal welfare. Awal tahun 2016 dimulailah aksi tersebut di Provinsi Bengkulu, banyak satwa liar yang berhasil disita dari perdagangan gelap maupun dari penyerahan sukarela oleh masyarakat seperti kukang, siamang, burung elang, julang, beruang madu, trenggiling, buaya muara, kucing hutan dan lain-lain.<br />
<br />
Beberapa satwa liar yang direscue tersebut berhasil dilepasliarkan kembali ke habitatnya di Taman Wisata Alam Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara seperti kucing hutan, dan beberapa ekor siamang di Taman Buru Semidang Bukit Kabu, Kabupaten Seluma serta empat ekor kukang sumatera dilepasliarkan kembali di Taman Wisata Alam Bukit Kaba, Kabupaten Rejang Lebong. Sebelum dilepasliarkan, satwa tersebut melalui proses panjang pemeriksaan medis untuk mengetahui apakah satwa tersebut dalam kondisi sehat ataukah tidak, dirawat sementara di Kantor Resort Kota Bengkulu dan ada yang dititipkan sementara ke Pusat Penyelamatan Satwa yang ada di Sumatera Selatan.<br />
<br />
Namun sebagai dokter hewan kebijakan ini menjadi tantangan tersendiri, karena kami antar petugas memiliki pola pikir yang berbeda dalam penanganan satwa liar. Sebelumnya saya pernah bekerja di Pusat Penyelamatan Satwa, di Stasiun Karantina untuk satwa liar serta menjadi konsultan medis di Pusat Rehabilitasi Satwa Liar tentu mengharapkan satwa liar yang direscue dari perdagangan illegal dan kepemilikan illegal harus mendapat pemeriksaan medis yang ketat sesuai dengan masing-masing jenis satwa dan kebutuhannya. Selain itu mereka harus melalui masa karantina dan diisolasi dari satwa lainnya dan manusia, kemudian dari hasil penilaian tersebut baru menjalani proses rehabilitasi dan pelepasliaran kembali. Tentu itu butuh proses bertahap dan butuh dana yang tidak sedikit, apalagi biaya pemeriksaan medis tidak murah. Ditambah lagi tidak ada fasilitas kandang yang layak disesuaikan dengan masing-masing jenis satwa serta sanitasi yang bagus untuk mencegah penularan penyakit hewan ke manusia juga menjadi permasalahan tersendiri. Inilah sebagai gambaran kebijakan yang terlalu dipaksakan tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapi untuk mendukung / menyukseskan kebijakan lainnya yakni penegakkan hukum.<br />
<br />
Beberapa petugas ingin mencari jalan pintas dalam menyelesaikan permasalahan penumpukan satwa liar hasil sitaan dan penyerahan masyarakat yang ada di kota Bengkulu dengan langsung melepasliarkan satwa-satwa tersebut tanpa melalui proses pemeriksaan medis seperti burung elang. Tanpa mempertimbangkan permasalahan berikutnya bila ternyata elang tersebut menderita penyakit menular atau sebagai pembawa penyakit yang bisa menularkan ke spesies burung lainnya atau bahkan membahayakan kesehatan manusia. Satwa liar bila sudah dilepasliarkan di hutan akan susah untuk kontrol penyakit berbeda dengan yang berada di lembaga konservasi eksitu atau peliharaan masyarakat. Bagi dokter hewan, kegiatan ini menjadi terasa aneh bila ternyata juga mendapat dukungan dari para pejabat terkait. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJGccT3OXCo6YW5KZys71qq-dooGRMrimZS3m5ebuQiqsSb_1-oiPtAEKyu3SiYW1MI32mdo-JR8CqsVJa1QVLPG13Jug7eCKHJrJvdmFHZbSepIIpLbZA_C4DEpP2FeBrBHM5iXNX2j4/s1600/DSCN9465+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJGccT3OXCo6YW5KZys71qq-dooGRMrimZS3m5ebuQiqsSb_1-oiPtAEKyu3SiYW1MI32mdo-JR8CqsVJa1QVLPG13Jug7eCKHJrJvdmFHZbSepIIpLbZA_C4DEpP2FeBrBHM5iXNX2j4/s640/DSCN9465+%25282%2529.JPG" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siamang JEN saat proses rehabilitasi untuk dilepasliarkan kembali <span style="font-size: 12.8px;">di kawasan </span><br />
<span style="font-size: 12.8px;">Konservasi </span><span style="font-size: 12.8px;">TB Semidang Bukit Kabu, Kabupaten Seluma, </span><br />
<span style="font-size: 12.8px;">Bengkulu, </span><span style="font-size: 12.8px;">Tanggal 30 Agustus 2016 </span></td></tr>
</tbody></table>
Tantangan kami dalam upaya pelestarian satwa liar di habitat tidak hanya sampai disitu, selain tidak adanya dukungan dana untuk kegiatan-kegiatan medis yang berhubungan dengan pemeriksaan sampel ke laboratorium juga dana untuk pembelian obat-obatan dan peralatan medis yang dibutuhkan serta untuk pengadaan pakan satwa. Namun yang paling membuat kami putus asa adalah, saat ini kami sedang melakukan proses rehabilitasi siamang di sebuah kawasan konservasi di Bengkulu. Setelah beberapa bulan menjalani forest school (sekolah hutan) beberapa siamang berhasil dilepasliarkan kembali ke hutan tanpa ada kendala, dan hanya tinggal satu ekor saja yang masih terus belajar, namun sudah tidak tergantung lagi dengan manusia, sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan makanan alami. Sebuah kemajuan yang tinggal selangkah lagi untuk bisa direlease kembali ke hutan, tapi akhirnya harus berakhir hidupnya berada di LK selamanya yang berada diluar habitat bahkan di luar pulau, hanya karena sebuah LK / kebun binatang menginginkan jenis satwa tersebut, masa depannya direnggut dengan paksa setelah diambil dari hutan dan diserahkan ke kebun-binatang.<br />
<br />
Tumpang tindih kepentingan dalam pemanfaatan satwa liar saat ini menjadi permasalahan serius yang mengancam upaya konservasi satwa liar di insitu, seperti permintaan satwa liar sebagai koleksi lembaga konservasi eksitu baik itu kebun binatang, taman satwa dan lain-lain seringkali ditujukan ke KLHK, dan itu mendorong Unit Pelaksana Teknis untuk memenuhi permintaan tersebut sesuai dengan jenis satwa yang diinginkan. Dalam rekomendasi medis dan conservation biologist sudah jelas bahwa satwa liar yang sehat tidak beresiko dalam transfer penyakit menular baik kepada satwa sejenis, satwa jenis lainnya maupun manusia, dan tidak cacat fisik permanen atau secara fisik masih bisa bertahan hidup dan beradaptasi dengan habitat baru, serta berperilaku normal maka layak untuk dilepasliarkan kembali. Namun bila kemungkinan besar tidak akan bertahan hidup pasca release karena kondisi tertentu maka ditranslokasi ke lembaga konservasi eksitu untuk keperluan breeding dan lain-lain. Dan rekomendasi yang terakhir adalah euthanasi untuk kasus-kasus spesific dengan tujuan mencegah penularan penyakit berbahaya bagi kesehatan hewan dan manusia serta untuk mengurangi penderitaan satwa. <br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp_78VQUOYMYpGTGRJ0JzSrg1L1qL53xK8ojEVQzUB_W5k1tVrfxHsJOlXwwf4LDW2e3Ye8YwJim8S0iVMFWvWcaQ5Py7ejcYuxNlmf-5ot6WqYw5zKXMgWDupBl1GGql8-1bjGJlsP00/s1600/DSCN0791+%25282%2529.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp_78VQUOYMYpGTGRJ0JzSrg1L1qL53xK8ojEVQzUB_W5k1tVrfxHsJOlXwwf4LDW2e3Ye8YwJim8S0iVMFWvWcaQ5Py7ejcYuxNlmf-5ot6WqYw5zKXMgWDupBl1GGql8-1bjGJlsP00/s400/DSCN0791+%25282%2529.JPG" width="263" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siamang JEN saat sedang berada di kandang angkut<br />
sebelum ditranslokasi ke Pulau Lombok<br />
Tanggal 29 September 2016</td></tr>
</tbody></table>
Terkadang rekomendasi tersebut menjadi tidak berarti manakala lembaga konservasi eksitu (LK) sangat menginginkan satwa tersebut menjadi koleksinya, dan para pejabat di management authority setempat bersedia memenuhi permintaan dari LK tersebut, maka pemindahan/ translokasi satwa bisa terjadi. Itu dilakukan secara legal karena memenuhi persyaratan perijinan, administrasi birokrasi yang dibutuhkan. Tapi bagi kami para praktisi konservasi satwa liar memandang hal itu sebagai ancaman upaya konservasi insitu. Secara Illegal seperti perburuan liar dan wildlife trafficking ataupun secara legal dengan semua persyaratan administrasi birokrasi translokasi satwa ke LK terpenuhi, efek samping yang ditimbulkan adalah sama saja menurut kami, bahwa satwa tersebut tidak memiliki kesempatan lagi untuk kembali ke habitatnya dan menjalankan fungsinya dalam ekosistem hutan. <br />
<br />
Siamang bernama Jen, pandangannya yang kosong menatap masa depan yang berubah dengan sekejap saat berada dalam kandang angkut menunggu translokasi ke Nusa Tenggara Barat untuk menjadi koleksi sebuah kebun binatang. <span style="color: #741b47;">"<i>Maaafkan aku, Jen tidak bisa berbuat banyak untuk mencegahnya, maafkan aku tidak bisa melepas kepergianmu karena untuk menatap matamu yang sangat sedih itu membuatku berkaca-kaca. Sungguh, aku lebih suka melihatmu di hutan dengan ekspresi bahagia</i>". </span><br />
<br />
Dalam Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan jelas disebutkan bahwa pemerintah wajib memfasilitasi medik konservasi, forensik veteriner dan medik reproduksi. Berharap kedepan keputusan yang berhubungan dengan nasib satwa liar dan ekosistemnya semakin bijak dalam mendukung upaya konservasi insitu, tidak hanya memikirkan kepentingan perseorangan dan sekelompok orang. Sudah saatnya jeritan satwa liar juga didengar dan diperhatikan, pada dasarnya mereka juga seperti manusia menginginkan kebahagian, hidup normal di tempat yang semestinya. Jangan pernah renggut masa depan satwa liar hanya untuk kepentingan manusia. Tempat tinggal mereka di hutan bukan di dalam kandang seumur hidupnya.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Bengkulu, Bengkulu City, Bengkulu, Indonesia-3.7928450999999992 102.26076409999996-4.0463370999999988 101.93804059999997 -3.5393530999999991 102.58348759999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-59801906751974473352016-06-21T05:34:00.001-07:002016-06-21T05:34:11.925-07:00My Profile - Tabloid Newspaper NOVA 1478 - XXIX <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZL6Cg2sW0Mt11ESFYa2fp2S0ZbfZJg0EIuqhM1xeFkjRpUez0npwMMzXTAvxu3WSZIoq0N5g6hOE52MXTxrQzHH8zhzR5UqyqTtli2Ti4uQOioDpprOdyQMMNRo1zJV0Ujq8W1UjbZvE/s1600/Nova+1478+-+XXIX+-+20+-26+Juni+2016+-+hal+54.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZL6Cg2sW0Mt11ESFYa2fp2S0ZbfZJg0EIuqhM1xeFkjRpUez0npwMMzXTAvxu3WSZIoq0N5g6hOE52MXTxrQzHH8zhzR5UqyqTtli2Ti4uQOioDpprOdyQMMNRo1zJV0Ujq8W1UjbZvE/s640/Nova+1478+-+XXIX+-+20+-26+Juni+2016+-+hal+54.jpg" width="428" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdjLPhwCTWwEc9uDN_LcBefP6L55qUutVWhU24QFzSjLyiEvRg2ddZ53n7d8c3lEt1qlDjT21BpDU5f2p7ptHr9WHOTJvhvt5lwtg91DARQF-gk4nv3d_Wm35fkqI2-_4mPMeFQF1LEfI/s1600/Nova+1478+-+XXIX+-+20+-26+Juni+2016+-+hal+55.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdjLPhwCTWwEc9uDN_LcBefP6L55qUutVWhU24QFzSjLyiEvRg2ddZ53n7d8c3lEt1qlDjT21BpDU5f2p7ptHr9WHOTJvhvt5lwtg91DARQF-gk4nv3d_Wm35fkqI2-_4mPMeFQF1LEfI/s640/Nova+1478+-+XXIX+-+20+-26+Juni+2016+-+hal+55.jpg" width="428" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sumber : Tabloid NOVA 1478 - XXIX Tanggal 20 - 26 Juni 2016 Halaman 54 - 55.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-39220747050077576082016-06-20T01:42:00.000-07:002016-06-21T00:14:57.448-07:00Edema Ventralis pada Gajah Sumatera<br />
<div style="text-align: justify;">
Setiap mahout memiliki cara yang berbeda dalam merawat gajahnya. Ada yang menggembalakannya jauh ke dalam hutan secara berkelompok sesuai dengan perilaku alaminya sebagai mahkluk sosial, biasanya ini dilakukan pada gajah-gajah betina di PLG Seblat. Hutan seluas tujuh ribuan hektar tentu masih bisa menyediakan pakan alami, dan ada sungai-sungai di dalam hutan dengan air bening mengalir didalamnya yang menyediakan air minum untuk mereka. Dan mereka bisa memilih sendiri kemana mereka ingin makan dan minum karena mereka bebas berjalan-jalan di hutan itu. Tujuannya adalah agar gajah-gajah tersebut mendapat cukup makanan alami baik variasi maupun kuantitasnya serta dapat mengeskpresikan perilaku alaminya dengan hidup bersosial. Namun ada juga yang lebih menyukai merawat gajahnya dengan cara soliter (sendiri-sendiri), baik gajah jantan maupun betina dengan cara dilepasliarkan ataupun diikat dengan rantai panjang agar bisa menjangkau tempat pakan yang luas. Cara ini sebenarnya lebih cocok untuk gajah jantan karena perilaku alaminya gajah jantan dewasa pada akhirnya akan memisahkan diri dari kelompok dan hidup soliter, dan untuk gajah jantan remaja membentuk kelompok kecil tersendiri dengan sesama pejantan remaja lainnya. Selain untuk alasan keamanan karena gajah jantan banyak diincar oleh pemburu liar guna diambil gadingnya dengan cara membunuh gajah-gajah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terkadang perawatan satwa tanpa memperhatikan behavior (perilaku alami) dan kondisi fisiologinya kerap kali menimbulkan gangguan kesehatan bila hal itu berlangsung secara terus-menerus. Sebenarnya hal ini menegaskan bahwa ada keterkaitan erat antara perawatan satwa dengan memperhatikan aspek-aspek <i>animal welfare</i> (kesejahteraan hewan). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seekor gajah bernama Dino sering diikat di pinggir sungai yang panas atau di pinggir hutan yang tidak banyak terdapat pohon rindang untuk berteduh, lokasinya terbuka dan hanya mengandalkan pakan tambahan berupa pelepah kelapa sawit dan king grass tanpa tersedia variasi makanan alami di sekitarnya, serta minum yang terbatas. Negara tropis yang dekat garis khatulistiwa tentu suhu lingkungan sangat panas di siang hari. Sedangkan gajah adalah binatang liar yang memiliki beberapa kelenjar keringat namun tidak dapat difungsikan untuk mengatur suhu tubuh mereka. Kulit gajah yang keriput membantu menjaga kelembaban sehingga gajah agar tetap sejuk dalam jangka waktu lama walaupun terkena terik matahari dan mengeluarkan panas melalui kulitnya yang keriput. <br />
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPzUYawxOn5eqRudEtIQX1YSC1Y6qi4I40vI8Ib3RCasTTYAqnx835_ENpEM8QLwbcZu6FJ8bTU8uzD6piJ7oAlZ8WiEuaVJB_Qo7KgHilIsy6n3MsW75CTcGcqh6IS7I1gbYLTIcQgRU/s1600/Dino-edema+ventralis+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPzUYawxOn5eqRudEtIQX1YSC1Y6qi4I40vI8Ib3RCasTTYAqnx835_ENpEM8QLwbcZu6FJ8bTU8uzD6piJ7oAlZ8WiEuaVJB_Qo7KgHilIsy6n3MsW75CTcGcqh6IS7I1gbYLTIcQgRU/s400/Dino-edema+ventralis+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Edema di ventral abdominal pada Gajah Dino yang mulai mengecil </span><br />
<span style="color: #fff2cc;">setelah terapi selama 2 minggu</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Perawatan gajah Dino dengan cara seperti itu berlangsung dalam waktu lama sehingga muncul gejala klinis <i>edema ventralis</i>. Perawat gajah (mahout) menyebutnya gondok atau gondokan, mungkin karena seringkali muncul dibawah leher dan di <i>submandibular</i> (diantara tulang rahang bawah), meskipun penyebabnya bukan kekurangan Yodium sehingga menyebabkan pembengkakan kelenjar tiroid. Gondokan disini yang dimaksud adalah <i>edema ventralis</i>, pada gajah sering terjadi di bawah leher dan di <i>submandibular</i> serta di <i>ventral abdominal</i> (di bawah perut).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU_apJ5A8Q8fLRr9KiZbnArd0Gbt5TA_2I6iNrKPXFZTnElwJvhXMA950hIVoFFUBvDLI7iEntIyo5MgKlRhZX788jQMBPkanx2Q1GYNurhF0ymA9BYUUwCPVgFIWOwwhUUdCt6DoRR5E/s1600/z1+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU_apJ5A8Q8fLRr9KiZbnArd0Gbt5TA_2I6iNrKPXFZTnElwJvhXMA950hIVoFFUBvDLI7iEntIyo5MgKlRhZX788jQMBPkanx2Q1GYNurhF0ymA9BYUUwCPVgFIWOwwhUUdCt6DoRR5E/s400/z1+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Edema di genitalia externa (alat kelamin luar) </span></td></tr>
</tbody></table>
Penyebab edema diantaranya malnutrisi (kekurangan gizi), malabsorbsi usus terhadap protein, penyakit tiroid, penyakit paru kronis, penyakit ginjal, penyakit hati, gagal jantung dan luka bakar. Penyebab lainnya yang sering terjadi karena gajah tidak bisa bergerak dalam jangka waktu lama, biasanya terjadi pada gajah-gajah dalam transportasi hingga belasan jam berdiri dalam truk atau berhari-hari tanpa memberi kesempatan untuk berubah posisi, edema terjadi pada kaki bagian bawah. Bila terjadi pada semua kaki dan bila tidak disertai tanda-tanda peradangan maka merupakan akibat dari proses sistemik. Paling sering disebabkan oleh cairan yang berlebihan di dalam tubuh sehingga cairan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul di kaki yang merupakan bagian terendah dari tubuh. Cairan tersebut dapat berkumpul di kaki karena faktor gravitasi, selain itu berkumpulnya cairan pada kaki juga sebagai akibat pelebaran pembuluh darah, keluarnya cairan dari pembuluh darah dan adanya penyumbatan sehingga cairan tidak dapat naik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td style="background: #DDD9C3; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 352.7pt;" valign="top" width="470"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="color: #783f04;"><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Edema. </span></b><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">Edema may be seen in the
submandibular or </span></span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">ventral abdominal areas. Poor food quality may be a </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">cause and hypoproteinemia may be associated. Ventral </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">edema is also seen in cows that have recently given </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman", serif; text-align: justify;">birth. Increasing the protein in the diet may help </span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 352.7pt;" valign="top" width="470"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #783f04;"><o:p><b>V</b></o:p><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">entral Edema</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #783f04;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Ventral edema (“dropsy” or “rot”) may involve the
ventral </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">abdominal wall, the submandibular area, or the
tissues </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">surrounding the external genitalia. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">A single, specific, underlying etiology has not </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">been identified. Ventral edema has been associated
with </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">parasites, kidney failure, tuberculosis, </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">chronic diarrhea, salmonellosis, retained placenta, </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">and a wasting syndrome of unknown etiology. Chronic
and severe infection by </span><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Fasciola jacksoni </i><span style="font-family: "times new roman" , serif;">invariably. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">Hypoproteinemia may be present, especially with
severe </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">parasitic infections. It is not always associated,
however, </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">and is probably not the sole underlying mechanism. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">Ventral edema occurs commonly among captive
elephants </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">in North America as the only clinical sign and </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">has been variously treated with diet change,
antibiotics, </span></span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;">and diuretics. The majority of cases are non–life
threatening, </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , "serif";">and resolve without treatment, with signs rarely </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;">persisting more then 3 months. Ventral edema may be </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;">a nonspecific response to a variety of physiological
stressors. </span><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;">Further
research is needed.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;">Reference : "Biology, Medicine, and Surgery of Elephants" </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif;">by Murray E. Fowler and Susan K. Mikota</span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<br />
Selain itu cuaca panas juga dapat sebagai penyebab edema. Hal ini diduga karena terjadi Hypovolemik shock yang terjadi akibat shock karena dehidrasi karena kurang cukup minum dalam jangka waktu lama sehingga memicu terjadinya edema. Namun hal ini masih perlu dibuktikan/ diteliti dan masih dalam perdebatan. Karena gajah - gajah seringkali mengalami edema ventralis bila sering kepanasan terus-menerus tanpa bisa berteduh ataupun mendinginkan tubuh dengan semprotan air ataupun lumpur serta tidak dapat menjangkau air minum sepanjang waktu. Dalam kasus ini kondisi nutrisi baik serta hasil pemeriksaan feces tidak ada indikasi infestasi <i>endoparasit</i> serta tidak menunjukkan adanya <i>hypoalbuminemia</i> dari hasil pemeriksaan darah, serta tidak ada indikasi penyakit lainnya, namun setiap kali berada di tempat panas berhari-hari muncul gejala klinis edema ventralis. Perlakuan yang diberikan sederhana yakni merubah lokasi penggembalaan, ditempatkan dalam hutan yang teduh dan biasanya dalam waktu 3 hari s/d 3 minggu akan kembali normal dan tidak terjadi <i>edema ventralis</i> kembali. Lamanya pemulihan tergantung ringan beratnya edema yang terjadi, atau tergantung banyaknya edema yang terjadi, yakni di satu lokasi atau di banyak lokasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-YnaBJrLgQmmvwwdb9RlR7v2Lr9P0lrMr-vGo-raaAaXhcvfIdb5mg6WZDHgZ5zwP4RapLJEmu8P9J9qBc3dhhPsw9eb2LakgfluxGOOLwEau9ulszha9wQsVN2HehVoxzNMlXVZWn74/s1600/Bona%252C+31+January+2012+%25284%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-YnaBJrLgQmmvwwdb9RlR7v2Lr9P0lrMr-vGo-raaAaXhcvfIdb5mg6WZDHgZ5zwP4RapLJEmu8P9J9qBc3dhhPsw9eb2LakgfluxGOOLwEau9ulszha9wQsVN2HehVoxzNMlXVZWn74/s400/Bona%252C+31+January+2012+%25284%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Gajah Bona mengalami edema di ventral abdominal dan di kepala bagian bawah</span><br />
<span style="color: #fff2cc;">karena malnutrisi, Photo tanggal 20 Januari 2012</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Mekanisme terjadinya edema ventralis pada gajah seringkali karena penurunan <i>tekanan osmotik intravaskuler.</i> Hal ini bisa dilihat dari hasil pemeriksaan serology menunjukkan adanya <i>hypoproteinemia</i> terutama albumin. Kondisi ini dapat mengurangi <i>tekanan osmotik koloid intravaskuler</i> yang mengakibatkan terjadinya peningkatan filtrasi cairan dan penurunan absorbsi yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya edema. <i>Hypoalbuminemia</i> sebagai akibat dari malnutrisi (kekurangan gizi) atau malabsorbsi terhadap protein, bisa karena pakan kurang dalam jangka waktu lama. Kehilangan albumin dalam plasma dapat terjadi juga karena penyakit gastrointestinal dengan kehilangan darah yang parah seperti infeksi yang disebabkan parasit (penyakit parasiter) terutama cacing. <i>Edema ventralis</i> pada gajah sering terjadi pada tubuh gajah bagian ventral yakni bawah leher, di submandibular dan ventral abdominal (di bawah perut).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin3D-Eoysbzgrp6bDMPVAhwtAzV6Zt4gm5k9T2_6QCsUtAaKris7JpadV0tb5p4mltxZIOJWsW2ow2_QjE0xJkyjHg1kKrcujZnjfMtPIbRqNdPY-9H6SB571hdZMeGRFEzMRMLhws8Ig/s1600/z2+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin3D-Eoysbzgrp6bDMPVAhwtAzV6Zt4gm5k9T2_6QCsUtAaKris7JpadV0tb5p4mltxZIOJWsW2ow2_QjE0xJkyjHg1kKrcujZnjfMtPIbRqNdPY-9H6SB571hdZMeGRFEzMRMLhws8Ig/s400/z2+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Edema ventralis di Submandibular</span></td></tr>
</tbody></table>
Setelah mengumpulkan informasi dari berbagai orang (mahout) untuk mengetahui riwayat perawatan gajah Dino dan hasil pemeriksaan sampel feces, serta gejala klinis yang terlihat maka tindakan yang dilakukan adalah memindahkan gajah Dino untuk digembalakan di hutan dengan kondisi lingkungan sekitar yang teduh (tidak panas), perlu cukup minum dan variasi nutrisi, serta pemberian obat cacing sesuai dengan jenis telur cacing yang telah teridentifikasi dalam pemeriksaan mikroskopis meskipun infestasi cacing hanya sedikit (+). Tidak tersedia obat cacing yang efektif untuk pemberantasan <i>Trematoda</i>, yang ada di klinik hanya <i>Albendazole</i> tablet. Akhirnya saya mendapatkan sumbangan obat cacing <i>Oxyclozanide</i> pasta dari kolega dokter hewan yang sangat efektif untuk pengobatan <i>pharamphistomiasis</i> yakni <i>tropical disease</i> pada gajah, dan efektif untuk pengeluaran cacing dewasa melalui feces, yang diberikan selama tiga hari berturut-turut secara per oral. Namun diduga penyebab <i>edema ventralis</i> bukan karena peyakit parasiter tetapi lebih cenderung karena terpapar cuaca panas dan nutrisi yang buruk, karena sebelum pemberian obat cacing, <i>edema ventralis</i> sudah mengecil hanya dengan memindahkan gajah ke tempat teduh dan memberikan makanan yang lebih bervariasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam waktu tiga minggu dengan perlakuan khusus dalam perawatan harian maka gajah bisa sembuh kembali. <i>Edema ventralis</i> pada tubuh gajah bagian bawah (ventral) sudah tidak terlihat lagi. Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah melakukan pencegahan agar hal itu tidak terjadi lagi. Dan ini perlu kerjasama yang baik dengan perawat gajah.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia-3.2663246 101.9804613-7.3174216 96.8168873 0.78477240000000048 107.1440353tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-64967101351793153082016-06-19T20:42:00.005-07:002016-06-19T20:44:20.507-07:00Traumatic Ulcer pada Rongga Mulut Gajah <br />
<div style="text-align: justify;">
Seekor gajah bernama Gara tampak lemah, kehilangan nafsu makan dan minum selama beberapa hari, saat berjalan tampak kedua kaki depan beradu/ bersentuhan seperti enggan mengangkat kakinya pertanda bahwa gajah tersebut kehilangan tenaga, juga tampak tremor (gemetar) serta sempoyongan. Gejala klinis yang paling mencolok adalah hypersalivasi yakni sekresi air liur berlebihan dan terus- menerus. Banyak faktor penyebab yang membuat produksi air liur berlebihan, diantaranya pankreatitis, penyakit hati, gastroesophageal reflux, keracunan bahan kimia tertentu, fraktur atau dislokasi pada rahang dan juga ulcer dan infeksi pada rongga mulut dan lain - lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelumnya sudah pernah menangani dua ekor satwa liar yakni gajah sumatera bernama Ninda dan harimau sumatera bernama Giring yang memiliki gejala klinis yang sama yakni hypersalivasi. Keduanya memiliki penyebab yang sama yakni ulcer pada rongga mulut, baik pada lidah maupun gusi. Penyebab ulcerasi di rongga mulut bermacam-macam, bisa karena traumatik, agen penyakit seperti bakteri, virus dan jamur serta penyakit sistemik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyF9TOabjrGtHBJfqe6V1lO93WvtG5Gl_TW88h19oKrl_2RDqlUPPPJKHL_VwxW57WTrO0jJp6SidrXJ68eqhpD7Iuy_fjIgpb83_7k541yauvD3iqJrjh1hs839zRAKW4T1H8F5S_2Iw/s1600/Gara-wound+on+tongue+2+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyF9TOabjrGtHBJfqe6V1lO93WvtG5Gl_TW88h19oKrl_2RDqlUPPPJKHL_VwxW57WTrO0jJp6SidrXJ68eqhpD7Iuy_fjIgpb83_7k541yauvD3iqJrjh1hs839zRAKW4T1H8F5S_2Iw/s400/Gara-wound+on+tongue+2+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Ulcer pada Lidah Gajah di PLG Seblat, Bengkulu. Photo : Erni Suyanti</span></td></tr>
</tbody></table>
Pemeriksaan awal pada gajah yang dilakukan adalah mengintsruksi gajah untuk membuka mulutnya dan memeriksa rongga mulut. Ditemukan ada beberapa luka pada lidah dari mulai bagian depan sampai tengah lidah, kondisi gusi dan gigi baik tidak ada masalah. Kemungkinan hypersalivasi disebabkan oleh luka tersebut, sehingga menurunkan nafsu makan dan minum selama beberapa hari dan akhirnya kehilangan tenaga dan lemas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pengobatan gajah satu hal yang tidak kalah penting adalah pelatihan gajah untuk penanganan medis agar gajah terbiasa dan tidak terkejut saat diperiksa dan diobati pada bagian-bagian tertentu di seluruh tubuhnya. Ada 33 jenis pelatihan gajah untuk keperluan penanganan medis yang dilakukan dengan tujuan berbeda dihubungkan dengan kasus-kasus sakit/ penyakit yang sering dialami oleh gajah-gajah disini. Sebagai contohnya terbiasa membuka mulut untuk diperiksa, mengangkat kaki untuk diperiksa kuku dan telapak kakinya, terbiasa disentuh matanya untuk mempermudah pemberian obat salep atau tetes mata, terbiasa dipegang bagian telinga untuk koleksi sampel darah, terbiasa di rectal untuk berbagai keperluan dan lain-lain tanpa mereka merasa takut dan melukai petugas, Hal ini untuk mendukung agar gajah-gajah yang sakit bisa diperiksa kondisinya dan diobati dengan aman tanpa membahayakan petugas baik mahout maupun dokter hewan. Di Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat, kami tidak mendukung adanya pelatihan gajah untuk animal show, namun yang wajib dilakukan adalah pelatihan gajah untuk keperluan penanganan medis, yakni dengan cara membiasakan menyentuh seluruh bagian-bagian tubuh dari satwa gajah setiap hari dengan memperkenalkan/ memperdengarkan instruksi kata-kata yang konsisten. Gajah adalah binatang yang sangat pintar dan punya daya ingat sangat kuat, bila sesuatu kata dan perlakuan dilakukan berulang-ulang secara konsisten pada akhirnya mereka akan memahaminya dan mengingatnya dengan baik, sebaik mereka mengingat dimana lokasi pakan alami dan mineral di hutan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZTJQ2Fxgx1eo7UL610_pKGRqX6pZr9l0dlgcvWMnMqrNuIGOQDGea8TWBWG25Hl739V6BLIgnIk5m3O_ue-SRhHyFeQA21J_fHfVCCe0TNx1LQT4PJ0Ot8GYd5tbs66QYdX5CWSYuJ1A/s1600/Gara-wound+on+tongue+1+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZTJQ2Fxgx1eo7UL610_pKGRqX6pZr9l0dlgcvWMnMqrNuIGOQDGea8TWBWG25Hl739V6BLIgnIk5m3O_ue-SRhHyFeQA21J_fHfVCCe0TNx1LQT4PJ0Ot8GYd5tbs66QYdX5CWSYuJ1A/s400/Gara-wound+on+tongue+1+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Ulcer pada Lidah Gajah di PLG Seblat, Bengkulu. Photo : Erni Suyanti</span></td></tr>
</tbody></table>
Untuk pengobatan gajah Gara saya tidak memerlukan physical restraint dengan diikat di rung atau pohon agar gajah tidak lari atau menolak pengobatan, menurut saya dimanapun bisa dilakukan untuk kasus ini. Bersama mahout dan mahasiswa Kedokteran Hewan yang sedang magang di PLG Seblat kami mengobati gajah Gara, dalam ruang obat saya hanya menemukan obat kumur antiseptik Povidone iodine yang bisa digunakan, kemudian kami membersihkan ulcer dengan antiseptik tersebut menggunakan kapas yang terbungkus kassa yang ditetesi cairan antiseptik untuk pembersihan semua luka sampai bersih. PLG Seblat terletak di daerah terpencil sehingga kecamatan terdekat pun tidak tersedia apotek yang menjual jenis obat-obatan selengkap di Kota Bengkulu. Sehingga pilihan saya adalah Albothyl obat tetes yang sangat umum dan saya yakin pasti tersedia di apotek terdekat. Akhirnya saya mendapatkan sumbangan Albothyl dari Polisi Kehutanan. Saya minta mahout yang memberikan pengobatan Albothyl karena lokasi gajah cukup jauh di dalam hutan dan setelah pengobatan pertama kami ke hutan untuk memeriksa kondisinya kembali dan kesulitan mencari gajah Gara yang telah berjalan-jalan jauh bahkan sampai perbatasan kawasan hutan TWA Seblat dan HPK untuk mencari makanan alami. Saya masih memonitor kondisinya selama tiga minggu, untuk mengetahui apakah ulcer pada rongga mulut benar-benar telah sembuh, jika tidak maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus seperti koleksi sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi, serology dan bahkan biopsi jika dibutuhkan. Beberapa hari kemudian saya mendapat informasi dari mahout gajah Gara bahwa kondisi gajah sudah membaik, luka sudah mengering dan sembuh kembali dan nafsu makan dan minum normal kembali, bahkan gajah tersebut sudah aktif berjalan-jalan di dalam hutan dengan normal, serta tidak mengalami hypersalivasi kembali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat gajah tersebut sakit saya melaporkannya ke pimpinan yang di Kota Bengkulu dan diteruskan ke pejabat otoritas di Jakarta. Saat itu instruksinya baik secara tertulis dan melalui pesan phone cell bahwa dinstruksikan semua gajah yang sakit untuk dibawa ke Rumah Sakit Gajah agar dapat diobati. Pada saat itu saya memang sedang menangani 4 (empat) ekor gajah sumatera yang sedang sakit dengan berbagai sebab. Saya lebih suka berfikir dan bekerja secara logis, praktis dan efisien dalam penanganan permasalahan kesehatan satwa, meski pada akhirnya saya tidak melaksanakan instruksi tersebut toh saya yakin gajah bisa disembuhkan dengan perawatan sendiri meskipun tanpa memiliki banyak fasilitas obat-obatan yang dibutuhkan. Pada kenyataannya membuktikan bahwa gajah - gajah itu akhirnya bisa disembuhkan. Karena kami tidak ingin menghambur-hamburkan anggaran negara dan banyak dana hanya untuk transportasi gajah guna tujuan pengobatan ke provinsi lain dan masih harus mengembalikan lagi ke Bengkulu, tentu itu membutuhkan dana yang tidak sedikit, seandainya boleh memilih lebih baik dana sebanyak itu bisa kami pakai untuk pembelian obat-obatan, peralatan medis agar memadai serta untuk biaya pemeriksaan laboratorium bila kami membutuhkannya.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia-3.2663246 101.9804613-7.3174216 96.8168873 0.78477240000000048 107.1440353tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-41365911389111242202016-06-16T06:24:00.000-07:002016-06-17T14:52:36.767-07:00Jabatan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kinerja dan hasil kerja<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi ingat lagi tahun 2012 lalu, saat aku dikembalikan bertugas untuk menangani satwa di Pusat Latihan Gajah Seblat di Bengkulu Utara. Pada saat itu sedang ada masalah serius, yakni seekor bayi gajah sumatera mengalami malnutrisi dan hampir mati. Akhirnya ada instruksi dari pejabat di Jakarta bahwa apapun yang terjadi gajah itu tidak boleh mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya bekerja di Pusat Latihan Gajah Seblat sudah sejak tahun 2004, dimulai dari menjadi tenaga kontrak sebagai dokter hewan yang digaji 300 ribu per bulan, masih jauh lebih tinggi gaji orang lulusan SMA di kantor tersebut, itupun hanya 50% yang saya terima dan sisanya hilang entah kemana sebagai dalih untuk tips petugas yang mengeluarkan dana. Saya tidak mempermasalahkannya, toh selama ini biasa bekerja sebagai sukarelawan. Saya bersedia juga atas dasar merasa prihatin dengan kondisi gajah-gajah disana tanpa ada dokter hewan. Sampai akhirnya pada tahun 2009 saya memutuskan bersedia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) meski pada awalnya ragu dengan pekerjaan itu dan ingin bekerja kembali di Non-Government Organization seperti tawaran yang selalu datang silih berganti selama saya bekerja di Bengkulu. Kala itu saya tidak yakin akan sanggup menjadi seorang PNS, entah mengapa saya berpikiran seperti itu, bagi saya itu beban berat apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik untuk mengabdi pada negara, padahal gaji kami berasal dari pajak rakyat. Atau mungkin saya sudah bisa mengukur dan menilai diri saya sendiri, sebagai seorang yang selalu berpikir kritis dan ingin bisa bekerja totalitas untuk kepentingan satwa liar sesuai dengan latar belakangku sebelumnya yang pernah sebagai aktivis dan relawan untuk konservasi satwa liar di Indonesia, serta cara berpikirku yang sederhana, efektif dan efisien serta cenderung praktis dan logis tanpa mau berbelit-belit, sejak dari awal itu kutakutkan akan menjadi kendala nantinya terutama bila berhubungan dengan kepentingan oranglain, berhubungan dengan birokrasi dan semacamnya. <i>"Apakah saya bisa ?"</i> Pertanyaan yang terus terulang di kepalaku tanpa tahu jawabannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bekerja sebagai pegawai pemerintah kami seringkali dihadapkan dengan pimpinan baru yang datang dan pergi silih berganti dalam jangka waktu yang tidak lama, bisa kurang dari satu tahun atau paling lama lebih dari dua tahun. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda, pola pikir yang berbeda sehingga kebijakan yang dihasilkan pun berbeda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya masih ingat betul, saat itu bulan Agustus tahun 2011, saya dipanggil oleh salah seorang pejabat yang mengatakan bahwa mulai saat itu saya tidak perlu lagi menangani hal-hal yang berhubungan dengan medis bahkan termasuk laporannya. Saya kurang tahu apa masalahnya, dan saya mencoba untuk menerka-nerka, apa mungkin mereka keberatan dengan isi laporan saya yang apa adanya tanpa rekayasa, ya itulah diriku dan itulah tuntutan profesiku, semua memang harus dilaporkan apa adanya. Atau tidak menyukaiku secara pribadi, atau tidak menyukai pekerjaanku. Entahlah........</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang jelas enam bulan setelah itu seekor bayi gajah kondisinya kritis, seperti tulang berbungkus kulit yang lebih mirip plastik hitam dan berjalan sempoyongan. Saat aku mengunjunginya untuk pemasangan microchip bersama Tim dari KKH-Kemenhut, TSI dan Australia Zoo saya mendapatinya dalam kondisi memprihatinkan. Saya pun bertanya-tanya siapa orang yang diberi tanggung jawab untuk kesehatan gajah disana setelah saya diberi instruksi untuk tidak menanganinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFwxt7iwf5BZZE7f-wwf8iXSRfGNAye6TvjAku0YBdW9IgmBqE5XH_Lk5JjfNVXUkkmbqQN4gwGshVdaJRXhN_K1oaJzf_gWQjbRiKJMQNw4jWwyCRZyxEsVO_B8BiLLrlfmByrbit2RY/s1600/IMG_6153+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFwxt7iwf5BZZE7f-wwf8iXSRfGNAye6TvjAku0YBdW9IgmBqE5XH_Lk5JjfNVXUkkmbqQN4gwGshVdaJRXhN_K1oaJzf_gWQjbRiKJMQNw4jWwyCRZyxEsVO_B8BiLLrlfmByrbit2RY/s400/IMG_6153+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama kolega dokter hewan dari Australia Zoo Wildlife Hospital<br />dan Gajah Bona sebelum Terapi</td></tr>
</tbody></table>
Kondisi kritis pada gajah dan instruksi dari Jakarta yang mendorong ada kebijakan baru untuk mengembalikan saya kesana sebagai dokter hewan. <i>"Kenapa nasib satwa dipermainkan dan dikorbankan hanya untuk keinginan manusia ?" </i>Tentu tidak mudah mengembalikan kondisi gajah seperti itu untuk sehat kembali kalau tidak ada keajaiban, menurutku. Apalagi tanpa ada dukungan dana baik dari pihak-pihak terkait maupun dari pihak lain (mitra) yang bekerja untuk konservasi gajah. Posisiku yang membuatku bisa membuat terobosan guna menyelamatkannya, karena saya dikembalikan ke tempat tersebut tidak hanya sebagai dokter hewan tetapi juga sebagai Koordinator Pengelolaan PLG Seblat, bahkan juga Koordinator Tim Patroli CRU di TWA Seblat. Kami semua yang dilapangan, ya mahout, supplier pakan gajah saling membantu dan bekerja sama untuk penyelamatan bayi gajah itu yang perlu mendapatkan pengawasan dan perawatan selama 24 jam. Hanya perlu waktu tiga bulan untuk membuatnya gemuk dan sehat kembali, entah berapa ratus juta yang telah habis untuk itu, semua didapatkan dari penggalangan dana para relawan dan bantuan seorang teman baik saya yang juga berpforesi dokter hewan di Australia. Kami dulu pernah bekerja bersama di widllife hospital dan saya bercerita kesulitan saya padanya saat dia datang mengunjungiku ke Sumatera, akhirnya sejak itu dia membantuku. Dan hasilnya bayi gajah kami sehat kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali rintangan yang musti dihadapi selama menjadi Koordinator PLG Seblat. Hampir setiap dua minggu sekali selalu ada tantangan baru, yang lama belum terselesaikan akan datang masalah yang baru dan begitu seterusnya. Terkadang saya sadar, <i>"apa mungkin agar saya tidak bisa fokus bekerja disaat tanggung jawab saya semakin banyak dan semakin luas ?" </i>Saya tidak peduli, ingat lagi dengan nasehat teman bahwa dimanapun kita bekerja pasti ada yang suka dan tidak suka, tergantung kita menyikapinya. Yang penting tidak putus asa dan menyerah begitu saja, agar satwa-satwa itu tidak menjadi obyek semata untuk dikorbankan demi kepentingan segelintir orang yang tidak peduli dengan nasibnya. Berat memang, karena yang saya hadapi bukan orang-orang yang biasa-biasa saja, mereka punya power dan mereka banyak. Saya merasa sendirian saat itu, dan saya dipaksa untuk menghadapinya sendirian dengan smart, penuh strategi dan tanpa konflik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTBNGU4F6bEJHYCv8ZHjEVkgmp2d-H6a_j5WeAqoXg28xFw4bmGCG_P7v6K0ZZPaEYipeLA_h96zvuR3TyOd9lUL_PjF9CiAZsYwBAH4PO9YE7yb1fuKWfRM6UYC7d024jh_bVXuw1Ec8/s1600/Bona%252C+23+Jan+2013+%25289%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTBNGU4F6bEJHYCv8ZHjEVkgmp2d-H6a_j5WeAqoXg28xFw4bmGCG_P7v6K0ZZPaEYipeLA_h96zvuR3TyOd9lUL_PjF9CiAZsYwBAH4PO9YE7yb1fuKWfRM6UYC7d024jh_bVXuw1Ec8/s320/Bona%252C+23+Jan+2013+%25289%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gajah Bona di PLG Seblat, Bengkulu setelah Terapi</td></tr>
</tbody></table>
Masalah terberat yang kuhadapi saat itu adalah adanya keputusan untuk memindahkan gajah-gajah dari PLG Seblat ke kebun binatang di Bali termasuk diantaranya bayi gajah kami yang telah kami selamatkan dengan susah payah tanpa bantuan mereka, orang-orang yang seharusnya peduli dan membantu. Masalah lainnya kukesampingkan. <i>"Bagaimana perasaan anda bila anda dalam posisi saya ? Dan yang anda hadapi bukan orang-orang yang biasa-biasa saja". </i>Seekor bayi gajah yang sudah diperjuangkan dengan susah payah agar tetap bertahan hidup akan diberikan kepada kebun binatang hanya untuk hiburan dan dipisahkan dengan induknya. Sedangkan dalam pemikiran saya selama ini bahwa rumah terbaik bagi satwa liar adalah di habitatnya, di hutan, bukan di kebun binatang atau sejenisnya. Sebagus-bagusnya tempat yang disediakan manusia untuk satwa liar tetap tidak sebaik Tuhan telah memberikan tempat yang layak untuk mereka, yakni di hutan. Dan menjadi tidak masuk akal lagi saat alasan pemindahan itu adalah perawatannya telah membebani anggaran negara. <i>"Helloooo......!!!" </i>Serasa membuatku tak percaya.<i> </i>Tentu saya orang pertama yang protes bila perawatannya dikatakan membebani anggaran negara, karena saya tahu persis uang yang kami dapatkan untuk merawatnya dari penggalangan dana. Karena menyangkut nasib satwa liar sayapun tidak setuju dengan rencana itu, dan saya mendapatkan dukungan dari banyak pihak, para aktivis lingkungan di Bengkulu, Gubernur Bengkulu, tokoh masyarakat, akademisi, awak media dan lain-lain. Akhirnya gajah itu pun tidak jadi dipindahkan. Namun dampaknya memang membuat saya tidak ingin lagi menjadi pegawai negeri. Ternyata mereka lebih mementingkan kepentingan pengusaha untuk usaha hiburannya dengan mengeksploitasi satwa daripada untuk kepentingan satwa liar. Bayi gajah kami malnutrisi karena terpisah dari induknya sehingga tidak punya nafsu makan lagi, dan setelah perbaikan gizi dan diberi induk baru dan sudah dekat akan dipaksa untuk dipisahkan kembali. Apapun yang terjadi saya tetap dengan pendirian saya, menolak gajah itu dipindahkan dan tak peduli lagi dengan konsekuensinya, bagi saya nasib satwa liar lebih prioritas. Saya yang keras kepala ini tetap tak peduli saat dimarahi oleh para pejabat baik yang di Jakarta maupun di Bengkulu, dan saya tetap dalam pendirian saya. Akhirya gajah tidak jadi dipindahkan, namun sayalah yang dipindahkan untuk tidak menangani medis lagi dan dikeluarkan dari lingkungan PLG Seblat. Hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan satwa diserahkan ke pihak lain untuk menanganinya. Dan saya serasa di penjara bekerja di dalam ruangan yang mengurusi hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan profesi saya sama sekali. Sejak itu saya fokuskan bekerja untuk membantu satwa liar dimanapun berada baik yang di Bengkulu atau pun di luar Provinsi Bengkulu, dan saya semakin fokus bekerja untuk harimau sumatera. Saya dianggap tidak ada dan saya tidak peduli lagi, bahkan terbesit dalam hati untuk keluar dari pegawai negeri, mungkin bukan tempatku disini, mereka tidak membutuhkan orang-orang sepertiku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baru saja pindah tugas di tempat yang baru dan tidak berinteraksi dengan gajah lagi, tiba-tiba dua ekor gajah kami sudah dipindahkan ke kebun binatang di Yogyakarta untuk kepentingan wisata/ hiburan, disaat kantor kami ingin mengembangkan ekowisata di PLG Seblat. Saya tidak percaya itu, karena kenyataan yang berbicara. Dan anehnya tak satu pun orang yang bilang tidak setuju akan ide itu, semua mendukung. <i>"Hmmm.......ada apa ini"</i>, pikirku. Aku seorang perempuan dan sendirian saat mengatakan menolak pemindahan gajah ke kebun binatang, sedangkan mereka semua laki-laki dan banyak jumlahnya dan tak ada satupun yang berani menolak. Menolak hanya dibelakang tidak ada gunanya. Bekerja memang tidak boleh sekedar bekerja, tapi harus punya prinsip, dengan itu orang punya keberanian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang membuatku heran mengapa tidak ada yang berpikir tentang nasib gajah itu selanjutnya ? Selama di PLG Seblat mereka hidup di hutan, di tempat yang luas, bisa mendapatkan pakan alami saat jalan-jalan di hutan, bebas minum di sungai-sungai dalam hutan, sedangkan di tempat baru sehari-hari mendapat perlakuan dirantai pendek, tidak tersedia pakan sepanjang hari, tidak ada hutan dan pakan alami, jauh dari teman-temannya, dan hanya menunggu jadwal untuk menjadi tunggangan pengunjung kebun binatang, dan itu yang akan jadi rutinitas hariannya. Dan aku pun sudah melihat kondisinya di tempat barunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saya tidak lagi menjadi koordinator pengelolaan disana dan tidak dipercaya pihak-pihak tertentu untuk menangani kesehatan gajah, sudah lima ekor gajah mati dan beberapa karena malnutrisi. Saya hanya bisa sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa karena ada penghalang diantara kami. Sebelumnya saya pun sudah memberikan peringatan, bahwa gajah akan mati bila tidak dilakukan perbaikan pengelolaan. Akhirnya pun terbukti. Dan masih ada empat ekor gajah lagi dengan kondisi mengkhawatirkan dan perlu mendapatkan perawatan khusus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb71WYvXU-jshJ4mqQLzIPK9xeLFzXECiS_S-RiG8XoV_ZwJl4fwcNIMCPo5gQK8-h65mlKQ0TgoznE0bKzqGNBDCCbNN5osjiGm4tKul3GPgxIkXQ0_5ro9n_OG5r2L60U7ohE-80z6w/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb71WYvXU-jshJ4mqQLzIPK9xeLFzXECiS_S-RiG8XoV_ZwJl4fwcNIMCPo5gQK8-h65mlKQ0TgoznE0bKzqGNBDCCbNN5osjiGm4tKul3GPgxIkXQ0_5ro9n_OG5r2L60U7ohE-80z6w/s400/1c+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gajah Ucok di PLG Seblat sedang mengalami gangguan kesehatan</td></tr>
</tbody></table>
Disaat kondisi gajah-gajah memburuk, disaat itu pula saya dikembalikan lagi kesana untuk memperbaiki kondisinya. Sudah satu bulan ini saya kembali ke PLG Seblat, dan menangani empat ekor gajah yang bermasalah kesehatannya. Dan setelah dua minggu pengobatan dan memberikan perlakuan khusus dalam perawatannya kondisi mereka berangsur-angsur membaik. Sepertinya saya baru dibutuhkan saat kondisi darurat seperti itu, dan disingkirkan saat dianggap menghalangi kepentingan sekelompok orang. Hidup memang unik, kadang punya niat baik untuk membantu satwa pun belum tentu disambut baik. Dan satu yang pasti bahwa penempatan jabatan seeorang memang harus sesuai dengan profesinya dan latar belakang pendidikannya untuk mendukung kinerja yang lebih baik. Pemberian jabatan pada orang yang kurang sesuai akan berpengaruh dan memperburuk kondisi. Dan itu yang selama ini terjadi, saya hanya mempelajarinya dari lingkungan sekitar dimana saya berada.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Bengkulu, Kota Bengkulu, Bengkulu, Indonesia-3.7928450999999992 102.26076409999996-4.0463370999999988 101.93804059999997 -3.5393530999999991 102.58348759999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-10223587405423178002016-06-13T06:27:00.000-07:002016-06-16T05:22:52.664-07:00Mengisi waktu menjelajahi hutan konservasi TWA Seblat<br />
<div style="text-align: justify;">
Ada empat ekor gajah di Pusat Konservasi Gajah Seblat yang menjadi fokus saya untuk disembuhkan, dan sekarang kondisi mereka sudah tidak perlu dikhawatirkan, berangsur-angsur satu persatu sudah membaik setelah pengobatan dan perlakuan khusus, sehingga tak banyak aktivitas yang bisa kulakukan kecuali bekerja menyelesaikan laporan dan membuat beberapa rencana kerja, dan semua dikerjakan di depan komputer yang hanya bisa dilakukan saat listrik dari genset dan solar panel dinyalakan. Tentu membuatku bosan dan tak banyak bergerak, hanya duduk diam di dalam ruangan. Hari itu para mahout (perawat gajah) akan memancing di sungai-sungai dalam hutan untuk mengisi waktu di bulan puasa Ramadhan, mereka berjumlah 9 orang. Saya pikir perlu sedikit berolahraga sehingga saya berniat untuk ikut mereka. Saya segera berganti baju lapangan, sepatuku yang masih basah karena baru dicuci tak perlu lagi menunggu kering untuk bisa dipakai, toh nantinya saya juga akan berjalan-jalan di dalam rawa dan sungai. Saya tidak akan ikut memancing, saya hanya ingin berjalan-jalan ke dalam hutan, mungkin akan menemukan obyek bagus untuk bisa dipotret, karena saya memang menyukai photography. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkyA4zQkukh0USdNgWaBOCPgouS580cVadoUBp_ZD6xUfw_4Vf_ICmSXtXNmNBkfDMjNXff5X0CdLcBJSnX4MPadP3oeMwbfSFQTyk-qyBtgRSDxy0R28boIR5Rdu-NyjvuQ7G6-DdGmE/s1600/1a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkyA4zQkukh0USdNgWaBOCPgouS580cVadoUBp_ZD6xUfw_4Vf_ICmSXtXNmNBkfDMjNXff5X0CdLcBJSnX4MPadP3oeMwbfSFQTyk-qyBtgRSDxy0R28boIR5Rdu-NyjvuQ7G6-DdGmE/s400/1a.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">TWA Seblat terlihat dari pinggir hutan</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #ffd966;">Taman Wisata Alam Seblat, Minggu, 12 Juni 2016</span>, </b>waktu menunjukkan pukul 07.45 WIB, tujuh orang mahout telah berangkat masuk ke hutan dan sudah tak terlihat. Saya berjalan kaki menyusul dibelakang mereka, dan ternyata masih ada dua orang lagi yang menyusul kami. Dalam perjalanan terlihat seekor induk siamang bersama anaknya sedang bergelayutan di atas kepala kami, dan akupun gagal memotretnya karena pergerakan mereka sangat cepat. Kami berjalan beriring-iringan di dalam hutan, sambil mencari jalan setapak menuju sungai, namun jalan yang diharapkan tidak ditemukan mungkin sudah terlalu lama tidak pernah dilewati sehingga tertutup lagi oleh semak belukar. Beberapa tahun yang lalu saya pernah melewati jalan itu sendirian di sore hari, jalan setapak masih bisa terlihat jelas, namun kali ini sama sekali tak terlihat ataukah kami yang salah jalan. Yang jelas akhirnya kami berjalan tak tentu arah dan terpisah satu sama lain, ada yang kembali ke arah camp lagi dan saya bersama mahout lainnya bisa menemukan sungai meski terlebih dulu harus naik turun tebing beberapa kali dan melewati rawa berlumpur, bahkan sepatuku nyaris tertinggal terbenam lumpur saat mengangkat kaki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6QXdmkyw7uvfcu516PGWltEjxwwjNXJFIoDzL5r2pZkZ-h8GsqczQ1xBNxbTKkpHhehx5hYwKuofv1IM2ahTzr5apCbbbT3MkDDoBWDHVcDjq9Tf_0eSzK5Hq1FPNF7sa4691UZM-Q5o/s1600/1k.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6QXdmkyw7uvfcu516PGWltEjxwwjNXJFIoDzL5r2pZkZ-h8GsqczQ1xBNxbTKkpHhehx5hYwKuofv1IM2ahTzr5apCbbbT3MkDDoBWDHVcDjq9Tf_0eSzK5Hq1FPNF7sa4691UZM-Q5o/s320/1k.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pacet yang mengigit dan menghisap darah di kakiku</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di Sungai Senaba, satu persatu sudah mencari lokasi sendiri-sendiri untuk memancing, kecuali saya yang memilih berjalan sendiri mencari obyek yang menarik untuk difoto, sesekali saya juga memotret mereka yang sedang memancing ikan dari kejauhan. Kadang saya berjalan menyusuri sungai, kadang juga melewati hutan yang lembab dan basah. Bisa dibayangkan entah berapa puluh pacet yang menempel di tubuhku dan mengisap darahku, sudah tak kupedulikan lagi. Resiko melewati daerah yang lembab di dalam hutan akan bertemu banyak pacet. Berjalan sendirian juga beresiko salah arah, dan tanpa terasa saya terus berjalan menjauhi sungai, kemudian menyadarkanku bila diteruskan pasti akan tersesat dan akan kesulitan menemukan jalan untuk keluar hutan, karena memang tidak ada jalan setapak yang terlihat jelas. Saya kembali mencari sungai untuk bisa menemukan kawan-kawan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan saya menemukan sekitar lima bekas lokasi orang bermalam di hutan. Mereka membuat tenda di pinggir sungai, di sepanjang jalan yang saya lewati. Tidak terlihat ada bekas illegal logging di sekitar sana, kemungkinan penduduk lokal / penduduk asli yang mencari kabau dan ikan, karena dijumpai banyak bekas kulit kabau (biji-bijian hutan yang bisa dikonsumsi) di sekitar lokasi serta bekas membuat salai ikan / ikan asap. Saat itu saya juga mendengar suara kijang yang terus berbunyi dari kejauhan. Saya juga menemukan feces rusa sambar yang masih segar serta jejak kakinya di sekitar sungai. Menurut perkiraan saya rusa sambar tersebut berukuran sebesar sapi lokal dilihat dari ukuran feces dan jejak kaki yang ditinggalkannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiibADog3o-QnlVAIxKR32LWv7S2xALqpeNWkhSQe3H-BI9x7SmEFekqQX4eRbVUwZb-kZFjIqVbXHTJzjTuUXW3_b_M6Dbpbv9R6J3Bl-0oyd6RnnurdfGkwCYNXW-aoSyPNemEhR2vUg/s1600/1m.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiibADog3o-QnlVAIxKR32LWv7S2xALqpeNWkhSQe3H-BI9x7SmEFekqQX4eRbVUwZb-kZFjIqVbXHTJzjTuUXW3_b_M6Dbpbv9R6J3Bl-0oyd6RnnurdfGkwCYNXW-aoSyPNemEhR2vUg/s320/1m.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ikan sungai hasil memancing</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Hari sudah siang, waktu sudah menunjukkan pukul 1 lebih, kami memutuskan untuk kembali ke camp sambil membawa ikan hasil memancing. Ada perbedaan pendapat diantara kami kemana arah jalan pulang. Perjalanan kembali ke camp terasa sangat jauh karena kami sambil menebak-nebak mencari mana arah yang benar. Tanpa ada GPS, hanya mengandalkan arah matahari dan ingatan. Beberapa lokasi ada yang diingat ada yang tidak. Berbeda dengan mencari alamat di dalam kota, tinggal menyebutkan nama jalan, nomor yang dituju atau tanda-tanda lain disekitarnya maka lokasi yang dicari bisa ditemukan. Namun bila mencari lokasi di dalam hutan bila tanpa menggunakan GPS atau titik koordinat, hanya bisa mengandalkan ingatan seperti, "diatas sana nanti ketemu jalan setapak" atau "disini dulu aku mendengar suara harimau" atau "disitu nanti ada rawa yang banyak pandannya".......</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan pulang pun ternyata tidak lancar, karena kami masih juga berputar-putar tak tentu arah. Meski saya sendiri masih bisa ingat bahwa jalan setapak yang kami lalui dulunya sering kulewati juga bersama gajah-gajah bila perjalanan pulang dari Senaba Alang-Alang menuju Senaba Suharto, dan saya pun masih ingat bahwa punggungan bukit tersebut termasuk salah satu jalan setapak favoritku karena sejuk dengan kiri kanan jurang dengan pohon-pohon tertata rapi secara alami. Tempat-tempat di hutan ini terutama yang pernah kami pakai untuk berkemah serta jalan-jalan setapak yang pernah kami lalui sudah ada namanya masing-masing, dan nama-nama itu hanya kami yang tahu karena yang menciptakan nama itu. Di jalan setapak itu kami menemukan jejak seekor gajah, dan kami semua bisa langsung menduga pasti itu jejak kaki gajah Nelson, hanya yang jadi masalah kearah mana kami harus menuju camp. Beberapa mahout menuju arah yang salah dan menjauhi camp, sedangkan kami hanya bisa menerka-nerka arah yang benar berdasarkan melihat arah matahari. Kamipun mengikuti jejak kaki gajah tersebut akhirnya sampai juga ke jalan bekas logging yang mengarah ke camp gajah Seblat. Perjalanan kembali pulang itu terasa sangat jauh, bahkan untuk mengangkat kaki saja terasa berat, belum lagi harus berjalan melewati resam (pohon pakis), hal yang paling tidak saya sukai bila berjalan di hutan harus menembus rimbunan resam yang kadang membuat kaki kami tersangkut. Pukul 14.30 WIB, saya dan teman-teman mahout baru sampai di camp gajah. Dan inilah hasil photo yang saya dapatkan selama perjalahan :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #ffd966;">Tropical rainforest of Sumatra</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 5.4pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #DDD9C3; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrRyxpQBznWfg9cnDn2D1794FqNfkcIyELd66B0ayrDM8dVTITMrNdlMur09-cqG__n7ma_DfunjsoCNuS8WXskWLE_a_t68IgWbb5B2ZmJVJuJHXzqGrdMSx4kVOMkFzSihafMtwPJko/s1600/1a1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrRyxpQBznWfg9cnDn2D1794FqNfkcIyELd66B0ayrDM8dVTITMrNdlMur09-cqG__n7ma_DfunjsoCNuS8WXskWLE_a_t68IgWbb5B2ZmJVJuJHXzqGrdMSx4kVOMkFzSihafMtwPJko/s400/1a1.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj12tcqFG2-HYWE5T6gomSmSSUjz-o7-7tuBDBufkGLvS8sTcjxYAehQUu3x2x3Q7zUiNP8ul9MWVcxMMS8V2UffOvH0mhua3RXaKB02Ov8sRWoMd3WOla2YhKBWCR2JBb4NVK2W-uilWY/s1600/1a2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj12tcqFG2-HYWE5T6gomSmSSUjz-o7-7tuBDBufkGLvS8sTcjxYAehQUu3x2x3Q7zUiNP8ul9MWVcxMMS8V2UffOvH0mhua3RXaKB02Ov8sRWoMd3WOla2YhKBWCR2JBb4NVK2W-uilWY/s400/1a2.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #DDD9C3; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ5y1a8J0enCKD3BPX4sP6gikwIeB_kHvF9oz5dNzaPkeH4M-aYNKfA7W-maxHnDZoh80LYlcMUmhTBYDguVjV1QRXqZaAp4MVLJhff7gOAwlB84RYVOXUAsFjialFPYR5uvVSK2v112s/s1600/1a3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ5y1a8J0enCKD3BPX4sP6gikwIeB_kHvF9oz5dNzaPkeH4M-aYNKfA7W-maxHnDZoh80LYlcMUmhTBYDguVjV1QRXqZaAp4MVLJhff7gOAwlB84RYVOXUAsFjialFPYR5uvVSK2v112s/s400/1a3.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKJEhQy7sY0nobfw8V_2-Wu87iYo2BYTn8hOsWCG6D5inZKPulX5IlA_Ekf35wauOhtioD-WJtjUq9zgs1ubqP2COGXP0yLvzixTmGB8BOwHh3oxy_nNu0G6UqwFqnnKkcu4tZuYC1pfk/s1600/1a4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKJEhQy7sY0nobfw8V_2-Wu87iYo2BYTn8hOsWCG6D5inZKPulX5IlA_Ekf35wauOhtioD-WJtjUq9zgs1ubqP2COGXP0yLvzixTmGB8BOwHh3oxy_nNu0G6UqwFqnnKkcu4tZuYC1pfk/s400/1a4.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #DDD9C3; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDJAg4IwIVCp6HBW3-FiPxIlvLevFIW4ae8H1DywNCZhBwreHFFYyqFvZn1ELk8EM0TptMA2kRGJuDhpiKTqvolgEr2vm25gG_d4sJzofBHOtdAkqbYOi5ye9tCm9p5l8rVUn27T4mr7I/s1600/1a6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDJAg4IwIVCp6HBW3-FiPxIlvLevFIW4ae8H1DywNCZhBwreHFFYyqFvZn1ELk8EM0TptMA2kRGJuDhpiKTqvolgEr2vm25gG_d4sJzofBHOtdAkqbYOi5ye9tCm9p5l8rVUn27T4mr7I/s400/1a6.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjglewldBiBHmRRmtpkHm-l6JgxWoeTlHNy8yQaJxIeu11If5146o1-mTuuVdJAdVzwelsDjIlPSVuQIcLjzk_5xLlolISpqty57LU3COrJtIKPSSnDK7_6Qg3l-atRuC0cRkQUtjGIwGg/s1600/1a5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjglewldBiBHmRRmtpkHm-l6JgxWoeTlHNy8yQaJxIeu11If5146o1-mTuuVdJAdVzwelsDjIlPSVuQIcLjzk_5xLlolISpqty57LU3COrJtIKPSSnDK7_6Qg3l-atRuC0cRkQUtjGIwGg/s400/1a5.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="background: #DDD9C3; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 361.5pt;" valign="top" width="482"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIq44NJKYG_hWl5QuOd84xxRAJyRwRz2dkXsMZkSO3T6noukFT48bRM0y5s2BNepTef3fi-dAYHUS9yLEUIT5-_phmfiMN0LSWhFa4ElLMZWdyFy3K0BS_lkFbCY4Dgjoxlnke4aylqYA/s1600/1a7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIq44NJKYG_hWl5QuOd84xxRAJyRwRz2dkXsMZkSO3T6noukFT48bRM0y5s2BNepTef3fi-dAYHUS9yLEUIT5-_phmfiMN0LSWhFa4ElLMZWdyFy3K0BS_lkFbCY4Dgjoxlnke4aylqYA/s400/1a7.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.4pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-I82dpPz138YHuknJKNsu3H44fsYMZ5BfAHShG_H32lVmgv-5ZmnnhbQsJCTp-5xk-17s13O_t6ffyu9SavxXI58e0UbciYfwbwGkOeqH_RcICv5FYdmYKZWyM1yGIq3yrmPFK552Glk/s1600/1c1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-I82dpPz138YHuknJKNsu3H44fsYMZ5BfAHShG_H32lVmgv-5ZmnnhbQsJCTp-5xk-17s13O_t6ffyu9SavxXI58e0UbciYfwbwGkOeqH_RcICv5FYdmYKZWyM1yGIq3yrmPFK552Glk/s200/1c1.jpg" width="172" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #C4BC96; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 6.0cm;" valign="top" width="227"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNDpgSZBLj6mJZDBnqajqPTAuGYKVdsI62Cajj5RkWZkPq9ObNefwvOj5dzzloo23d-wAiEXCFIs0gzxoKqfBL4QriyGFLlJNYkD8iHHIBdql7ij58eYd2Ilg4dyjGSubllhSHyaYMDPk/s1600/1c2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="155" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNDpgSZBLj6mJZDBnqajqPTAuGYKVdsI62Cajj5RkWZkPq9ObNefwvOj5dzzloo23d-wAiEXCFIs0gzxoKqfBL4QriyGFLlJNYkD8iHHIBdql7ij58eYd2Ilg4dyjGSubllhSHyaYMDPk/s200/1c2.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #DDD9C3; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.4pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV0YrQb4_gVpIOtXbCL9l78SHsRnUGEUYXojPtJ7M4GF__yV4LE6-y416WKezs7gccI4-DcfIrNGbdWDfcGKg4tM3avbrM-zHQfLFBHV7naJK1at7jutc-4qaGdMCo0REFc75xE-4VBQM/s1600/1d1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV0YrQb4_gVpIOtXbCL9l78SHsRnUGEUYXojPtJ7M4GF__yV4LE6-y416WKezs7gccI4-DcfIrNGbdWDfcGKg4tM3avbrM-zHQfLFBHV7naJK1at7jutc-4qaGdMCo0REFc75xE-4VBQM/s200/1d1.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
<td style="background: #DDD9C3; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 6.0cm;" valign="top" width="227"><div align="right" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1PyJduFQhTLb3ykSj1hH40kmWfFJP8-Ha4CEkeW0sU_oaqpd0YDLMhI8e6wWDdYzjhTr5r8MOuhytugUuOk68U_sQJWX0rMmmdOiUbaFDzJ_c4B4cCgABXj_US-iqCSbgP9JZZ7f4wFA/s1600/1d2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="122" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1PyJduFQhTLb3ykSj1hH40kmWfFJP8-Ha4CEkeW0sU_oaqpd0YDLMhI8e6wWDdYzjhTr5r8MOuhytugUuOk68U_sQJWX0rMmmdOiUbaFDzJ_c4B4cCgABXj_US-iqCSbgP9JZZ7f4wFA/s200/1d2.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.4pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzYHBA6KlaXAT41ComEflGndvfKVeXAkoZnsPgUOTjSuz81dIuUhb0oncwaHkFKeXrr4jMrlyvQvuAQfnCF4hb7kJXwT2S4NmJfrSjcZOADIdTNf3t2X8Z5fIeBc1GIF8-D8QW4cvOtCQ/s1600/1b1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzYHBA6KlaXAT41ComEflGndvfKVeXAkoZnsPgUOTjSuz81dIuUhb0oncwaHkFKeXrr4jMrlyvQvuAQfnCF4hb7kJXwT2S4NmJfrSjcZOADIdTNf3t2X8Z5fIeBc1GIF8-D8QW4cvOtCQ/s200/1b1.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
<td style="background: #C4BC96; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 6.0cm;" valign="top" width="227"><div align="right" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMWe8OQNF07vQLigXgljmQp5XvC2VNHzhEUASIa85FGla4rtscTrBXkndQIU2s3oraaClcAIlz8PYUn7NXbYOGsQeHqLIXTWTNSeZD8-sMk5PIRJLuc7tgC3ElwRQb9dsdEuA54qGWOk4/s1600/1b2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMWe8OQNF07vQLigXgljmQp5XvC2VNHzhEUASIa85FGla4rtscTrBXkndQIU2s3oraaClcAIlz8PYUn7NXbYOGsQeHqLIXTWTNSeZD8-sMk5PIRJLuc7tgC3ElwRQb9dsdEuA54qGWOk4/s200/1b2.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #DDD9C3; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.4pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqSJ_DN2r5-mu5yXubsKDykFffWqanNcVKHg9hd24MpYPGJwZh7k-2LiapuAmJhHI51EdwS0ngzF_se2qAuJtdP9YGSWabDv0poUTck_wE3MnbJdL1Ub2JLonf2N-vvFaJvC5Gj-B8grM/s1600/1e1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqSJ_DN2r5-mu5yXubsKDykFffWqanNcVKHg9hd24MpYPGJwZh7k-2LiapuAmJhHI51EdwS0ngzF_se2qAuJtdP9YGSWabDv0poUTck_wE3MnbJdL1Ub2JLonf2N-vvFaJvC5Gj-B8grM/s320/1e1.jpg" width="214" /></a></div>
<br /></div>
</td>
<td style="background: #DDD9C3; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 230; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 6.0cm;" valign="top" width="227"><div align="right" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfGXcB4R1TArPE61dGlwlOp-Q61DlrtND424ZWKbYeBwWcOzS-hf5RrWjt5A6bimFX_j9NXLKTUs1Xztwoj9F_LGS4t2vLuBalvZ4ZBsgzI6fQYmVJbSKiLYqGX8atGQyLhjahwR1lzf4/s1600/1e2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfGXcB4R1TArPE61dGlwlOp-Q61DlrtND424ZWKbYeBwWcOzS-hf5RrWjt5A6bimFX_j9NXLKTUs1Xztwoj9F_LGS4t2vLuBalvZ4ZBsgzI6fQYmVJbSKiLYqGX8atGQyLhjahwR1lzf4/s320/1e2.jpg" width="220" /></a></div>
<br /></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #C4BC96; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.4pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCrqUzxkJZUx_C7ZRRjB3TM85zTWsGNBpZEKXXoxc6JBmw3lhnFN1nY8P2jR7MPz5HIBUBVXuZJ_Go70wV1x8QtMJ4F8n_Q3rg73WQkkZnrpxWZaQYFVfryYeMuk0T51pfV8gKWLCayA4/s1600/1f1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCrqUzxkJZUx_C7ZRRjB3TM85zTWsGNBpZEKXXoxc6JBmw3lhnFN1nY8P2jR7MPz5HIBUBVXuZJ_Go70wV1x8QtMJ4F8n_Q3rg73WQkkZnrpxWZaQYFVfryYeMuk0T51pfV8gKWLCayA4/s200/1f1.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
<td style="background: #C4BC96; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: background2; mso-background-themeshade: 191; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 6.0cm;" valign="top" width="227"><div align="right" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdqfrtDUh-EcvO7hI53o_mvTih4XP_glQH-TzNL8MhqiuTZetU5bs01BSh-g5VJGoYys8khr8LxPXvbY60gUcT9zYv8fpSca-r9BbnKr0H8X_Nb5BvuuXlRYgfRLrZhG1cP3R4bCmmI1w/s1600/1f2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="143" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdqfrtDUh-EcvO7hI53o_mvTih4XP_glQH-TzNL8MhqiuTZetU5bs01BSh-g5VJGoYys8khr8LxPXvbY60gUcT9zYv8fpSca-r9BbnKr0H8X_Nb5BvuuXlRYgfRLrZhG1cP3R4bCmmI1w/s200/1f2.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia-3.2663246 101.9804613-7.3174216 96.8168873 0.78477240000000048 107.1440353tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-63273180504805947752016-06-07T21:19:00.001-07:002016-06-07T21:52:44.865-07:00Beruang madu JONY dan Harimau sumatera GIRING - Strategi Translokasi Satwa yang Berbeda<br />
<div style="text-align: justify;">
Strategi dalam persiapan dan proses akan berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan. Begitulah, saat kita berpikir tentang memperbaiki nasib satwa liar untuk menentukan masa depannya. Tanpa diimbangi strategi yang baik dan hanya berambisi ingin mewujudkan keinginan dengan menghalalkan segala cara akan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Masih ingat Beruang madu bernama Jony ?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmzGO357aadoxEa7oUufMER1SYSrKGrdKzk9KETMpY6KaO2KN2JVvIBJFds70v7Izst7PTQHlh7E3RqH3MMKB2eHkwDnm-z3xp8neTq9KIWCiSC7EJBN7OS_DBAv6PpGUrbWcQ_mKtDiE/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmzGO357aadoxEa7oUufMER1SYSrKGrdKzk9KETMpY6KaO2KN2JVvIBJFds70v7Izst7PTQHlh7E3RqH3MMKB2eHkwDnm-z3xp8neTq9KIWCiSC7EJBN7OS_DBAv6PpGUrbWcQ_mKtDiE/s400/1c+copy.jpg" width="250" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beruang madu JONY di kantor BKSDA Bengkulu</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Jony adalah seekor beruang madu, berjenis kelamin jantan yang dievakuasi dari pemeliharaan masyarakat secara illegal di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Beruang madu <i>(Helarctos malayanus)</i> adalah salah satu satwa liar terancam punah yang dilindungi Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sehingga dilarang dipelihara oleh masyarakat. Jony merupakan beruang madu tangkapan dari alam. Sudah 4 (empat) tahun Jony dirawat di kantor BKSDA Bengkulu dalam kandang perangkap (box trap) ukuran 1m x 2m x 1m tanpa ada keputusan yang jelas tentang masa depannya dari para pengambil kebijakan. Meskipun makanan cukup terjamin dan diberi enrichment namun perawatan dalam kandang sempit seperti itu bukanlah tempat yang layak bagi seekor beruang dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yakni Centre for Orangutan Protection (COP) melihat kondisi tersebut merasa tergerak hati untuk membantu agar nasib beruang jauh lebih baik. Mereka mulai mengumpulkan informasi detail dan dokumentasi tentang beruang tersebut, melakukan komunikasi rutin dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini BKSDA Bengkulu dan pihak ketiga yang memungkinkan untuk dijadikan tempat rehabilitasi beruang madu di Sumatera. Tujuan yang ingin dicapai adalah agar beruang tersebut bisa dilepasliarkan kembali ke habitatnya, dan bila hal itupun tidak memungkinkan maka beruang madu akan berada di sanctuary beruang yang berada di habitatnya di Sumatera dengan kondisi yang lebih layak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdjE3p0spNqAXV2RAaC0nZnZOZvkmKSeYZLR0nxaJBr86ZEJ4my39fAvahfmo7FuFCcLflioi8NK_VeBJefdgGDrAxvqlyagptoduZV0Vr-Brdka6o6lyXzs-Iyc5ROpfVhg_0pt5wSmE/s1600/3+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdjE3p0spNqAXV2RAaC0nZnZOZvkmKSeYZLR0nxaJBr86ZEJ4my39fAvahfmo7FuFCcLflioi8NK_VeBJefdgGDrAxvqlyagptoduZV0Vr-Brdka6o6lyXzs-Iyc5ROpfVhg_0pt5wSmE/s320/3+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Translokasi Beruang madu JONY dilakukan oleh Tim<br />
gabungan <span style="font-size: 12.8px;">dari COP, BKSDA Bengkulu, Kelaweit</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Usaha yang dilakukan tidak cukup hanya sampai disitu, mereka juga melakukan fund-raising (penggalangan dana) guna membantu proses translokasi sehingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai, karena pihak ketiga tidak memiliki dana untuk membangun fasilitas tambahan untuk rehabilitasi beruang tersebut, tetapi mereka menyediakan hutan sebagai tempat rehabilitasi. Penggalangan dana dilakukan untuk membantu BKSDA Bengkulu dalam translokasi beruang dari Provinsi Bengkulu ke Provinsi Sumatera Barat, dan membantu pembangunan fasilitas untuk rehabilitasi beruang madu di lokasi tujuan. Perencanaan yang matang sangat berpengaruh terhadap proses pelaksanaan kegiatan, yang terdiri dari beberapa tahap, yakni tahap pertama mengumpulkan data tentang kondisi beruang saat berada di BKSDA Bengkulu yang akan menjadi alasan kuat kenapa beruang perlu ditranslokasi, hal ini COP melakukan komunikasi rutin dengan BKSDA Bengkulu; tahap kedua mengirimkan surat pemberitahuan bahwa COP siap membantu beruang madu di BKSDA Bengkulu untuk ditranslokasi guna pelepasliaran kembali ke habitatnya kepada Ditjen PHKA, Sekditjen PHKA, Direktur KKH serta BKSDA Bengkulu; setelah surat mendapat dukungan maka tahap ketiga COP aktif komunikasi dengan pihak ketiga sebagai calon tempat rehabilitasi, karena pihak ketiga tersebut baru dapat membantu untuk rehabilitasi beruang dengan syarat dibangunkan fasilitas, maka tahap keempat COP menghubungi pihak donor yang akan melakukan fund-raising guna mengumpulkan dana untuk membiayai translokasi dan pembangunan fasilitas rehabilitasi beuang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelumnya telah ada tulisan juga yang membahas tentang beruang tersebut di media sosial yang dibuat oleh orang asing yang isinya hanya menekan pemerintah agar memberikan fasilitas yang layak, namun kenapa tidak direspon oleh pihak-pihak terkait karena strategi yang dilakukan kurang tepat. Hanya menekan saja tanpa ada komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait akhirnya pun tidak ada hasilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfVPKusL61h4RaQtTpTdQkQ53ULlg1ZI8LvI4aH5dBVRW0PTygTn166NMI1mc7-XdEuokk8KukIRyL0UuLHS9d80xUPZrBR9QkUC29IfPXNyTdGnD2eUVfLay95HB5P3M7h8F4E8iMs38/s1600/4+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfVPKusL61h4RaQtTpTdQkQ53ULlg1ZI8LvI4aH5dBVRW0PTygTn166NMI1mc7-XdEuokk8KukIRyL0UuLHS9d80xUPZrBR9QkUC29IfPXNyTdGnD2eUVfLay95HB5P3M7h8F4E8iMs38/s400/4+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beruang madu JONY tiba di lokasi rehabilitasi di Solok, Sumatera Barat</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Tahap selanjutnya memprediksi waktu persiapan dan kegiatan, yakni berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penggalangan dana, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan fasilitas rehabilitasi dan setelah itu bisa menentukan kapan beruang harus ditranslokasi. Setelah semua dilakukan, COP melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk proses translokasi beruang yakni dengan BKSDA Bengkulu, pihak ketiga sebagai tempat rehabilitasi dan BKSDA Sumatera Barat sebagai otoritas setempat. Akhirnya translokasi beruang pun bisa dilakukan dengan baik tanpa kendala pada tanggal 15 Desember 2013 dengan melibatkan tim Ape Warrior dari Centre for Orangutan Protection (COP), tim BKSDA Bengkulu, tim BKSDA Sumatera Barat dan Tim Kalaweit. Dan semua pihak merasa happy dengan apa yang dilakukan tersebut demi masa depan beruang yang lebih baik, dan yang terpenting beruang bisa dikembalikan ke hutan sebagai rumah terbaik untuk satwa liar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Dan bagaimana kisah dibalik translokasi Harimau sumatera bernama Giring ?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Harimau sumatera bernama Giring, yang sebelumnya saya beri nama Dang karena homerange-nya di kawasan konservasi Taman Buru Semi<b><span style="color: orange;">dang</span></b> Bukit Kabu, dan 'Dang' adalah nama panggilan khas Bengkulu untuk anak pertama. Ah...sudahlah, saat ini saya tidak ingin membahas nama harimau yang kami berikan tapi ingin membahas soal translokasi harimau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi58uQ_gWog7Htr_0yBecbEsTQ02y8GrEcOv0QD7HjtuaVQfkumuTiQgEl4Pj279hIvd1nWxkzSPaHuIgoqpVVI8pp33R7FJ6ZovM3NPc3i5GHNfeqTFH7HLnhEp-CZETxZlPMSdUszLYA/s1600/1d+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi58uQ_gWog7Htr_0yBecbEsTQ02y8GrEcOv0QD7HjtuaVQfkumuTiQgEl4Pj279hIvd1nWxkzSPaHuIgoqpVVI8pp33R7FJ6ZovM3NPc3i5GHNfeqTFH7HLnhEp-CZETxZlPMSdUszLYA/s400/1d+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">TWA Seblat lokasi perawatan sementara harimau Giring</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Harimau Giring ditranslokasi pada tanggal 5 - 6 Juni 2016, dari kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara ke Taman Safari Indonesia (TSI) di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Kenapa itu bisa terjadi ? Tahukah anda tentang Lembaga Swadaya Masyarakat Scorpion di Indonesia ? Saya sendiri setelah berkecimpung sebagai relawan untuk konservasi satwa liar di Indonesia sejak masih mahasiswa dan mengawali karir dengan bekerja untuk konservasi berbagai jenis satwa liar terancam punah sejak tahun 2002 belum pernah mendengar organisasi ini yang ternyata juga bekerja untuk konservasi satwa liar. Mungkin ini organisasi baru, atau mungkin saya saja yang kuper (kurang pergaulan) dan baru mengetahuinya meski di dunia konservasi sebenarnya kami memiliki link yang kuat antar lembaga yang bergerak di bidang yang sama, biasanya saling mengenali dan kadang bekerjasama satu sama lain di seluruh pelosok Indonesia, bahkan yang ada di negara lain sekalipun. Heran juga, mengapa saya tidak mengenalinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglDpKc4qpmndmwxPP-h0SkJl8zv0EV7-AdsDjs9k_wG4hyBh5dB5VUl6aygoHft4WRq5tuIxhn74l56JtYa8j2_P0FEEVDzGNPBHRYhqi1hKynBge-xdUZJxVZVEQb1Vs9NLK2RWxkq5k/s1600/2a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglDpKc4qpmndmwxPP-h0SkJl8zv0EV7-AdsDjs9k_wG4hyBh5dB5VUl6aygoHft4WRq5tuIxhn74l56JtYa8j2_P0FEEVDzGNPBHRYhqi1hKynBge-xdUZJxVZVEQb1Vs9NLK2RWxkq5k/s320/2a+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menuju lokasi perawatan harimau Giring di hutan TWA Seblat</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2015 saya baru tahu bila di Indonesia ada organisasi tersebut, dan mereka menunjukkan diri bahwa sangat peduli terhadap konservasi satwa liar. Itu pun tahunya bukan karena kami pernah berkomunikasi atau bekerjasama, tapi karena secara tidak sengaja, saat itu saya baru saja melakukan pemeriksaan dua ekor harimau sumatera, yang satu harus dioperasi karena ada pembengkakan di tubuh bagian belakang dan yang satu lagi pemeriksaan kesehatan ulang karena sebelumnya menderita luka infeksi pada rongga mulut dan dermatitis serta diperlukan pengambilan sampel darah untuk kontrol penyakit protozoa darah yang merupakan bawaan dari liar. Kebetulan ada Tim Peneliti Harimau Sumatera dari WWF dan Virginia Tech serta ada Dokter Hewan baru dari Universitas Airlangga yang ingin belajar pembiusan dan penanganan kucing besar maka waktunya saya buat bersamaan, disaat kami perlu memeriksa dan mengobati harimau, maka mereka bisa melihat dan belajar, sehingga harimau tidak diberi perlakukan dua kali untuk tujuan berbeda. Ini juga salah satu cara untuk meminimalkan stress karena handling untuk pengobatan. Bagaimana pun itu adalah harimau liar yang tidak biasa kontak dengan manusia, perlakuan yang diberikan pun harus menyesuaikan behaviornya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRZY0xRWGMiUqgYKYyxHKibAM3xjdh-ffmdfTJVa0GGY96YowwGbDByipJiVtH7kNM1F0G6cIWYlXSEicklNVXiwKTZFMCk6Y5_Gvq5hxEjguvZF1_d_Uql9S0Q-8kwcis4AMkaBu403I/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRZY0xRWGMiUqgYKYyxHKibAM3xjdh-ffmdfTJVa0GGY96YowwGbDByipJiVtH7kNM1F0G6cIWYlXSEicklNVXiwKTZFMCk6Y5_Gvq5hxEjguvZF1_d_Uql9S0Q-8kwcis4AMkaBu403I/s320/1a+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kandang perawatan harimau Giring selama di TWA Seblat</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa hari kemudian saya mendapat email dari seseorang yakni warga negara asing yang membawa nama Scorpion, dan dalam satu hari saya bisa menerima email beberapa kali darinya yang isinya tentu menguji kesabaranku. Tidak perlu saya sebutkan disini isinya seperti apa. Email tersebut tidak hanya dikirimkan kepada saya tetapi juga dishare ke banyak lembaga di seluruh dunia, yang tentunya isi email tersebut adalah pendapat pribadi mengenai perlakuan terhadap harimau yang kami rawat hanya berdasarkan dugaan, karena mereka tidak mengetahui fakta yang sebenarnya, baik kondisi maupun permasalahannya. Hanya men-justifikasi berdasarkan dugaan dan menginterpretasikan berdasarkan asumsi pribadi tanpa cross check dengan pihak-pihak terkait yang berkompeten dan yang terlibat dalam perawatan satwa. Suatu hari KLHK mendapat surat dari Born Free USA, yang mengkritik tentang perawatan harimau Giring, karena mereka mendapat informasi dari orang yang sering mengirimiku email, mengintimidasiku dan membuat berita tanpa dasar. Born free pun ikut menekan kami. Saya pribadi tidak mau menanggapinya bukan karena diintimidasi setiap hari, tetapi karena berita yang disebarluaskan tersebut tidak berdasar, dan mereka tidak mencari tahu permasalahan yang sebenarnya. Kami sering bekerjasama dengan banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik yang ada di dalam maupun di luar negeri untuk memperbaiki kondisi satwa liar seperti beruang madu, siamang, kukang, gajah, harimau dan satwa liar lainnya di Provinsi Bengkulu dan berhasil sesuai tujuan semula, tetapi dengan cara yang baik dan beretika, bukan dengan cara tuduhan tanpa cross check untuk merealisasikan ambisius sekelompok orang yang menghalalkan segala cara agar dilihat publik telah peduli dengan satwa liar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya kami tidak ingin membanding-bandingkan cara kerja lembaga yang satu dengan lainnya dalam membantu translokasi satwa liar, namun saya pikir perlu juga diungkap agar kita mengetahui perbedaan hasilnya dari berbagai strategi yang digunakan. Sebagai contoh untuk mewujudkan translokasi beruang madu dan siamang maka strategi yang dipakai oleh LSM COP seperti yang telah saya sebutkan diatas, begitu juga strategi yang dipakai oleh organisasi Internasional yang membantu translokasi gajah sumatera, mereka (Asian Elephant Support) melakukan tahapan-tahapan seperti yang dilakukan oleh COP, dan akhirnya gajah berhasil dipindahkan ke lokasi/ hutan yang diinginkan ke Provinsi Bengkulu, begitu juga dengan kukang korban perdagangan illegal yang telah ditranslokasi ke Provinsi Bengkulu dan kini telah menikmati kebebasannya di alam liar dengan bantuan Animals Indonesia di kawasan konservasi TWA Bukit Kaba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2016 ada dua berita direlease oleh media online yang ada di Indonesia, lagi-lagi tentang harimau Giring. Disana disebutkan tanggal berapa melakukan investigasi ke lokasi berdasarkan pengakuan narasumber di berita tersebut. Membaca itu hanya membuatku tersenyum, karena pada kenyataannya tidak pernah ada orang dari lembaga tersebut (Scorpion) yang penah datang ke lokasi, melihat langsung lokasi perawatan harimau, mengetahui bagaimana perawatan harimau Giring, bahkan ukuran kandangnya pun tidak tahu, dan tidak pernah bertanya sekalipun tentang hal-hal detail yang berhubungan dengan harimau Giring kepada pihak-pihak terkait dan perawat satwa harimau. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan yang paling aneh adalah mereka menyebutkan waktu investigasi di media disaat saya dan mahasiswa saya dari Fakultas Kedokteran Hewan atau pun tim saya sedang berada di lokasi/ di hutan tempat Giring dirawat sehingga kami tahu benar adakah orang yang datang kesana atau tidak atau siapa saja yang ada di hutan untuk melihat harimau Giring, kenyataannya tidak ada. Banyak pertanyaan menggelitik di benak saya saat itu, seperti :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Bagaimana bisa sebuah media me-release berita tanpa dasar yang akurat ? (Saya kebetulan mengenal banyak media lokal, nasional maupun internasional yang sering liputan tentang satwa liar di Bengkulu, tapi mereka semua melalui prosedur yang benar, dengan perijinan yang legal untuk memasuki kawasan konservasi dan menggunakan data yang akurat serta berkomunikasi dengan para narasumber yang bisa dipertanggungjawabkan)</li>
<li>Bagaimana bisa seseorang dari sebuah lembaga bisa menjadi narasumber meski pada kenyataannya tidak pernah tahu menahu soal apa yang disampaikan ?</li>
<li>Bagaimana seseorang bisa menjadi narasumber sedangkan dia sendiri tidak paham dengan apa yang dikatakan dan tidak pernah bersentuhan langsung dengan obyek ?</li>
<li>Bagaimana bisa tulisan yang tidak akurat itu dijadikan rekomendasi beberapa pihak untuk menyurati KLHK guna menentukan nasib harimau agar lebih baik sedangkan kondisi yang sebenarnya mereka tidak tahu dan rencana-rencana kami untuk harimau itu kedepan mereka juga tidak tahu ? </li>
<li>Bagaimana bisa tujuan yang ingin dicapai terwujud bila strategi yang digunakan hanya menyerang, menekan, mengintimidasi pihak lain tapi tanpa mau berbuat dan mendukung secara langsung ? (kami menyebutnya <span style="color: orange;">''<i>Talk only no action</i>"</span> hanya agar dilihat publik seolah-olah peduli dengan satwa liar). Dan masih banyak hal lain yang sebenarnya ingin kupertanyakan.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang yang telah membantu harimau kami secara langsung sejak evakuasi hingga perawatan baik yang individu maupun lembaga saja tidak pernah sibuk mempublikasikan diri-sendiri dan bicara kesana kemari untuk menunjukkan bahwa sudah berkonstribusi terhadap harimau sumatera seperti LSM Animals Indonesia, sekelompok Mahasiswa Universitas Udayana Bali, Yayasan Arsari, teman-teman dari ASTI, beberapa orang anggota Forum HarimauKita, PHS (Tiger Protection and Conservation Unit), serta teman dari GIZ dan lain-lain, karena mereka membantu dengan tulus untuk satwa liar tanpa ambisi dan tanpa ada kepentingan apapun. Nah, ini sebuah lembaga yang tiba-tiba muncul lalu sibuk membuat publikasi dirinya di media atau melalui media sosial dan mengirim email kesana kemari untuk memperlihatkan bahwa dia sangat peduli dan telah berkonstribusi untuk membantu memperjuangkan nasib harimau agar lebih baik namun tulisannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tapi tindakannya hanya sebatas itu, sangat berbeda dengan pihak lain bila sudah bersedia membantu maka akan membantu dengan sungguh-sungguh dari mulai perencanaan sampai tindakan dan sampai tujuan itu tercapai, apa yang tidak tersedia disediakan, apa yang menjadi kendala dicarikan solusi dengan menjalin komunikasi yang baik, semua demi kepentingan satwa liar yang akan dibantu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga dalam menanggapi tekanan yang terus - menerus dari sebuah lembaga swadaya masyarakat yang cara kerjanya seperti itu untuk peduli dengan satwa, ya respon yang dilakukan beberapa pihak pun berbeda sesuai cara pandang masing-masing. Cara pandang kami sebagai dokter hewan bahwa merawat harimau yang perilakunya masih liar harus di habitat dengan lingkungan sekitarnya hutan agar tidak jauh berbeda dengan kondisi tempat hidup harimau itu sebelumnya, hal ini juga untuk meminimalkan stress, dibandingkan harus dirawat yang lingkungan sekitarnya bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia. Untuk itu kenapa rekomendasi medis sejak awal pasca evakuasi bulan Februari 2015 dalam laporan tertulisnya pada pengambil kebijakan adalah ditranslokasi ke TWA Seblat, sebuah kawasan konservasi yang memiliki fasilitas perawatan harimau dengan kondisi hutan masih bagus, namun tetap pelaksanaannya tergantung pengambil keputusan dan ternyata baru disetujui dan diperintahkan untuk ditranslokasi ke TWA Seblat tanggal 28 Oktober 2015, cukup lama hanya untuk menunggu sebuah keputusan penting tidak hanya bagi kami perawatnya tetapi juga bagi kebaikan harimau. Dan saat itu kami tidak menyetujui dipindahkan ke kebun binatang dengan alasan seperti diatas, lingkungan terbaik bagi harimau liar adalah di hutan bukan di lembaga konservasi eksitu, dan untuk apa dipindahkan kesana hanya bersifat sementara lalu baru dipindahkan ke lokasi rehabilitasi yang berada di provinsi yang berbeda. Dalam hal ini cara pandang kami sebagai dokter hewan dengan para conservasionist lainnya agak sedikit berbeda, transportasi yang berulang-ulang antar provinsi untuk harimau liar tentu akan menimbulkan stress berulang kali, bila dokter hewan diberi otoritas maka rekomendasi kami adalah dari TWA Seblat dipindahkan ke lokasi release, toh selama perawatan di TWA Seblat perilaku normalnya masih bisa dipertahankan. Harimau dirawat dengan diisolasi untuk menghindari terlalu sering kontak langsung dengan manusia dengan tujuan agar tidak terjadi perubahan perilaku, serta memang harus diisolasi karena penyakit zoonosis yang dibawanya dari alam liar. Perawatan di TWA Seblat dan kebun binatang juga tidak jauh berbeda, hanya lokasinya yang berbeda yakni satu di hutan satunya di kota, ketersediaan pakan alami juga bisa dipenuhi sesuai dengan kebutuhannya, ada kontrol kesehatan rutin, ada strerilisasi kandang rutin serta pencegahan dan pengobatan penyakit parasiter rutin, kandang pun dilengkapi dengan enrichment untuk mengekspresikan perilaku alaminya, serta memiliki tim perawat satwa yang tetap, karena perubahan orang juga akan berpengaruh terhadap harimau liar karena bila harus berhadapan dengan orang-orang baru yang terus berganti akan mempengaruhi perilakunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara pandang birokrat akan berbeda karena pada dasarnya mereka tidak ingin diberitakan buruk, dengan atau pun tanpa tahu kondisi yang sebenarnya keputusan yang dikeluarkan pun atas kepentingan untuk menghentikan tekanan pihak-pihak yang katanya peduli. Meski pada kenyataannya mereka tidak pernah terlibat langsung membantu satwa harimau yang katanya diperjuangkan, tidak pernah tahu apa permasalahannya dan tidak terlibat dalam mencarikan solusi, dan tidak pernah mau tahu bagaimana proses translokasinya karena mereka hanya mau tahu bahwa keinginan ambisiusnya tercapai tanpa mau peduli dengan permasalahnnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFrDhZZUb4j6JXXjrciKdGjWUPSHKS5xwjWtERPoIMKJlMGPuCw4Qh56TgeXPpUO_qj7l3uvvarm7Ni-saejsANlKb5mir5wjwj1RUa37UKa-UTdRNmuv4hu-wlFDichnr0ouLbECciRw/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFrDhZZUb4j6JXXjrciKdGjWUPSHKS5xwjWtERPoIMKJlMGPuCw4Qh56TgeXPpUO_qj7l3uvvarm7Ni-saejsANlKb5mir5wjwj1RUa37UKa-UTdRNmuv4hu-wlFDichnr0ouLbECciRw/s400/1a+copy.jpg" width="285" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Monitoring vital signs selama perjalanan/ translokasi<br />
Tanggal 5 Juni 2016</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan cara pandang pengambil keputusan yang mendapat tekanan dari atasannya adalah bagaimana cara harimau itu segera dipindahkan untuk meredam tuntutan, tanpa perencanaan yang jelas dan tanpa tujuan yang jelas, yang terpenting sudah keluar dari lokasi sebelumnya untuk membuktikan bahwa harimau telah ditranslokasi sesuai keinginan pihak-pihak tertentu. Menentukan nasib seekor harimau sumatera dengan cara serba mendadak dan tanpa dana. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. LSM yang mendesak pun tidak pernah muncul untuk mendukung, misalnya mencarikan solusi soal pendanaan translokasi, atau misalnya mencarikan dana untuk membangun fasilitas rehabilitasi di habitat aslinya agar harimau tidak terus-menerus dipindahkan keluar Provinsi Bengkulu disaat populasi harimau liar di Bengkulu pun semakin terus berkurang, atau berbuat apapun yang lebih nyata untuk kepentingan harimau. Mereka tidak pernah muncul untuk itu, kemampuannya hanya sebatas berkoar-koar di media, dan berharap harimau bisa pindah dengan sendirinya seperti main sulap dengan mantra yang diucapkan di media dan disebarluaskan ke banyak pihak. Dan apa hasilnya ? Akhirnya harimau berada di lokasi pihak-pihak yang peduli mengulurkan dana untuk membantu translokasi, disaat lokasi tempat rehabilitasi yang diinginkan pun menolak untuk membantu, dan LSM yang dengan ambisius menginginkan translokasi harimau Giring pun tidak pernah mengulurkan bantuan dalam bentuk apapun. Hal-hal seperti ini yang membuatku bisa menilai kinerja seseorang atau sebuah lembaga, dari sejauh mana keterlibatan mereka dalam upaya ini, tidak ada komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, tidak ada solusi untuk pencarian dana guna translokasi dan bisa kita lihat bagaimana hasil akhirnya bila bekerja hanya bermodal berkoar-koar saja dengan koordinasi seperlunya serta lepas tangan untuk prosesnya. Dan paling parah adalah, kalau bisa saya ibaratkan seperti peribahasa <i><span style="color: orange;">"lempar batu sembunyi tangan"</span></i>, ya seperti itulah kenyataannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwxEiwQZnYYqeAduyLARkLG2A5wjAhFrxgQoWENe4FbJ9FdfUIfpADWUS1XYT5u8FnjodwFyJ9pElyn2XZRZwyW5ix4aEhVtdmfj7NR_rHTp5U_2RTqJj8feYgSJTzOrYt-wqOrYBogKw/s1600/2t+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwxEiwQZnYYqeAduyLARkLG2A5wjAhFrxgQoWENe4FbJ9FdfUIfpADWUS1XYT5u8FnjodwFyJ9pElyn2XZRZwyW5ix4aEhVtdmfj7NR_rHTp5U_2RTqJj8feYgSJTzOrYt-wqOrYBogKw/s400/2t+copy.jpg" width="285" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Koleksi sampel darah harimau Giring tanggal 2 April 2015</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Undang-Undang dokter hewan memang memiliki otoritas medis, namun di dunia nyata itu tidak pernah ada. Otoritas tetap berada di pimpinan tertinggi dengan jabatan tertinggi. Jadi, masalah kesehatan harimau itu bukan hal yang cocok untuk dijadikan dasar translokasi, karena harimau telah mendapatkan perawatan medis dan pengobatan. Bila hanya sekedar kontrol kesehatan bisa menggunakan sampel darah yang bisa dikirimkan ke laboratorium untuk diketahui hasilnya dan tak perlu lagi membawa harimaunya sekaligus kesana-kemari. Apakah untuk mendeteksi suatu penyakit dengan pemeriksaan laboratorium kita perlu membawa satwanya, tidak kan ? Alangkah repotnya bila itu dilakukan dan tentu akan mengeluarkan banyak biaya, biaya pengangkutan satwa dan biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya pakan selama perjalanan. Cukup sampel apa yang diperlukan untuk deteksi penyakit, hasilnya sudah bisa diketahui. Mungkin cara pandang dokter hewan dengan conservasionist serta para birokrat agak sedikit berbeda dalam hal ini maka keputusan yang diambil pun berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: #ffd966;">"Satwa liar itu mahkluk hidup, yang hidupnya pun tidak mau dipermainkan seperti halnya manusia. Seyogyanya kita sebagai manusia yang diberi moral dan akal yang baik memperlakukan mereka tidak sebagai obyek semata, setiap tindakan harus direncanakan dengan baik, untuk hasil yang lebih baik bila menyangkut memperjuangkan nasibnya. Jangan mengatasnamakan satwa liar hanya untuk dilihat kita peduli, tapi sungguh-sungguh berbuatlah untuk mereka dengan tulus tanpa menghalalkan segala cara dan tanpa ada kepentingan apapun, berbuatlah sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada dan saling mendukung untuk tujuan yang sama. Dan hargailah orang-orang yang bekerja untuk satwa liar karena anda tidak akan pernah tahu apa yang telah dilakukannya, dikorbankannya dan diperjuangkannya demi satwa-satwa yang diselamatkannya dan dirawatnya"</span></i></div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com1Bengkulu, Kota Bengkulu, Bengkulu, Indonesia-3.7928450999999992 102.26076409999996-4.0463370999999988 101.93804059999997 -3.5393530999999991 102.58348759999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-81418137856222762422016-06-07T07:21:00.000-07:002016-06-21T14:40:38.591-07:00Bloat pada Gajah Ucok<br />
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6a5HgpNmP9J1AuC0FvKkFhF5-62aqLgsuT6nhPnHA-bTHozNm2LYoD0ZXcUnASJL_EKLbgw0DFFbzdCx3JTjYkGT8cI3wc33PYF8lX6J-0kfXp1RgFVDKieGWdb_5qP7ZcOjb57JbI38/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="302" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6a5HgpNmP9J1AuC0FvKkFhF5-62aqLgsuT6nhPnHA-bTHozNm2LYoD0ZXcUnASJL_EKLbgw0DFFbzdCx3JTjYkGT8cI3wc33PYF8lX6J-0kfXp1RgFVDKieGWdb_5qP7ZcOjb57JbI38/s400/1b+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Gajah Ucok yang mengalami bloat, di PLG Seblat</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: #cccccc;"><b>Tanggal 29 Mei 2016</b>,</span> ada pergantian mahout (perawat) gajah Ucok. Saat itu gajah sudah terlihat sering mengejan, kesulitan buang kotoran, tampak lesu dan nafsu makan turun, namun belum dilaporkan ke dokter hewan oleh mahout kedua meskipun gejala klinis itu telah berlangsung selama dua hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrHpgUfFdeUFkKft8d2UjA_QmEbbogUAHtV7UpCICnMSf2I5TH1IJao6TtF9NNWcYAgt9ImcMmGk8oBEgOMxUY1nynGyi5zu0hB1sYS9hjzJTZPH2XBVEQjYon3fVHKq1trQfhFC6uons/s1600/DSCN7423+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrHpgUfFdeUFkKft8d2UjA_QmEbbogUAHtV7UpCICnMSf2I5TH1IJao6TtF9NNWcYAgt9ImcMmGk8oBEgOMxUY1nynGyi5zu0hB1sYS9hjzJTZPH2XBVEQjYon3fVHKq1trQfhFC6uons/s320/DSCN7423+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Lendir yang keluar dari anus saat gajah mengejan</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: #cccccc;"><b>Tanggal 31 Mei 2016</b>,</span> hari sudah menjelang gelap, tanpa sengaja saya mendapat informasi saat sedang ngobrol dengan mahout gajah lainnya yang kebetulan melihat kondisi gajah Ucok sore itu. Dia menjelaskan bahwa Ucok sore hari sudah posisi tidur rebah lateral, makanan yang diberikan untuk malam hari berupa tebu dan pelepah sawit masih utuh tak termakan, malah sekelompok monyet ekor panjang sibuk mencurinya. Saya tentu terkejut mendengar itu, karena hari itu saya telah bertemu dengan mahoutnya namun tidak pernah cerita sedikitpun tentang kondisi gajah Ucok saat dia berpamitan pulang pada kami sore itu. Mungkin karena bila dia melaporkan gajahnya sakit, kami akan mencegahnya pulang. Seekor gajah yang tidur rebah lateral di sore hari menurutku itu diluar kebiasaan, dan saya menduga gajah tersebut punya masalah serius dengan kesehatannya apalagi makanannya pun tak disentuh, seharusnya gajah seperti Ucok sedang aktif makan diwaktu sore hari hingga malam. Mahasiswa Kedokteran Hewan yang sedang belajar di PLG Seblat juga menyampaikan pada saya bahwa mereka pernah melihat gajah Ucok mengejan saat akan buang kotoran. Kebetulan sebelumnya mereka telah mendapatkan pelajaran tentang cara mengetahui tanda-tanda seekor gajah itu dalam kondisi sehat ataupun tidak sehat, dan salah satu gejala klinis yang menunjukkan gajah itu sakit adalah terlihat mengejan/ kesulitan saat akan defekasi atau juga urinasi. Tanpa menunggu lama saya mengajak mahout itu menuju tempat Ucok untuk memeriksanya. Biasanya gajah Ucok agresif didatangi orang apalagi di sore hari seperti itu, namun kali ini dia tampak lemas dan tidak mau berjalan. Meskipun begitu, kami tetap berhati-hati saat mendekat. Makanan terlihat masih utuh. Saya memeriksa sekeliling tidak ditemukan bekas feces (kotoran) dikeluarkan. Dan saya memeriksa tubuhnya, sepertinya mengalami kembung (bloat). Saya mendapat informasi tambahan bahwa gajah itu sudah beberapa hari tidak bisa buang kotoran, sering mengejan dan yang keluar hanya lendir dilapisi darah.<br />
<div class="MsoNormal">
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td style="background: #C2D69B; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent3; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 359.8pt;" valign="top" width="480"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="color: #783f04;"><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Table 7.4. </span></b><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Signs of an Unhealthy Elephant</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;"><b>Listless</b>,
<b>decreased movement</b>, <b>unusual behavior</b>, exercise intolerance</span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;">Dull or sunken
eyes, increased tear flow, thick discharge</span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;">Mucous membranes
pale, muddy, bright red, or dry</span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;">Discharge from
the trunk, coughing, abnormal respiratory sounds</span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;">Dry skin, loss
of elasticity, wounds</span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;">Weight loss,
sunken abdomen, prominent ribs (see body condition index)</span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;"><b>Deceased
appetite, anorexia</b></span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;">Change in urine
or feces (amount, color); </span><b style="color: #783f04; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 10pt;">straining</b></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;"><b>Lameness</b></span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt;"><b>Obvious pain</b></span></li>
<li><span style="color: #783f04; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Any unusual swelling or protrusion</span></li>
</ul>
<b style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="color: #783f04; font-size: xx-small;">Reference : "Biology, Medicine and Surgery of
Elephants" </span></span></b><b style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="color: #783f04; font-size: xx-small;">by Murray E. Fowler and Susan K. Mikota</span></span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Saya meminta mahout untuk memindahkan gajah itu mendekati klinik agar bisa dimonitoring setiap waktu, karena bloat termasuk berbahaya dan bisa menyebabkan kematian mendadak bila tidak ditangani. Dan saya meminta mahasiswa kedokteran hewan untuk memindahkan makanannya mendekati gajah. Setelah lebih dari setahun saya dipindahkan ke Kantor Seksi Konservasi Wilayah I dengan pekerjaan baru yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kegiatan medis dan satwa, serta baru satu minggu ini saya ditugaskan kembali sebagai dokter hewan untuk menangani gajah-gajah di PLG Seblat setelah begitu banyak masalah kesehatan gajah terjadi. Saya memasuki ruang obat dan berusaha menemukan sisa obat-obatan yang bisa digunakan untuk pengobatan, sekian lama tidak bekerja lagi di tempat itu membuatku tidak begitu mengenali lagi persediaan obat-obatan apa yang tersedia, namun akhirnya hanya mendapatkan Antibloat, Antibiotik Long Acting, Flunixin meglumine dan Biodin / Biosolamine.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIhIYxkxy5PjDEo1OGTnGIQAwVK0oZJJ5Qm1x9tVLmnLUZ09zlhONo_Z7jKTaZkjJz42r1WDsvt824N9vW5MvMnI95Cn1-Vko59vEjm3PEEnzON9jpITUlGAmBj8OhmWFzENl5A8KvgD0/s1600/2c+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIhIYxkxy5PjDEo1OGTnGIQAwVK0oZJJ5Qm1x9tVLmnLUZ09zlhONo_Z7jKTaZkjJz42r1WDsvt824N9vW5MvMnI95Cn1-Vko59vEjm3PEEnzON9jpITUlGAmBj8OhmWFzENl5A8KvgD0/s400/2c+copy.jpg" width="278" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Terapi Gajah Ucok di PLG Seblat</span></td></tr>
</tbody></table>
Malam itu kami melakukan pengobatan, yakni melakukan rectal untuk mengeluarkan dan membersihkan kotoran, kami mencari orang diantara kami yang tangannya paling panjang. Tidak adanya peralatan kami memanfaatkan slang air minum untuk harimau yang dipotong, kami juga memasukkan air hangat dengan pelicin untuk membantu pengeluaran feces apabila ada feces yang sulit keluar. Agar ujung slang tidak melukai saluran cerna maka pada saat rectal ujungnya ditutup dengan genggaman telapak tangan. Kemudian memasukkan Antibloat per rectal karena untuk per oral tidak memungkinkan karena gajah sama sekali tidak mau makan dan minum. Dilanjutkan dengan penyuntikan Antibiotik LA, analgesik dan anti kolik, serta biodin. Gajah mulai bisa kentut dan mulai mau makan rumput (king grass) yang disediakan. Meskipun masih terlihat kembung.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Esok harinya dilakukan penyuntikan ulang analgesik karena gajah mulai tidak mau makan dan minum lagi. Dalam kondisi seperti itu tidak ada mahout gajah Ucok yang stand by di camp gajah di hutan, sehingga salah satu mahout akhirnya harus kembali dan menginap di camp bersama kami, dan membantu monitoring gajah Ucok siang dan malam. Saya meminta mahout untuk membawa gajah berjalan-jalan melewati jalan menanjak untuk merangsang kentut. Karena gajah tidak mau minum maka saya juga meminta mahout saat menyeberangi sungai Seblat melewati sungai yang agak dalam agar mulut terendam dan diharapkan air sungai akan masuk kedalam mulut dan meminumnya. Saya amati beberapa kali gajah merejan dan kesulitan untuk buang kotoran, meski saat directal tidak ditemukan adanya feces yang mengeras. Saluran pencernaan gajah bagian bawah yang terlalu dalam kemungkinan tangan tidak dapat menjangkaunya saat rectal. Setiap kali merejan yang keluar dari anus adalah lendir dilapisi darah. Hasil pemeriksaan sampel feces tidak ditemukan telur cacing, kemungkinan disebabkan oleh infeksi bakteri atau penyebab lainnya, untuk itu penyuntikan antibiotik diperlukan. Setelah penyuntikan analgesik gajah Ucok mau makan kembali namun tidak banyak, meskipun pakan yang diberikan cukup banyak dan bervariasi. Bagi saya, melihat hal itu berarti kondisi gajah belum membaik. Pengobatan yang diulang hanya pemberian antibiotik dan analgesik saja.<br />
<br />
<b><span style="color: #cccccc;">Tanggal 5 Juni 2016,</span></b> Gajah Ucok belum bisa buang kotoran, bagi saya kondisinya masih mengkhawatirkan. Kami ingin melakukan rectal sekali lagi. Hari itu secara mendadak saya mendapat tugas ke Kota Bengkulu disaat kondisi gajah Ucok belum membaik, hanya untuk membantu Polisi Kehutanan melakukan penyitaan beruang madu, siamang dan burung elang dari kepemilikan illegal di masyarakat. Saya menolak untuk meninggalkan gajah tersebut dan pergi untuk membantu mereka, tetapi mereka tidak mau tahu dan saya harus ada saat mereka melakukan evakuasi satwa-satwa tersebut. Meskipun saya sedikit menggerutu kenapa orang tidak pernah tahu mana yang prioritas harus dilakukan dan mana yang masih bisa ditunda, tapi akhirnya dengan berat hati saya pergi juga. Saya berpikir untuk membuat pilihan cara yang tepat agar gajah Ucok bisa buang kotoran dan mengurangi kembung sehubungan dengan keterbatasan peralatan dan obat-obatan, saya berusaha mencari sesuatu di dapur camp kami kira-kira apa yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Tidak ada arang kayu yang bisa digunakan. Bila harimau mengalami kesulitan defekasi biasanya saya mengalirkan air hangat dan sabun untuk dimasukkan ke anusnya dan kemudian menyedotnya kembali dengan slang plastik dan syringe, sehingga feces bisa dikeluarkan dengan mudah dengan jari. Tapi sepertinya akan sulit bila dilakukan untuk gajah, karena akan kesulitan menyedot kembali cairan yang telah dimasukan sehubungan dengan anatomi saluran pencernaan gajah yang besar dan dalam. Akhirnya saya meminta mahout untuk menggunakan minyak goreng yang masih baru untuk dimasukkan ke anus. Dan pada saat saya sudah dalam perjalanan menuju Kota Bengkulu, saya mendapat informasi bahwa gajah telah buang kotoran dengan ukuran jauh lebih besar dari normal dengan konsistensi padat/ keras, khabar itu membuat saya merasa agak lega saat meninggalkannya. Gajah pun sudah mulai mau makan dan minum.<br />
<br />
<b><span style="color: #cccccc;">Tanggal 6 Juni 2016,</span></b> pagi itu saya pergi ke kantor BKSDA Bengkulu dengan membawa tiga daypack, yang satu khusus peralatan rescue satwa liar dan obat-obatan, satunya lagi berisi barang-barang penting seperti laptop, kamera dan lain-lain, dan satunya lagi berisi peralatan pribadi. Setelah selesai membantu tugas Polisi Kehutanan dalam evakuasi satwa liar saya berencana langsung berangkat kembali ke PLG Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara, yang berjarak sekitar 140an km dari Kota Bengkulu dengan waktu tempuh 5 - 6 jam.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHUqE8vOMwtmtdpMbKGhpZ6V8iv_nKJj57mYMksgSgb_6NdV55Qmh_9xaPnG9C3LLDPfdL6hZXUD_LF24BkP-ZK4TCEdRX5uphSZM6W2V8gHTMqrErwNRDJdEQ0Ua_UWU69ZJduNOyp-8/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHUqE8vOMwtmtdpMbKGhpZ6V8iv_nKJj57mYMksgSgb_6NdV55Qmh_9xaPnG9C3LLDPfdL6hZXUD_LF24BkP-ZK4TCEdRX5uphSZM6W2V8gHTMqrErwNRDJdEQ0Ua_UWU69ZJduNOyp-8/s400/1c+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Gajah Ucok selama pengobatan bloat di PLG Seblat</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pada saat kembali saya melihat gajah Ucok sudah normal kembali tidak hanya nafsu makan dan minumnya namun juga aktivitas dan perilakunya. Sudah bisa defekasi dan urinasi secara normal. Namun saya masih harus memberikan antibiotik sekali lagi untuk dosis yang terakhir.<br />
<br />
Terkadang saya merasa heran saat para pejabat baik yang di daerah maupun di Jakarta diberi laporan mengenai gajah-gajah yang sakit, dan tanggapannya dengan memberikan instruksi bahwa sebaiknya gajah-gajah yang sakit tersebut dikirim saja ke Rumah Sakit Gajah yang ada diluar Provinsi Bengkulu, atau nanti didatangkan saja dokter hewan - dokter hewan dari sana untuk mengobati gajah-gajah tersebut. Itu yang tertulis dalam selembar kertas yang ditujukan kepada saya. Dalam hati saya hanya tersenyum saja, <i>"Apakah mereka para pejabat itu pernah berpikir berapa biaya transportasi PP (pergi pulang) untuk mengangkut gajah-gajah tersebut hanya karena menginginkan untuk diobati ke Rumah Sakit Gajah ? Siapa yang akan menanggung biaya tersebut ? Mengapa tidak berpikir yang logis, efektif dan efisien dalam hal ini ?"</i> Membawa gajah-gajah ke rumah sakit tentu sangat tidak efektif, dan membawa gajah tidak seperti membawa satwa liar yang ukuran tubuhnya lebih kecil dan tidak rumit dalam transportasi. Kasus bloat (kembung) disertai kolik bila baru diobati setelah di rumah sakit gajah yang ada di provinsi lain mungkin gajah itu bisa sekarat bahkan kehilangan nyawa saat dalam perjalanan. Daripada menghabiskan dana puluhan juta rupiah untuk membawa gajah-gajah itu ke Rumah Sakit Gajah, alangkah lebih bijaksana bila dana tersebut untuk mendukung pembelian obat-obatan yang memadai serta peralatan yang kami butuhkan agar gajah bisa diobati di lokasi. Mengobati gajah tidak perlu dilakukan di bangunan yang megah, hanya cukup membutuhkan tali dan pohon atau rung untuk physical restraint, dan yang tidak kalah penting didukung dengan peralatan medis dan obat-obatan yang memadai, toh dokter hewan dan para mahout sudah tersedia dan bisa melakukannya sendiri. Bila tidak ada dukungan tersebut maka bila ada gajah-gajah yang sakit tidak banyak yang bisa dilakukan. </div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com2Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia-3.2663246 101.9804613-7.3174216 96.8168873 0.78477240000000048 107.1440353tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-81928992891667606512016-06-01T01:41:00.000-07:002016-06-01T01:51:51.818-07:00Profesi Dokter Hewan Tak Kenal Waktu<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRm9Gi2iMaksOYUPXjkEdYXJxT6nPRe-10C84JYjiQbwVOKZO_PXRYlUv_WGKkgM6Yf-EFZ3TDb3r8a2HZ1MLcrOEUZUU23L23L9-PNJOPBV6TA1eAG2BDLpfBmkom-EyeDumpBpdB9bk/s1600/1a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRm9Gi2iMaksOYUPXjkEdYXJxT6nPRe-10C84JYjiQbwVOKZO_PXRYlUv_WGKkgM6Yf-EFZ3TDb3r8a2HZ1MLcrOEUZUU23L23L9-PNJOPBV6TA1eAG2BDLpfBmkom-EyeDumpBpdB9bk/s400/1a.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mahasiswa Kedokteran Hewan UGM di PLG Seblat, Bengkulu Utara</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini saya sedang mendampingi mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada yang sedang Praktek Kerja Lapangan yang merupakan bagian dari rangkaian Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di Taman Wisata Alam Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara tepatnya di Pusat Latihan Gajah Seblat. Mereka setelah lulus dari Sarjana Kedokteran Hewan maka sebagai calon dokter hewan perlu menjalani Pendidikan Profesi Dokter Hewan terlebih dulu, sebagai tujuan pendidikan minat khusus di bidang medik konservasi, Pusat Latihan Gajah Seblat, Bengkulu salah satu tempat yang selama ini digunakan oleh calon-calon dokter hewan untuk belajar dan praktek penanganan kesehatan satwa liar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak hal yang bisa dipelajari di Bengkulu, tidak hanya gajah dan harimau namun kami juga mempunyai fasilitas pearwatan satwa liar yang berada di berbagai kabupaten dan kawasan konservasi, seperti konservasi penyu di Kabupaten Mukomuko, penangkaran rusa serta upaya rehabilitasi siamang di kawasan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu, penampungan sementara satwa yakni beruang madu, siamang, burung elang hasil operasi penyitaan di Resort Kota dan kantor Balai KSDA Bengkulu yang menunggu dilakukan pemeriksaan kesehatan. Namun karena keterbatasan waktu dan fasilitas transportasi maka tidak semua tempat bisa dikunjungi untuk belajar karena lokasinya berjauhan, sehingga saat ini dikonsentrasikan untuk belajar perawatan kesehatan gajah dan harimau di kawasan konservasi TWA Seblat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0r25RQ0CpBK1WTik62VAR00COkII6zhzfCWaWA5zKwmthT_3x-fQMo3Gs18YgHBSFHy08NpmwgTtRTJAAv5OBMJtdRaIzDonh4CDycCHZD5FSRCgViVqYq8VEyEmtKIrj5TnwyR3Jmlc/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0r25RQ0CpBK1WTik62VAR00COkII6zhzfCWaWA5zKwmthT_3x-fQMo3Gs18YgHBSFHy08NpmwgTtRTJAAv5OBMJtdRaIzDonh4CDycCHZD5FSRCgViVqYq8VEyEmtKIrj5TnwyR3Jmlc/s320/1b+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gajah Ucok di PLG Seblat, Bengkulu</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai calon dokter hewan tidak cukup mereka hanya mengetahui cara pemeriksaan gajah/ harimau, cara koleksi dan pemeriksaan sampel, mendiagnosa dan cara pengobatan, tentang pembiusan dan handling, tentang penggunaan peralatan medis dan lain-lain, namun yang tidak kalah penting mereka juga harus memahami mengenai Safety Procedures bekerja dengan satwa liar yang berbahaya seperti harimau dan gajah. Selain itu mereka juga harus menyadari bahwa sebagai praktisi dokter hewan yang bekerja untuk satwa liar itu kerjanya tidak mengenal waktu karena kasus yang ditangani juga terjadi sewaktu-waktu tanpa diduga, seperti yang terjadi saat ini. Sore itu kami sudah selesai bekerja karena jam kerja selesai pukul 4 sore, setelah semua orang melakukan finger print untuk absensi sore mereka berpamitan pulang, hanya tertinggal beberapa orang penghuni camp gajah termasuk saya dan para mahasiswa. Saya duduk di ruang makan bersama seorang mahout sambil berbincang-bincang, sambil membawa sebuah buku untuk dibaca dan itu merupakan kebiasaan saya untuk mengisi waktu luang selain menulis, membuat segelas minuman hangat dan bersantai menikmati hari menjelang malam. Sore itu sehabis maghrib seorang mahout bercerita bahwa dia melihat gajah Ucok tidur rebah dan makanan malamnya berupa pelepah sawit dan tebu masih utuh tidak dimakan. Gajah tampak sering merejan. <i><span style="color: orange;">"Apa dia kembung ?"</span></i> tanyaku. Mahout tidak tahu kembung apa tidak, tapi dia menceritakan kondisinya seperti itu sudah terlihat sejak dua hari sebelumnya. <i><span style="color: orange;">"Kenapa mahout yang merawat gajah tersebut tak pernah bercerita gajahnya bermasalah padahal sering bertemu ?"</span></i> saya bertanya dalam hati. Mahasiswa saya pun mengatakan bahwa mereka pernah melihat gajah Ucok merejan saat akan buang kotoran beberapa hari sebelumnya. Saya juga telah mengajari mahasiswa tersebut cara mengenali gajah itu sehat atau sakit, dan salah satu perilaku yang harus diamati adalah apakah dia tampak merejan atau kesulitan saat buang kotoran atau kencing, dan itu merupakan ciri-ciri gajah yang kurang sehat, ternyata mereka langsung dapat melihat sendiri contoh gajah yang kurang sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimUgvLSrymmqFsS6lNjk90UkKpDvdJTeC0VsqxDmtKCJh1Ww1pJwztDGtBjdNmAAghCvY1sfunPzOUl9IedIY-NvTeI1ffJg1pSePdR4Qyyv6ny_dt3NUvj_k7iLqPIT6qePQjEWfN-qI/s1600/2b+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimUgvLSrymmqFsS6lNjk90UkKpDvdJTeC0VsqxDmtKCJh1Ww1pJwztDGtBjdNmAAghCvY1sfunPzOUl9IedIY-NvTeI1ffJg1pSePdR4Qyyv6ny_dt3NUvj_k7iLqPIT6qePQjEWfN-qI/s320/2b+copy.jpg" width="241" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pengobatan Gajah Ucok</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan mahout tersebut langsung menuju lokasi gajah Ucok untuk memeriksanya dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Hari sudah mulai gelap, dalam kondisi normal Ucok akan terlihat agresif bila didatangi orang lain selain mahoutnya apalagi disaat malam hari. Tapi saat itu Ucok tampak lemah, dipanggil saja malas untuk bergerak, perutnya terlihat membesar, dan dugaan saya adalah kembung. Makanan belum disentuhnya sama sekali, nafsu makannya hilang. Saya meminta mahout tersebut untuk membawa Ucok mendekati camp agar bisa diobati dan dimonitoring, karena kembung sangat berbahaya dan bila tidak diatasi secepatnya sering menyebabkan kematian. Kami berdua menyadari bahwa Ucok adalah gajah jantan di PLG Seblat yang tergolong agresif, untuk itu saya memanggil mahout lainnya untuk bisa membantu membawa Ucok mendekati camp, karena bila hanya satu orang dan itupun bukan mahout yang sehari-hari merawatnya tentu berbahaya. Akhirnya kami berhasil membawanya dan memindahkannya ke tempat yang datar dan lebih mudah diamati. Dan saya meminta mahasiswa untuk memindahkan makanannya ke tempat yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEc8JS16wm2F_6chygrG4bsjxS085FLqjrH0O8RAtDgIeSp87AyhTEyowal3lLz9NoiPVLrvHhBL8goQyYIbQiziEvqYev2OCFfR4wawNfmM_hVns9hizVxPSY-AQ8pCXmXLMqvrG2xiw/s1600/2c+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEc8JS16wm2F_6chygrG4bsjxS085FLqjrH0O8RAtDgIeSp87AyhTEyowal3lLz9NoiPVLrvHhBL8goQyYIbQiziEvqYev2OCFfR4wawNfmM_hVns9hizVxPSY-AQ8pCXmXLMqvrG2xiw/s400/2c+copy.jpg" width="278" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pengobatan Gajah Ucok</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sambil menunggu mahout Ucok datang kembali ke camp gajah, saya mengajak mahasiswa untuk menyiapkan obat-obatan yang diperlukan dan terlibat langsung dalam pengobatan mulai dari penghitungan dosis sampai dengan aplikasinya, karena belajar yang efektif adalah <i>learning by doing</i>. Malam itu kami melakukan pengobatan gajah Ucok hingga jam setengah 9 malam. Akhirnya gajah mau makan kembali dan tampak lebih aktif, tapi bagi saya kondisinya masih mengkhawatirkan. Mahout tetap berjaga dan rutin mengontrolnya hingga pagi. Saat terbangun di pagi hari saya langsung melihatnya, kondisinya masih lemah tidak seaktif biasanya, tidak ada bekas buang kotoran, tapi sudah bisa buang angin/ kentut dan sudah mau berjalan-jalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi saya pengobatan gajah seperti itu juga merupakan pelajaran bagi para calon dokter hewan yang ingin bekerja untuk konservasi satwa liar, bahwa profesi dokter hewan bekerja tidak terbatas waktu, meski jam kerja berakhir pukul 4 sore namun setelah itu terkadang kami masih harus bekerja kembali hingga malam bahkan sampai pagi lagi, disaat jam kerja belum dimulai. Praktisi dokter hewan untuk satwa liar juga tidak mengenal hari libur atau tanggal merah karena satwa sakit dan yang butuh pertolongan juga tidak menyesuaikan kalender kapan hari kerja dan kapan hari libur. Untuk itu belajar medik konservasi itu tidak cukup hanya memahami teori dan bisa mempraktekannya dengan baik ilmu kedokteran hewan, namun juga belajar ilmu pengetahuan lainnya yang berkaitan serta bisa menerima konsekuensi lainnya yang berhubungan dengan profesi dibidang medik konservasi. Semua itu akan bisa diterima bila kita mencintai profesi yang kita miliki dan bekerja dengan hati. Bagi saya pribadi sebagai dokter hewan yang bekerja untuk konservasi satwa liar, tidak hanya cukup sekedar berbagi pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki pada calon-calon dokter hewan baru, tapi yang terberat adalah bisa menginspirasi mereka agar kelak sudi bekerja dibidang yang sama dimana pun berada sesuai dengan minat masing-masing karena Indonesia memiliki keanekaragaman spesies satwa liar yang tinggi tidak sebanding dengan jumlah dokter hewan yang langka untuk bidang medik konservasi, karena bagi saya generasi penerus itu penting untuk melanjutkan pekerjaan kita. </div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcuVzF62nYNOQ3U0iw-NNoOn8kSoa3tccYzZdORtcmIxvAxHgT2TYddv78jOWr-05nOI0PJCMxX1_VM01KJxZrSvb_c4ib5M8GXGDUVzwSeuJzWfkN8n4PgSgGzsg4uM6K2KIBKkfhL08/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcuVzF62nYNOQ3U0iw-NNoOn8kSoa3tccYzZdORtcmIxvAxHgT2TYddv78jOWr-05nOI0PJCMxX1_VM01KJxZrSvb_c4ib5M8GXGDUVzwSeuJzWfkN8n4PgSgGzsg4uM6K2KIBKkfhL08/s400/1c+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gajah Ucok setelah Pengobatan</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com2Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia-3.2663246 101.9804613-7.3174216 96.8168873 0.78477240000000048 107.1440353tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-31888963498983228852016-05-22T16:02:00.000-07:002016-06-10T05:55:08.748-07:00Narasumber COP School Batch #6<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWahLnlBGOjZV07wuXNhJCCpS74Xu45KdbEdbZlumoYgZMHhQDxF9InsSjdqnJoEcdowXjw39_Q9KAuXlfFT0dWvenFBN4-G7clD0N848YoS-q26fUWSaw0wy9KSB0kIgnFBGWMfaKASA/s1600/1l.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWahLnlBGOjZV07wuXNhJCCpS74Xu45KdbEdbZlumoYgZMHhQDxF9InsSjdqnJoEcdowXjw39_Q9KAuXlfFT0dWvenFBN4-G7clD0N848YoS-q26fUWSaw0wy9KSB0kIgnFBGWMfaKASA/s400/1l.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peserta COP School Batch #6</td></tr>
</tbody></table>
Ketiga kalinya saya ikut terlibat mengisi acara COP School yang diadakan rutin oleh Centre for Orangutan Protection (COP). COP School merupakan sebuah wadah untuk para generasi muda dan relawan dengan latar belakang beragam, guna mendapatkan pembekalan dan pembelajaran serta informasi tentang upaya-upaya konservasi satwa liar yang ada di Indonesia dan materi lainnya yang relevan. COP School diadakan setiap tahun di Yogyakarta dengan peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia maupun dari negara lain. Alumni COP School banyak yang menjadi relawan untuk kegiatan-kegiatan konservasi bahkan ada yang telah bekerja untuk konservasi satwa liar di banyak lembaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2015 lalu saya tidak bisa mengikuti acara COP School Batch #5 karena waktunya bersamaan dengan kegiatan saya membantu persiapan penelitian yang dilakukan oleh Copenhagen Zoo bersama Taman Nasional Baluran di Situbondo, Jawa Timur. Saya membantu memberikan pelatihan tentang pembiusan kucing besar dan penanganannya untuk keperluan penelitian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQMSUCT52ynGAgS2s7LT_CxgOO8iReHiyZ8-qHq8J0JnjuvuGXkUma7UO81pyuhmgtfrlHDgSKQVMrWSkwXAVeJg3RbvqYvZs6Z7-Oa909E3S9uZuncQRH-3QmRLeP7BH7ldzM9KpiRi4/s1600/1i.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQMSUCT52ynGAgS2s7LT_CxgOO8iReHiyZ8-qHq8J0JnjuvuGXkUma7UO81pyuhmgtfrlHDgSKQVMrWSkwXAVeJg3RbvqYvZs6Z7-Oa909E3S9uZuncQRH-3QmRLeP7BH7ldzM9KpiRi4/s320/1i.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Animals Indonesia mengisi acara COP School Batch #6</td></tr>
</tbody></table>
Tahun ini saya mendapatkan kesempatan untuk terlibat kembali dalam memberikan materi di acara COP School Batch #6 di Yogyakarta yang diadakan bulan Mei 2016. Dalam acara tersebut juga melibatkan beberapa lembaga besar seperti Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), Orangutan Land Trust, Animals Indonesia, Mongabay dan lain-lain yang diundang untuk berbagi informasi mengenai upaya-upaya konservasi satwa liar di Indonesia selain dari Centre for Orangutan Protection (COP) sendiri. Biasanya juga melibatkan Orangutan Information Centre (OIC) dan Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP). Kebetulan di bulan Mei saya disibukkan dengan banyaknya pekerjaan di BKSDA Bengkulu maka tidak seperti biasanya, saya tidak bisa mengikuti acara tersebut full time. Kebetulan saya mendapat bagian tugas untuk memberikan materi tentang Animal Welfare, yang dihubungkan dengan Medik Konservasi yang merupakan bidang kerja saya selama ini. Di acara COP School sebelumnya saya memberikan materi tentang Wildlife Rescue, Human-Wildlife Conflicts, kemudian tentang Lembaga Konservasi Eksitu dan regulasinya. Bahan presentasi yang akan saya sampaikan pun baru dapat saya kerjakan di airport sambil menunggu penerbangan, karena hanya itulah kesempatan yang saya punya saat itu. Sebelumnya waktu saya sudah banyak tersita untuk kegiatan di Pusat Latihan Gajah Seblat, juga di kantor balai maupun seksi, membuat lima proposal kegiatan, desain kandang dan rencana kegiatan untuk membantu teman -teman di kantor Seksi dan Kantor Resort, membantu Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan Bagian Kerjasama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #f6b26b;"><b>Jumat, tanggal 20 Mei 2016</b> </span>pukul 16.10 WIB, saya berangkat menuju Yogyakarta dari Bengkulu dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia, transit terlebih dulu di Bandara Soekarno Hatta, karena delay akhirnya baru sampai di Bandara Adi Sucipto pukul 10 malam. Seorang alumni COP School dan sekarang sebagai pengurus kegiatan COP School Batch #6 telah menunggu untuk menjemput saya di bandara, yang saya ingat bahwa lokasi COP School itu berada di daerah terpencil di lereng Gunung Merapi, tentu akan sulit untuk mencari makan malam disekitar lokasi kegiatan. Saya putuskan untuk mencari makan malam dulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Ledok Sambi, Kaliurang yang merupakan lokasi kegiatan. Makanan yang saya cari tidak ditemukan meski kami berdua telah menelusuri jalan dan ternyata sudah banyak rumah makan yang tutup karena waktu sudah menjelang tengah malam. Sampai di lokasi sudah jam 22.30 WIB, teman-teman COP dan volunteer belum tidur, kami pun masih terlibat perbincangan dan saya menyelesaikan presentasi saya sebelum istirahat dan dilanjutkan pagi harinya.<br />
<br />
<b><span style="color: #f6b26b;">Sabtu, tanggal 21 Mei 2016</span></b><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic7qhgr_iVgG9Lvdr-v6THBi1cSXTSWnizgUMf6SsJqDArkNfkvGHZzS5FKCoVZLFmr1RoM9_u4O9TcBq3llcr-OdtgiPZUmGyxN9CddUOVUUlH6YEoeZlYyQnZcfRgUMkRXUVCZvQZl4/s1600/3c.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic7qhgr_iVgG9Lvdr-v6THBi1cSXTSWnizgUMf6SsJqDArkNfkvGHZzS5FKCoVZLFmr1RoM9_u4O9TcBq3llcr-OdtgiPZUmGyxN9CddUOVUUlH6YEoeZlYyQnZcfRgUMkRXUVCZvQZl4/s320/3c.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Esok harinya adalah jadwal saya untuk berbagi informasi dan presentasi tentang Animal Welfare dalam mendukung Medik Konservasi kepada para peserta COP School Batch #6, dan diakhiri dengan simulasi tentang tugas kelompok dengan mencoba membuat desain kandang untuk satwa liar dengan memperhatikan 5 aspek kesejahteraan satwa yang harus dipenuhi. Hal ini untuk mendorong kreativitas seseorang dalam menciptakan lingkungan yang sesuai dengan spesies masing-masing satwa liar yang dikandangkan tanpa mengabaikan kesejahteraan satwa. Kenapa ini penting ? karena ini adalah hak dasar satwa yang harus dipenuhi selama dalam perawatan manusia. Banyak permasalahan kesehatan dan gangguan psikologis pada satwa terjadi pada saat kesejahteraan satwa kurang diperhatikan. Dalam presentasi tersebut saya memberikan contoh-contoh nyata satwa liar yang akhirnya mengalami gangguan kesehatan dan psikologis saat hak-hak mereka untuk hidup lebih sejahtera tidak terpenuhi, dan bagaimana cara mengobatinya dan menanganinya. Penanganan dan pengobatan gangguan kesehatan yang bersifat fisik jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan gangguan kesehatan akibat gangguan psikologis yang membutuhkan waktu lama untuk menormalkan kembali. Untuk itu kita dituntut memahami behavior satwa, kondisi lingkungan alami, dan disesuaikan juga dengan tingkat usia. Saya sendiri hanya pernah belajar sedikit teori-teori tentang animal welfare, dan lebih banyak mendapatkan pengalaman langsung dari lapangan dan dituntut untuk kreatif mengatasinya dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ada. Pengalaman-pengalaman seperti itu sangat berharga, dan saya ingin berbagi pengalaman tersebut kepada para peserta COP School Batch #6.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-74UgFhyphenhyphenebFlbyfRyey9ZpLXZ1S3x6qSiFvDQAP4Poc9IFsX2rHSiyBvGhj6uGCcpK_manKp1Ro8_Axjvm8vXke-Sd5a4IYJ1bJM5YkISnhu7eOMaux_4gFReJNsAhdFrZNyoSrc_Cds/s1600/3a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-74UgFhyphenhyphenebFlbyfRyey9ZpLXZ1S3x6qSiFvDQAP4Poc9IFsX2rHSiyBvGhj6uGCcpK_manKp1Ro8_Axjvm8vXke-Sd5a4IYJ1bJM5YkISnhu7eOMaux_4gFReJNsAhdFrZNyoSrc_Cds/s400/3a.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama peserta COP School Batch #6 dari Universitas Riau Sumatera<br />
dan Kalimantan Barat</td></tr>
</tbody></table>
Dalam acara COP School kali ini saya banyak bertemu dengan orang baru sehingga menambah pertemanan dan ada juga yang sudah saya kenal sebelumnya, selain itu saya juga dipertemukan dengan kolega dokter hewan yang sama-sama merupakan alumni Universitas Airlangga Surabaya. Diantara para peserta COP School Batch #6 diantaranya juga ada mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dari Universitas Brawijaya Malang, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Universitas Hasanudin Makasar.<br />
<br />
Hari itu saya mendapat khabar bahwa mahasiswa saya dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada juga telah sampai di Bengkulu yang akan belajar di tempat saya yang merupakan bagian dari kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan / Ko-Asistensi. Mereka harus menunggu dua hari karena terlebih dulu mereka harus mengurus simaksi di Kantor BKSDA Bengkulu di hari Senin. Akhirnya saya meminta bantuan pada teman-teman di BKSDA Bengkulu dalam menyediakan tempat tinggal sementara bagi mereka selama berada di Kota Bengkulu, dan mengurus pemesanan mobil untuk transportasi pada hari Senin tanggal 22 Mei 2016 menuju ke lokasi praktek di kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara, karena praktek kali ini akan difokuskan pada perawatan medis untuk gajah dan harimau sumatera disana.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEOhf1p9MClm9bfDHVfnAOLRmGaVSd1WsdGCYx2SDzmnNcw1UeWYeF8FifZIMKcQ92mAyay7HWIBCvk00L0t7IR0Fcw5oNNniqCCzRCF6VvkoP3Sxxqux6Ylwp3pf43mxmem2w-YAgngQ/s1600/1k.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEOhf1p9MClm9bfDHVfnAOLRmGaVSd1WsdGCYx2SDzmnNcw1UeWYeF8FifZIMKcQ92mAyay7HWIBCvk00L0t7IR0Fcw5oNNniqCCzRCF6VvkoP3Sxxqux6Ylwp3pf43mxmem2w-YAgngQ/s320/1k.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Berbagi pengalaman dengan peserta COP School Batch #6</td></tr>
</tbody></table>
<b><span style="color: #f6b26b;">Minggu, tanggal 22 Mei 2016</span></b> pukul 12.20 WIB adalah penerbangan saya kembali ke Bengkulu. Namun hari itu ternyata saya masih harus presentasi sekali lagi di acara COP School. Materi tersulit bagi saya untuk disampaikan, karena bukan tentang medik konservasi atau tentang satwa liar, namun kali ini saya diminta untuk berbagi cerita tentang perjalanan hidup saya bekerja untuk konservasi satwa liar baik di dalam maupun di luar negeri. Cerita ini untuk memberi inspirasi dan semangat bagi para peserta COP School yang ingin bekerja untuk konservasi satwa liar atau ingin menjadi relawan dibidang itu. Semua orang dengan latar belakang apapun dapat berkonstribusi bagi konservasi satwa liar di Indonesia. Dan yang perlu dipahami bahwa bekerja untuk konservasi satwa liar tidak selalu mudah, terkadang banyak tantangan dan permasalahan sehingga dituntut kepedulian dan pengorbanan yang tinggi serta kesabaran dan semangat pantang menyerah dalam menjalaninya. Dan jangan terlalu banyak berharap imbalan dengan apa yang telah kita lakukan, karena pekerjaan ini dilakukan dengan hati, dan dengan bahagia karena bisa menolong makhluk lainnya, memperbaiki nasibnya agar menjadi lebih baik, tanpa ditunggangi kepentingan apapun.<br />
<br />
Saya tidak punya banyak waktu untuk diskusi dan tanya - jawab karena selesai memberikan presentasi, saya langsung menuju bandara untuk kembali ke Bengkulu. Sesampainya di Bengkulu malam hari, dan perjalanan saya selanjutnya adalah menuju ke hutan untuk penanganan gajah. Terpaksa mahasiswa FKH UGM pun saya tinggalkan dan meminta teman-teman di Kantor BKSDA Bengkulu untuk membantu pengurusan simaksi dan transportasi menuju TWA Seblat, disaat saya sendiri sudah berada di lapangan untuk gajah. Bekerja untuk satwa liar memang harus selalu siap sedia, karena permasalahan satwa liar bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa diduga.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<i><span style="color: #f6b26b;">"Hidup ini akan menjadi lebih berarti disaat kita mampu berbagi. Begitu juga dengan pengetahuan dan pengalaman, akan menjadi lebih bermakna bila kita bisa berbagi pada sesama" </span></i></div>
</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia-7.7955798 110.36948959999995-7.9214328 110.20812809999995 -7.6697267999999994 110.53085109999995tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-24809688210721669162016-04-11T06:47:00.000-07:002016-06-21T06:52:28.473-07:00Menikmati setiap pekerjaan sebagai dokter hewan dan bukan menganggapnya sebagai beban<b><br /></b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgflTBLZnF08HVu58ZKA3DjCl0HXOYBNmJFUa9sc7FinvH2vyIwb8yYG3pPg2brQDQMuniRpUDQ3fSLEa4-aAkWfyR_FXyhOW5b7ECkhILcheRGWHZ8jN24vngtO6WoVW0_63_pWD5PNPI/s1600/z3+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgflTBLZnF08HVu58ZKA3DjCl0HXOYBNmJFUa9sc7FinvH2vyIwb8yYG3pPg2brQDQMuniRpUDQ3fSLEa4-aAkWfyR_FXyhOW5b7ECkhILcheRGWHZ8jN24vngtO6WoVW0_63_pWD5PNPI/s400/z3+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Axis axis (Rusa totol)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<b>Tanggal 30 - 31 Maret 2016, </b><span style="text-align: justify;">Selama dua hari aku akan membantu pembiusan 3 ekor rusa</span><span style="text-align: justify;"> untuk direlokasi dari satu penangkaran ke penangkaran lainnya antar kabupaten di Provinsi Bengkulu. Permintaan bantuan ini sebenarnya sudah beberapa bulan sebelumnya namun aku sendiri kesulitan menyediakan waktu untuk bisa membantu mengingat kegiatanku di banyak tempat belum bisa ditinggalkan. Selama ini orang mengenalku sebagai dokter hewan khusus satwa liar yang tidak hanya sering melakukan pembiusan pada harimau dan gajah saja tetapi juga sebagai pembius rusa, mungkin karena sering berhasil melakukan pembiusan dan relokasi rusa tanpa ada kendala maka akhirnya sering juga dimintai bantuan untuk itu tidak hanya di Provinsi Bengkulu saja namun juga men-supervisi dan memberikan konsultasi tentang pembiusan rusa di tempat lainnya seperti di Jambi, Sumatera Selatan, Aceh, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur, bahkan pernah juga men-supervisi pembiusan rusa di negara lain yang merupakan habitat alami rusa tutul. Sejujurnya, pembiusan satwa liar yang paling tidak aku sukai adalah membius rusa, terutama rusa tutul, karena efek samping yang buruk dari pembiusan sering terjadi, apalagi bila menggunakan <i>chemical restraint </i>dengan kombinasi obat Xylazine dan Ketamine HCl. Namun saat itu aku lebih memilih menggunakan Zoletyl yang relative lebih aman untuk rusa. Selain itu melakukan immobilisasi pada rusa perlu melibatkan tim yang berpengalaman untuk menghindari hal-hal buruk terjadi selama proses pembiusan dan saat transportasi. Kebetulan kami sudah memiliki tim pembiusan satwa liar yang solid dan terlatih, tidak hanya untuk satwa rusa dan harimau saja tetapi juga satwa liar jenis lainnya. Mereka tidak belajar secara khusus dan tidak memiliki latar belakang pendidikan medik veteriner ataupun paramedik veteriner, tapi menjadi berpengalaman karena sering mengikuti proses pembiusan satwa liar yang aku lakukan selama bertahun-tahun. Alasan lain kenapa aku tidak menyukai melakukan pembiusan rusa karena tidak bisa dilakukan sendirian dan harus melibatkan tim atau orang lain untuk membantu <i>physical restraint. </i>Pembiusan rusa akan berhasil bila dilakukan dengan mengkombinasikan antara <i>chemical restraint</i> dan <i>physical restraint</i>, seperti halnya pembiusan jerapah dan gajah liar di habitatnya. </span><br />
<span style="text-align: justify;"><i><br /></i></span>
<span style="text-align: justify;">Kebetulan mulai tahun 2016 kami difasilitasi oleh anggaran negara untuk melengkapi peralatan rescue satwa liar setelah selama 9 tahun lebih berkecimpung dalam pekerjaan itu dan berhadapan dengan harimau liar yang selalu menerkam setiap kali akan dilepaskan dari jerat pemburu, aku mulai mempertimbangkan tentang keselamatan dan keamanan diri dan tim saat rescue harimau yang sudah terlepas dari jerat pemburu, sehingga peralatan pembiusan yang aman diperlukan, maka pada saat kondisi berbahaya aku tidak akan menggunakan sumpit bius lagi atau pembiusan jarak dekat. Akhirnya aku pun memiliki senjata bius baru sesuai dengan yang kubutuhkan dilapangan. Dan senjata bius ini juga bisa kami pakai untuk pembiusan rusa dari jarak jauh. Selain itu aku juga mulai sedikit demi sedikit melengkapi peralatan pembiusan lainnya dan peralatan bedah veteriner, berharap suatu saat kami diberi tempat khusus untuk perawatan satwa liar di BKSDA Bengkulu, dan tidak perlu lagi melakukan operasi amputasi atau bedah dan pengobatan pada harimau dan satwa liar lainnya di halaman belakang kantor atau di lorong-lorong kantor. Sedih rasanya, untuk penanganan satwa liar yang hampir punah dan satwa liar yang menjadi fokus pemerintah untuk dilestarikan hanya mendapatkan perlakukan seperti itu dibandingkan dengan kegiatan dibidang kehutanan lainnya yang lebih banyak menghabiskan anggaran, tetapi bila menyangkut nasib satwa liar korban konflik dan perburuan tak banyak yang bisa difasilitasi. Sebagai dokter hewan tentu aku merasa bahwa masih banyak yang harus diperjuangkan dan masih harus terus-menerus mencari dukungan dari banyak pihak untuk kepentingan satwa liar yang statusnya <i>critically endangered species</i> menurut IUCN dan termasuk species yang menjadi fokus negara untuk ditingkatkan populasinya karena kondisinya sudah kritis dan sebentar lagi punah bila tidak ada upaya serius untuk melestarikannya.</span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRPE_SmeiS-pvoGYwBpCvVuAqkMeFE1YZiK_yyZNB-rfthVtxid_d1gXbuTWE71j-alVbQ9DIbN_L_8-re-jQrf4W6hcav-YZ8LItmd08SLmYH_NPljG9ccGTtjKYuhqDu1pBrOpFldXA/s1600/z5+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRPE_SmeiS-pvoGYwBpCvVuAqkMeFE1YZiK_yyZNB-rfthVtxid_d1gXbuTWE71j-alVbQ9DIbN_L_8-re-jQrf4W6hcav-YZ8LItmd08SLmYH_NPljG9ccGTtjKYuhqDu1pBrOpFldXA/s400/z5+copy.jpg" width="321" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pembiusan rusa totol</td></tr>
</tbody></table>
<span style="text-align: justify;">Kembali cerita soal rusa, pada hari Kamis tanggal 31 Maret 2016 kami merelokasi 3 ekor rusa ke Kabupaten Bengkulu Utara, tidak ada masalah selama pembiusan dan translokasi, semua berjalan dengan baik, namun masalah baru muncul setelah direlease di penangkaran yang baru. Pada malam hari seekor rusa menabrak dan berhasil menerobos pagar berduri pembatas perkebunan sawit, meski tidak ada luka fisik tetapi cukup menimbulkan stress sehingga rusa hanya terbaring tanpa mau bangun kembali. Aku tidak begitu saja percaya saat melihat kondisi rusa setelah dilepaskan baik-baik saja, mereka tampak berjalan-jalan mengelilingi kandang yang luas (perkebunan sawit yang dipagar sekeliling) untuk orientasi lokasi baru sampai menghilang dari pandangan. Meskipun begitu aku dan kawan-kawan masih monitoring rusa setelah pelepasan. Ternyata benar, malam itu aku ingin sekali melihatnya lagi, mengajak salah satu pekerja disana untuk mencari rusa-rusa yang sudah dilepaskan, dari atas sebuah bangunan yang belum jadi dekat perkebunan sawit aku mencoba mengarahkan headlamp dan senter ke segala arah, tiba-tiba menemukan seekor rusa yang berjalan sempoyongan dan ambruk tidak bisa berdiri sendiri. Saat itu juga aku langsung berlari turun ditemani salah satu orang disana tanpa peduli tanah yang kupijak naik turun untuk mencari lokasi rusa tersebut terjatuh dengan mengandalkan headlamp karena sekitarku tampak gelap gulita tanpa ada penerangan. Posisi rusa sudah berada diluar pagar berduri pembatas perkebunan sawit. Saya mencoba menganalisa apa yang telah terjadi dengan memeriksa sekeliling sendirian karena karyawan yang bersamaku sebelumnya aku mintai tolong untuk mengambil obat-obatan di ransel yang kuletakkan di dalam mobil dan meminta bantuan kawan lainnya. Menurutku penyebab rusa tersebut ambruk karena stress, kemungkinan ada sesuatu yang menakutinya sehingga berlari dan menabrak pagar berduri malam-malam, sehingga menyebabkan jalan sempoyongan sebelum akhirnya ambruk. Aku mendekati rusa pelan-pelan agar tidak terkejut, akhirnya aku bisa memegangnya, selama obat-obatan dan peralatan medis belum datang, kucoba untuk memenangkannya dengan mengelus-elus bagian bawah leher, dan badannya serta memeriksa kondisi fisiknya. Rusa merasa tidak terganggu dan tampak lebih tenang. Dalam kondisi darurat seperti itu, terasa lama sekali bantuan datang dan aku mulai tak sabar menunggu yang lain datang membawa obat dan alat medis, padahal aku tahu bahwa lokasi mobil dan lokasi rusa jaraknya lumayan jauh. Saat orang-orang telah datang, rusa mulai terganggu sehingga aku hanya membolehkan satu orang saja yang mendekat membantuku untuk merawat rusa, lainnya menunggu dari jarak jauh. Saya periksa frekuensi detak jantungnya dan temperaturenya, serta mulai merawatnya agar kondisinya menjadi lebih baik. Sebelum melakukan terapi apapun, rusa sudah mampu berdiri dan berjalan normal kembali. Baru kali inilah aku mengobati satwa hanya cukup dengan cara dielus-elus saja untuk menenangkannya, meskipun satwa itu perilakunya masih liar dan bukan satwa liar yang sudah dijinakan......hehehe ! </span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;"><b>Dini hari tanggal 1 April 2016</b> kami baru saja selesai bekerja untuk penanganan rusa di Kabupaten Bengkulu Utara, saat itu dalam kondisi kelelahan dan mengantuk tiba-tiba hand phone-ku berdering berulang kali yang menginformasikan ada seekor kukang yang terkena sengatan listrik tegangan tinggi di areal PLN (Perusahaan Listrik Negara) di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu yang membutuhkan pertolongan. Ya....seperti biasa, panggilan darurat itu sering datang sewaktu-waktu tanpa diduga.</span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFSaHvcsEMFMNFkD8YnoqIgLXOaHMT0C_tHnr5TFsh6R-3E6lPpLGupenm00Pfi9azLGRhefekKiVjgKC-QcAcO-3yPTw-ab72QFHBl_038TFzVoIsL8F2PtzxQZPyuaSBkwDd0jUVeWA/s1600/2a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFSaHvcsEMFMNFkD8YnoqIgLXOaHMT0C_tHnr5TFsh6R-3E6lPpLGupenm00Pfi9azLGRhefekKiVjgKC-QcAcO-3yPTw-ab72QFHBl_038TFzVoIsL8F2PtzxQZPyuaSBkwDd0jUVeWA/s400/2a+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Reporter & Cameraman Kick Andy Talkshow<br />
bersama Mahout PKG Seblat, Bengkulu</td></tr>
</tbody></table>
<span style="text-align: justify;">Meskipun baru kembali ke Kota Bengkulu dini hari, namun pagi harinya aku sudah pergi ke kantor BKSDA Bengkulu untuk koordinasi dengan humas dan pimpinan yang baru tentang berbagai hal yakni mengenai rencana kerjasama dengan Pertamina untuk upaya konservasi harimau, tentang kasus kukang yang ada di seksi wilayah I KSDA Bengkulu, serta tentang pembuatan simaksi dan mengambil SPT (Surat Perintah Tugas) melakukan liputan Kick Andy tentang aktivitas saya sebagai dokter hewan untuk keperluan acara talkshow dengan tema <i>"Pengabdian Para Dokter",</i> dan mengambil lokasi di salah satu kawasan konservasi di Bengkulu, serta rencanaku untuk melihat kembali kondisi gajah-gajah yang sebelumnya bermasalah dan telah diambil sampel darahnya untuk pemeriksaan laboratorium serta yang telah mendapatkan pengobatan karena menderita otitis di PKG Seblat, sekaligus ingin melihat kondisi harimau serta waktunya pemeriksaan feces dan pencegahan penyakit parasiter, aku abaikan rasa capek setelah dua hari menangani rusa di luar kota tanpa bisa banyak istirahat, hari itu juga tanggal 1 April 2016 aku kembali melakukan perjalanan menuju TWA Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara. </span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Selama dalam perjalanan mencoba untuk berkoordinasi untuk penanganan dan pengobatan kukang (<i>Nycticebus coucang</i>) di kabupaten lainnya. Ada 5 ekor kukang yang harus ditangani di Provinsi Bengkulu dan 2 ekor kukang di Provinsi Sumatera Selatan. Aku berusaha meyakinkan petugas di lokasi tersebut bahwa kukang perlu diperiksa terlebih dulu dan tidak bisa langsung dilepasliarkan kembali apalagi merupakan hasil penyitaan dari perdagangan illegal, perlu proses karantina dan pemeriksaan medis serta monitoring perilaku untuk menyatakan layak untuk segera dilepasliarkan atau ditunda terlebih dahulu. Selama ini yang menjadi masalah besar yang berhubungan dengan penanganan satwa liar selain harimau dan beruang madu, seringkali para petugas polisi kehutanan tidak melibatkan tenaga profesional dokter hewan dalam penanganan satwa sehingga sering melakukan pelepasliaran satwa liar hasil penyitaan dari perdagangan illegal tanpa melakukan pemeriksaan medis dan langsung begitu saja dilepaskan disertai dengan kegiatan ceremonial, tanpa peduli apakah satwa tersebut bermasalah dengan kondisi fisiknya atau kesehatannya atau perilakunya dan adapatasi terhadap makanan alaminya. Bagi mereka asalkan ada Berita Acara Pelepasliaran dan laporan sudah cukup, tanpa peduli apakah satwa yang dilepasliarkan bisa bertahan hidup atau tidak.</span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Bagi kami sebagai dokter hewan yang sudah lama berkecimpung menangani satwa hasil penyitaan dari perdagangan dan kepemilikan illegal di masyarakat serta hasil penyelamatan dari korban konflik dan perburuan di Pusat Penyelamatan Satwa, Pusat Rehabilitasi Satwa, Stasiun Karantina, Rumah Sakit Satwa Liar dan lain-lain, benar-benar memahami bagaimana proses yang harus dijalani oleh satwa sampai bisa dinyatakan layak untuk dilepasliarkan kembali, tentu merasa sangat sedih dan prihatin dengan kondisi seperti itu apalagi dilakukan oleh petugas terkait yang seharusnya bisa menangani satwa dengan baik sesuai prosedur. Bahkan kadang aku pun harus menerima khabar buruk kematian satwa karena salah penanganan atau perlakuan yang tidak layak, disisi lain aku harus menghadapi arogansi petugas terkait yang selalu merasa benar dengan keputusannya dan merasa mampu untuk menangani satwa tapi kenyataannya tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan saat berdebat soal itu dengan mereka aku seolah-olah ditertawakan dan menganggap bahwa yang mereka lakukan sudah benar adanya.</span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGrQSfeuV1M8JYGr9ZyN36cMstoLx00fd3yHd8h1r6DKKfKVpkmqAtzuhPpm8EXOvXXbEbxSXoIp8r7xx5S_YDN-G_bMHodtJHo_5DPoEHqEQJM7AhVJ5k6oyjnIlqAsnNgg6MboIlvI/s1600/2m.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGrQSfeuV1M8JYGr9ZyN36cMstoLx00fd3yHd8h1r6DKKfKVpkmqAtzuhPpm8EXOvXXbEbxSXoIp8r7xx5S_YDN-G_bMHodtJHo_5DPoEHqEQJM7AhVJ5k6oyjnIlqAsnNgg6MboIlvI/s400/2m.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemeriksaan dan Pengobatan Kukang di PPS Sumatera Selatan</td></tr>
</tbody></table>
<span style="text-align: justify;">Minggu malam, tanggal 3 April 2016 aku kembali ke Kota Bengkulu dari pulang perjalanan ke Kabupaten Bengkulu Utara. Malam itu aku telah disibukkan kembali untuk mempersiapkan worksheets guna pemeriksaan 7 ekor kukang yang berada di PPS (Pusat Penyelamatan Satwa) Sumatera di Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, 5 ekor kukang merupakan titipan BKSDA Bengkulu dan 2 ekor kukang lainnya adalah titipan BKSDA Sumatera Selatan. Esok paginya aku masih menyempatkan diri ke kantor BKSDA Bengkulu untuk mengambil obat-obatan dan peralatan medis dan langsung berangkat lagi menuju Sumatera Selatan untuk pemeriksaan medis dan pengobatan kukang yang sedang menjalani proses karantina. Saat sedang dalam perjalanan, aku sambil menjawab dan menanggapi permintaan beberapa media nasional mumpung signal masih lancar. </span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Waktuku sangat terbatas untuk melakukan pemeriksaan medis pada kukang sebelum akhirnya aku harus kembali lagi ke Kota Bengkulu. Sebenarnya aku hanya bisa menyediakan waktu selama 3 hari, meski pada kenyataannya harus molor menjadi empat hari, dan dua hari sudah habis terpakai untuk perjalanan pergi pulang, jadi efektif bekerja hanya dua hari saja, belum terkadang terganggu oleh cuaca buruk (hujan deras) yang menyebabkan kegiatan terhenti. Dalam dua hari akhirnya selesai juga memeriksa kukang-kukang tersebut, dan aku kembali ke Kota Bengkulu hari Kamis tanggal 6 April 2016. Aku hanya memiliki waktu satu hari di Kota Bengkulu yakni hari Jumat untuk efektif bekerja membuat laporan medis hasil pemeriksaan kukang dan membuat materi oral presentation untuk persiapan jadi narasumber seminar di Universitas Airlangga, Surabaya yang diadakan pada hari Minggu tanggal 10 April 2016.</span><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhydHFywtG-DeS3Aefug4syyhcT2pzg6CYmkV2l7arzBdluLOQSfH-I_LF9b2eQK2fwiVg-RJVdpZdVfjdl92eW8wjLieZ769hosJok9X0tHOyblKDpVEoUctCRQVy6lEGVXo5R7o4Yh2s/s1600/z6.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhydHFywtG-DeS3Aefug4syyhcT2pzg6CYmkV2l7arzBdluLOQSfH-I_LF9b2eQK2fwiVg-RJVdpZdVfjdl92eW8wjLieZ769hosJok9X0tHOyblKDpVEoUctCRQVy6lEGVXo5R7o4Yh2s/s320/z6.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seminar "Conservation Through Responsible Tourism"<br />di Rektorat Universitas Airlangga, Surabaya</td></tr>
</tbody></table>
<span style="text-align: justify;">Setiap menit itu sangat berharga, memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat bukanlah kuanggap sebagai beban bila kita bisa menikmatinya. Dan arti menikmati bukan berarti selalu mendapatkan imbalan uang, bagiku melakukan suatu pekerjaan tidak harus selalu berorientasi untuk mendapatkan uang, bahkan sebaliknya aku sering keluar uang sendiri untuk membiayai pekerjaanku, namun juga ada yang berorientasi untuk menolong makhluk hidup lain yang membutuhkan, berorientasi untuk mencari atau meningkatkan pengalaman, dan lain-lain. Bila kita menjalani setiap kegiatan dengan hati bahagia, tulus dan ikhlas tentu bekerja bukanlah suatu beban berat, namun akan dinikmati sebagai salah satu dari kesenangan dan pengorbanan. Bahkan aku sendiri kesulitan untuk membedakan antara bekerja dan berwisata, karena dua-duanya bagiku mengandung makna yang sama, disaat aku sedang bekerja bagiku aku juga merasa sedang berwisata serta sebaliknya, mungkin karena aku selalu menikmati setiap pekerjaanku dengan senang hati dan tak menganggapnya sebuah beban tugas. </span></div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Bengkulu, Kota Bengkulu, Bengkulu, Indonesia-3.7928450999999992 102.26076409999996-4.0463370999999988 101.93804059999997 -3.5393530999999991 102.58348759999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-77098937549637997782016-03-25T05:52:00.000-07:002017-10-15T06:32:17.680-07:00Kembali ke hutan : mengunjungi kawasan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh18T8N0k2DfYwh298IC-sey17nKh2_n22vE92vboKtqWyGkBKLyNWUmPxkYMWYe-K_uODLIfWfo3oIK3fq1F8OuDAYEuzC8JR1Tzz7AaWP7rRCdJySRlVLK7Sns3sFV_bHQkUqHy_WRzw/s1600/1d.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh18T8N0k2DfYwh298IC-sey17nKh2_n22vE92vboKtqWyGkBKLyNWUmPxkYMWYe-K_uODLIfWfo3oIK3fq1F8OuDAYEuzC8JR1Tzz7AaWP7rRCdJySRlVLK7Sns3sFV_bHQkUqHy_WRzw/s400/1d.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Pekerjaanku dari dulu memang ada yang tidak bisa direncanakan waktunya, terkadang sedang duduk santai bersama teman atau keluarga tiba-tiba ada panggilan emergency dan harus segera berangkat ke lapangan, bahkan dalam kondisi sakit dan sedang istirahat total (bedrest) juga terpaksa harus bangun dan siap-siap pergi ke lapangan bila mendengar ada korban konflik atau perburuan satwa liar. Seperti pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016, pukul 11.32 WIB saat sedang beristirahat karena baru saja pulang dari hutan dan terasa capek, tiba-tiba ada panggilan untuk menangani rusa yang sakit di Taman Buru Semidang Bukit Kabu. Aku pun minta penjelasan gejala klinis yang terlihat sehingga bisa memprediksi obat-obatan dan peralatan medis apa yang perlu dibawa dan untuk mengetahui kondisinya kritis atau tidak, meskipun sebenarnya aku sendiri tidak memiliki stok obat-obatan yang memadai. Setelah mendengar penjelasan salah satu petugas melalui telephone, saya berkesimpulan bahwa kondisinya kritis dan perlu pertolongan segera, dan saya juga menyampaikan bahwa siap berangkat saat itu juga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun apa dikata, untuk kesekian kalinya memang aku harus menerima kenyataan bahwa satwa liar itu belum menjadi prioritas meskipun berhubungan dengan nyawa, jadinya kegiatan untuk mengobati pun masih harus ditunda karena menunggu jadwal berangkat kegiatan lainnya yakni sosialisasi pengamanan hutan yang sifatnya tidak mendesak dan bisa dirubah waktunya. Akhirnya saya menyadari bahwa untuk bisa pergi ke lokasi membutuhkan orang lain guna mengantar kesana karena tidak bisa pergi sendiri, tidak ada akses kendaraan umum menuju lokasi, mau nggak mau memang harus menunggu dan menyesuaikan dengan jadwal mereka. Hari itu kucoba melupakan masalah rusa dan mengisi waktu untuk membalas surat dari direktur KKH (Konservasi Keanekaragaman Hayati) - KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) tentang permintaan dokumentasi harimau sumatera sebagai bahan mereka menghadiri pertemuan "<i>3th Asian Ministerial Conference on Tiger Conservation</i>".<br />
<br />
Esok paginya saya teringat lagi dengan rusa yang sakit. Kuhubungi lagi salah satu petugas yang bekerja di wilayah tersebut, dan saya akhirnya dapat khabar menyedihkan bahwa rusa itu telah mati. Ini sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya, kemungkinan dia mati akan lebih besar. Namun yang disayangkan, paling tidak sebelum itu terjadi sudah harus ada usaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya daripada hanya menunggu kematian tanpa tindakan. Rusa itu juga sedang bunting tua, bila kami tidak bisa menyelamatkan induknya paling tidak bisa menyelamatkan janin yang ada dalam kandungannya. Tapi apa boleh buat, sebagai dokter hewan hal yang paling menyedihkan dalam menjalankan profesi adalah disaat kami seharusnya bisa melakukan sesuatu namun ada faktor lain yang tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan darurat sehingga satwa pun tidak bisa ditolong. Padahal dalam pengobatan satwa liar untuk tujuan konservasi kami para dokter hewan tidak pernah memikirkan berapa jasa yang harus dibayarkan bahkan sama sekali tak peduli ada uang jasa pelayanan medis atau tidak, karena kami biasa bekerja sukarela, profesi kami memang unik dibandingkan tenaga medis lainnya, karena kami memberikan kualitas pengobatan dan perawatan tidak berdasarkan kemampuan finansial yang bisa dibayarkan. Kami tidak pernah mendiskriminasikan pasien, semua mendapat pelayanan dengan kualitas yang sama, tidak mengenal tingkat kelas perawatan. Meskipun begitu, tetap saja kegiatan yang berhubungan dengan satwa liar belum menjadi prioritas untuk didulukan.<br />
<br />
Pukul 9 pagi rencana saya akan berangkat bersamaan dengan tim polisi kehutanan dan staff KPHK dari kantor BKSDA Bengkulu, namun saya minta ijin terlambat 30 menit karena masih harus menyelesaikan balasan email untuk KKH, listrik sering mati di Kota Bengkulu membuat banyak pekerjaan menjadi terganggu. Pukul 09.30 WIB saya sudah tiba di kantor BKSDA Bengkulu lengkap dengan barang bawaan saya yang seabrek, backpack, camera, box obat-obatan dan peralatan medis. Ternyata belum ada tanda-tanda untuk berangkat, mereka masih mendapat masalah dengan kendaraan patroli yang tidak diijinkan untuk dipakai, padahal kendaraan dinas terpajang berjajar memenuhi garasi kantor.....hehehe ! Saya termasuk orang yang suka berpikir sederhana dan logis, karena saya pun terlibat dengan kegiatan ini maka akhirnya ikut bicara dan menanyakan,"<i>Ini kendaraan dinas milik negara bukan ?, Kegiatan yang akan kita lakukan termasuk tugas negara bukan ?, Yang tidak mengijinkan mobil patroli ini dipakai bekerja untuk negara bukan ? Jadi masalahnya dimana dan kenapa........???</i>" Bila berhubungan dengan pemakaian kendaraan dinas kami memang sering emosi dibuatnya, apalagi kendaraan itu kendaraan lapangan yang seharusnya digunakan untuk kegiatan lapangan, dan bukan untuk transportasi dari rumah ke kantor saja seperti milik pribadi. Jadi teringat setahun yang lalu saat ada harimau terjerat dan kami buru-buru akan berangkat rescue harimau, tiba-tiba mendapat masalah tidak bisa memakai kendaraan dinas yang sudah kami persiapkan. Dan saya pun langsung berbicara keras, "<i>baiklah, kalau tidak boleh pakai kendaraan negara untuk kepentingan dinas, kita jalan kaki aja ke lokasi untuk rescue harimau</i>." Orang-orang jadi tahu kalau saya sedang marah, akhirnya kendaraan itu diberikan juga.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9Rp_JY-N1ZYzRFoFK-uqW-wZBAohZCAuY3c5UA9kd9fSgeQohPC1-LFlCa9JKBtmZ8ABP70JQeslLB-ql8QyoL7QKpfbTiaJuLG7AEpnute9H_oFziT_DWkR0cshU7bi7FI8-unlnMI4/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9Rp_JY-N1ZYzRFoFK-uqW-wZBAohZCAuY3c5UA9kd9fSgeQohPC1-LFlCa9JKBtmZ8ABP70JQeslLB-ql8QyoL7QKpfbTiaJuLG7AEpnute9H_oFziT_DWkR0cshU7bi7FI8-unlnMI4/s400/1a+copy.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Akhirnya kamipun berangkat juga, kebetulan kawasan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu yang merupakan tujuan kami tidak jauh dari Kota Bengkulu, hanya sekitar 1,5 jam perjalanan dengan mobil. Staff BKSDA Bengkulu lainnya bertanya, "<i>kenapa tidak bawa dua mobil saja, kan personil yang ikut banyak ?</i>" Spontan teman saya menjawab, "<i>pinjam satu aja susah apalagi mo bawa dua?</i>" Kami 13 orang tentu berdesak-desakan dalam satu mobil karena tidak hanya orang yang ada didalamnya tetapi juga barang-barang bawaan kami, tak apalah yang penting bisa sampai tujuan. Untuk kesekian kalinya saya mengunjungi kawasan ini, dulu hanya mendengar namanya saja tanpa pernah mengunjunginya, bahkan cerita harimau liar yang suka muncul dan tidur di belakang pos jaga membuatku penasaran ingin kesana. Saya dan polisi kehutanan berangkat bersamaan, namun kami memiliki kegiatan yang berbeda. Tujuan saya kesana untuk otopsi/ nekropsi rusa, pemeriksaan rusa lainnya dan pemeriksaan siamang, serta mencari lokasi yang strategis untuk pasang camera trap buat mendokumentasikan harimau sumatera serta mengindentifikasi individu yang ada disana. Saya seperti konsultan medis keliling, karena tidak hanya bekerja di wilayah kerja saya tapi juga diluar wilayah. Pada kesempatan ini saya bersama perawat satwa yang berjumlah 4 orang membersihkan kandang siamang, memberikan contoh bagaimana membuat enrichment untuk siamang, dan bagaimana cara monitoring perilaku. Siamang tersebut berasal dari penyitaan dan penyerahan dari masyarakat di Provinsi Bengkulu yang dulu memeliharanya secara illegal. Setelah menjalani pemeriksaan medis di kantor BKSDA Bengkulu akhirnya direlokasi ke kawasan konservasi ini untuk belajar menjadi liar sebelum siap dilepasliarkan kembali ke hutan. Terhadap pengelola kawasan juga disarankan untuk pembinaan habitat, yakni dengan menanam tumbuhan yang merupakan makanan alami satwa liar/ primata bila kedepan mereka ingin mewujudkan mimpinya sebagai lokasi untuk rehabilitasi satwa primata. Dengan ketersediaan pakan alami yang melimpah di hutan seluas 15.300 hektar tentu tidak menutup kemungkinan hal itu bisa diwujudkan, dan akan mempermudah pembelajaran satwa di hutan untuk beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan barunya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieN5str8ivetFQHiNwArbFqdeQFN9va4s4gafmFEPlyd_WRhfhD3t6LILGlhkiaphnJtXJdzL3SBejBimUxadnj1fkLuMNh0KDgEnO9B12QXa8V_QIrePhRh-8D6917p1XqfNePbXWgjI/s1600/1e+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieN5str8ivetFQHiNwArbFqdeQFN9va4s4gafmFEPlyd_WRhfhD3t6LILGlhkiaphnJtXJdzL3SBejBimUxadnj1fkLuMNh0KDgEnO9B12QXa8V_QIrePhRh-8D6917p1XqfNePbXWgjI/s640/1e+copy.jpg" width="468" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siamang yang ikut sekolah hutan dalam proses rehabilitasi di TB Semidang Bukit Kabu</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Hari itu saya juga melakukan pemeriksaan rusa dan memberikan saran terhadap pengelolaan rusa dalam penangkaran, termasuk sanitasi kandang, enrichment, nutrisi, monitoring perilaku, cara perawatan, membuat daftar obat-obatan yang harus tersedia di lokasi dan lain-lain. Setelah itu melakukan pemeriksaan nekropsi terhadap rusa yang mati dibantu oleh perawat satwa.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj48fH-4MPiEK3frHlV9-k7LW0glu6YeE5Y6Zb24GEeq64hodOEV7hG8LXrYGWtb6x34FZWn7WNW2Sfa8Y2zbenzVXzVulnuNVM8hdhfu6tuMc8GbpekME2YF73rWOcW3goTvBK8xFhWek/s1600/1a.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj48fH-4MPiEK3frHlV9-k7LW0glu6YeE5Y6Zb24GEeq64hodOEV7hG8LXrYGWtb6x34FZWn7WNW2Sfa8Y2zbenzVXzVulnuNVM8hdhfu6tuMc8GbpekME2YF73rWOcW3goTvBK8xFhWek/s320/1a.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kebun kopi peladang liar di Kawasan TB Semidang Bukit Kabu</td></tr>
</tbody></table>
Selain berkegiatan yang berhubungan dengan satwa liar, saya juga membantu kegiatan polisi kehutanan untuk mendokumentasikan kegiatan sosialisasi dan operasi mandiri terhadap pelaku perladangan liar, ada sekitar 10 pondok peladang liar (perambah hutan) di dalam kawasan dengan lokasi yang berbeda-beda. Kami berjalan kaki naik turun menuju satu per satu lokasi pondok milik peladang liar. Pondok pertama dan kedua yang ditemui sedang ditinggalkan oleh penghuninya, hanya tampak kebun kopi yang telah berbuah dan siap panen. Kebun ini sepertinya sangat terawat, dan pasti penghuninya sering juga tinggal di pondok ladangnya.<br />
<br />
Akhirnya kami menuju ke lokasi lainnya, jalan yang dilalui menurun sangat curam, dari atas perbukitan saya bisa melihat beberapa pondok di tengah ladang kopi, dua pondok lainnya agak berjauhan. Terdapat perbedaan yang jelas antara lokasi pondok yang bersih tanpa tumbuhan, kemudian kebun kopi yang berbatasan dengan hutan yang masih lebat. Saat perjalanan menuju lokasi juga menjumpai areal seperti HTI (Hutan Tanaman Industri) karena didominasi tanaman monokultur yakni akasia. Saya tidak tahu kenapa ada akasia dalam jumlah banyak di dalam kawasan hutan ini padahal itu bukan tanaman asli hutan Sumatera. Di kejauhan tampak areal yang baru di land clearing yang berbatasan langsung dengan hutan lebat, kemungkinan ada orang yang ingin membuka kebun juga disana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb1a51Tow6JbLXd4flGpeYRlua1yizUoLg_yXzY5JfQCI2dBFXQtS-nn_3biQc1rqw9E8A1RqJ6tGRxTKUjBdPUCdM-hbPdq9qrB9wXAHG1PYn1CbmlJDBAG6_rYgMI8kSW9r1uT0w7IY/s1600/1d+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb1a51Tow6JbLXd4flGpeYRlua1yizUoLg_yXzY5JfQCI2dBFXQtS-nn_3biQc1rqw9E8A1RqJ6tGRxTKUjBdPUCdM-hbPdq9qrB9wXAHG1PYn1CbmlJDBAG6_rYgMI8kSW9r1uT0w7IY/s400/1d+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pondok peladang liar di dalam kawasan konservasi TB Semidang Bukit Kabu</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Salah satu hal yang paling sulit dalam hidup saya bila berhadapan langsung dengan pelaku perambahan, tidak hanya di lokasi itu saja, tapi juga di kawasan konservasi lainnya. Saya selalu tidak tega melihat orang dengan wajah sedih saat tahu harus meninggalkan pondok dan kebunnya yang berada dalam kawasan konservasi, ini artinya mereka harus meninggalkan harta bendanya dan sumber hidupnya, tidak saja menghadapi ibu-ibu dengan anak-anaknya, tetapi kadang juga berhadapan dengan orang yang sudah tua renta tanpa keluarga. Dan saya lebih memilih untuk sebisa mungkin tidak banyak terlibat pembicaraan dengan mereka, karena bila mengetahui kondisi mereka yang sebenarnya akan membuat saya tambah bersedih. Tetapi tidak semua peladang liar seperti mereka, bahkan ada dari kalangan orang bermodal dan datang dari luar kabupaten, yang ingin memperkaya diri dengan cara merampas tanah negara. Di hutan ini pun peladang liar ada yang dari Kota Bengkulu dan kabupaten lainnya.<br />
<br />
Setelah adanya peringatan untuk meninggalkan lokasi dan masih diberi kesempatan beberapa hari untuk bersiap-siap dan membongkar sendiri pondoknya sebelum kembali ke daerah masing-masing. Meski diberi waktu cukup lama, namun mereka esok harinya sudah mulai meninggalkan hutan. Tampak 8 buah mobil menjemput mereka yang akan keluar dari kawasan konservasi ini. Solusi dalam menghadapi peladang liar ini memang bertujuan untuk menyelesaikan masalah tanpa masalah, jadi tidak ingin dengan cara keras, cukup pemberitahuan saja, ada kesepakatan untuk membongkar pondok sendiri atau bersama-sama dan meninggalkan lokasi tanpa perselisihan. Dan mereka perlu menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan dengan melakukan aktivitas menetap di dalam kawasan konservasi tanpa ijin adalah melanggar undang-undang. <span style="color: #ffe599;">"<i><span style="color: #fff2cc;">Hidup memang susah dan penuh dengan perjuangan, namun jangan sampai melakukan hal-hal yang melanggar hukum untuk bertahan hidup</span></i>".</span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6ng3X7xMn3LfyEihOUn_qy6P6XMCOhJLksolq52BwtiPNVbmZuSpE33iAQaknIo5vrFwpuQJicMR0qF5BZNBSRDXVS0yEeEGF_UrY3TserbhM9e2sIaQzVXItBJgPqQZP5dUZzCD5Ndk/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6ng3X7xMn3LfyEihOUn_qy6P6XMCOhJLksolq52BwtiPNVbmZuSpE33iAQaknIo5vrFwpuQJicMR0qF5BZNBSRDXVS0yEeEGF_UrY3TserbhM9e2sIaQzVXItBJgPqQZP5dUZzCD5Ndk/s400/1a+copy.jpg" width="247" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemburu burung berkicau</td></tr>
</tbody></table>
Saat perjalanan kembali ke pos resort di TB Semidang Bukit Kabu, di hari yang panas itu jalan yang kami lalui terus menanjak dan curam, saya tetap melanjutkan berjalan kaki sendirian meski teman-teman lainnya memilih berhenti untuk beristirahat. Kebiasaan saya memang lebih memilih untuk terus berjalan daripada beristirahat yang membuat badan menjadi dingin kembali, sehingga untuk melangkah lagi akan terasa berat. Disaat capek saya memilih berjalan pelan, bila jalan sudah rata dan tidak menanjak baru berjalan cepat lagi. Ditengah perjalanan saya melihat dua orang sedang memasang perangkap untuk burung, yang satu sedang memasang kayu yang sudah diberi perekat dan satunya menggantung sangkar burung berkicau sebagai umpan guna menarik perhatian burung lainnya untuk datang. Mereka tidak tahu saya mengintip dari sela-sela pohon dan berusaha tetap diam tak begerak sambil mengambil dokumentasi. Untuk kondisi seperti ini saya tidak akan mau sendirian menangkap mereka, karena saya perempuan dan sendirian di tengah hutan, saya memilih menunggu teman lainnya datang menyusul. Salah satu teman saya muncul dari arah belakang, dan saya memberi isyarat agar tidak berisik dan memberitahu dia ada pemburu burung di depan kami. Sepertinya pelaku mendengar kami berbicara meskipun sambil berbisik-bisik, membuat mereka bersembunyi di semak-semak. Teman saya mengajak saya langsung mendatangi mereka dan aku pun setuju. Kami meminta mereka untuk mengambil umpan burung dan jebakan yang dibuat, pada saat itu polisi kehutanan lainnya sudah muncul, akhirnya kami serahkan ke mereka untuk diinterogasi dan diberi penjelasan tentang larangan berburu di dalam kawasan konservasi. Ternyata pelaku perburuan burung berkicau di hutan itu juga berasal dari kabupaten lain.<br />
<br />
Setiap perjalanan yang saya lakukan termasuk salah satu proses belajar, untuk mempelajari banyak hal yang belum pernah saya jumpai dan lakukan, karena setiap perjalanan selalu ada keunikan tersendiri dan ada hal-hal baru yang dijumpai, dengan orang-orang baru, di wilayah baru serta adanya permasalahan yang beragam dan berbeda. Perjalanan seperti itu bagi saya juga bukan sebagai beban kerja tapi saya selalu menikmati setiap hal dalam perjalanan yang saya lakukan dan menganggapnya sebagai sebuah kegiatan berwisata di alam bebas. Ya, bekerja itu menyenangkan, bisa dinikmati tanpa beban apalagi yang berhubungan dengan petualangan di alam bebas, hutan dan satwa liar.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com3Kabupaten Seluma, Bengkulu, Indonesia-4.0499387 102.7135121-4.5567617 102.0680651 -3.5431157000000004 103.3589591tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-65296699665635931882016-03-21T23:26:00.002-07:002016-05-09T00:14:17.648-07:00Harimau Sumatera 'Giring' Korban Konflik dengan Manusia di Bengkulu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOI17bGUI_ZGHlYKZ5-2vIOcqFTA8qmkc8wuOct8gVYAD0lHIrG5lW1iY_HkZdrUuUuYYbtwPfN3HrxdWL_o8PzqdKKs9-G2GvQ0ZWxyQEY_HNToAiiqFzijdoGg2UPaaXXDog7bay4co/s1600/2c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOI17bGUI_ZGHlYKZ5-2vIOcqFTA8qmkc8wuOct8gVYAD0lHIrG5lW1iY_HkZdrUuUuYYbtwPfN3HrxdWL_o8PzqdKKs9-G2GvQ0ZWxyQEY_HNToAiiqFzijdoGg2UPaaXXDog7bay4co/s400/2c+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Harimau sumatera (<i>Panthera tigris sumatrae</i>) korban konflik dengan manusia di Bengkulu. Tanggal 22 Maret 2016</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
GIRING, biasa kami memanggilnya, yakni seekor harimau sumatera berjenis kelamin jantan berusia 14 tahun yang kini sedang kami rawat di dalam salah satu kawasan hutan konservasi di Provinsi Bengkulu. Pada bulan Pebruari 2015, kami dari BKSDA Bengkulu telah mengevakuasinya dari perkebunan karet milik warga desa di Kabupaten Seluma karena terlibat konflik dengan manusia yang menyebabkan korban jiwa, salah satu warga meninggal dalam konflik tersebut. Perkebunan karet itu hanya berjarak beberapa meter dari areal HGU Perusahaan Sawit yang sudah land clearing, dan juga berbatasan langsung dengan Kawasan Konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu yang juga merupakan jalur jelajah dari harimau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Human-Tiger Conflict di Bengkulu</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Mencoba mengingat kembali cerita dari kepala desa disana tentang kronologis kejadian sehingga terjadi korban jiwa. Malam itu sepasang suami istri sedang menginap di sebuah pondok miliknya di kebun karet saat terdengar suara raungan harimau di sekitar pondok mereka. Malam yang mencekam itu membuat mereka keluar dari pondok dan pindah mengungsi ke pondok milik warga lainnya. Istri korban sudah meminta untuk pulang kembali desa sementara waktu demi keamanan, namun suaminya meminta untuk tetap bertahan di lokasi tersebut. Esok paginya mereka kembali ke pondok miliknya karena merasa kondisi sudah aman dan harimau telah pergi menjauh. Seperti biasa mereka tetap bekerja untuk menyadap (mengambil getah) karet, dengan sang istri bekerja di depan pondok sedang suaminya bekerja di belakang pondok. Itu kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari bila sedang tinggal dan menginap di kebun. Pukul 10 pagi biasanya mereka akan bertemu kembali dan berkumpul di pondok usai kerja pagi itu, namun didapati sang suami tak kunjung pulang. Pagi itu istri korban mendengar suara binatang ternak (seperti suara kambing), dan mencoba keluar pondok dan mencari arah suara namun yang dilihat adalah seekor harimau sumatera yang sedang menghadang di depannya, dengan rasa takut dia kembali ke pondoknya. Suaminya yang ditunggu pun tak kunjung pulang, membuatnya nekat untuk mencari bantuan ke pondok-pondok lain di sekitar kebunnya. Ada sekitar 9 orang yang membantunya untuk mencari suaminya di kebun karet. Namun yang ditemui hanyalah helm yang sudah terlepas dan jaket suami yang sudah berlumuran darah serta peralatan penyadap getah karet, suaminya pun belum ditemukan. Mereka semua akhirnya kembali ke desa yang lumayan jauh lokasinya dari kebun karet tersebut, melaporkan kejadian itu kepada kepala desa dan pukul 3 sore beramai-ramai mencari korban, pada akhirnya bisa ditemukan namun sudah dalam kondisi mengenaskan dan meninggal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Rescue Harimau Korban Konflik dengan Manusia</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya perlu waktu kurang dari 10 menit saja untuk menangkap harimau itu di sekitar lokasi kejadian, yang tak jauh dari perbatasan HGU perkebunan sawit milik perusahaan yang berupa tanah terbuka dalam skala besar. Jejak-jejak harimau banyak terlihat berada tak jauh dari lokasi kejadian. Bahkan binatang buas itu belum menjauh dari lokasi saat tim rescue harimau dari BKSDA Bengkulu tiba disana, tidak seperti 5 ekor harimau lainnya yang setelah menerkam korban langsung menghilang dan masuk ke dalam hutan dan tak akan muncul kembali. Mungkin inilah jawabannya, dua minggu kemudian muncul 2 ekor harimau jantan lainnya yang sedang memperebutkan wilayah jelajah di sekitar lokasi tersebut. Kebun karet itu yang kondisinya penuh dengan semak belukar sepertinya merupakan jalur jelajah harimau sumatera, namun kondisinya sudah dirubah menjadi kebun karet dan lainnya sudah di-land clearing oleh perusahaan untuk disiapkan menjadi perkebunan sawit skala besar, sehingga tak dapat dihindarkan adanya tumpang tindih aktifitas di daerah yang sama antara harimau dengan manusia. Hasil pemeriksaan gigi harimau yang tertangkap menunjukkan bahwa usia harimau tersebut sudah tua. Saat tertangkap harimau diperkirakan berusia 13 tahun, jadi kini usianya sudah menginjak 14 tahun, padahal usia harimau liar diperkirakan hanya sampai 15 tahun. Kemungkinan dia tersingkir karena sudah tua dan digantikan oleh pejantan baru yang dominan yang saat itu sedang memperebutkan wilayah jalur jelajahnya. Harimau tua akan mencari mangsa yang lebih mudah untuk didapatkan. Sedangkan dari hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa harimau jantan ini mengidap penyakit parasit darah. Ini adalah harimau liar kedua yang saya periksa dan terindikasi positif parasit darah. Tidak ada clinical signs yang spesifik untuk penyakit tersebut pada harimau liar, pada harimau betina yang menjadi korban konflik di wilayah Sumatera Barat dan terindikasi positif penyakit parasit darah hanya menunjukkan perilaku yang tidak aktif, perilaku lainnya tampak normal. Sedangkan harimau jantan yang menjadi korban konflik di wilayah Bengkulu tidak memperlihatkan gejala klinis, tampak sangat agresif dan perilaku lainnya terlihat normal. Hasil pemeriksaan darah secara mikroskopis saja yang bisa menunjukkan bahwa harimau-harimau tersebut menderita penyakit parasit darah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Perawatan Medis</span><span style="color: #741b47;"> </span></b></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivWwNoc22c2hyphenhyphenc9zLh-mlhpWi-PuYGoX57bAUbAZasC36D0GXYnKMhzzhl628pGWgoJewRnqmLSMIuZcMu6trBbc7vUO_hz7J3IMnXC9BtueaVXjnIFTSLSksZjzq348W3eKDPxN60EZg/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="174" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivWwNoc22c2hyphenhyphenc9zLh-mlhpWi-PuYGoX57bAUbAZasC36D0GXYnKMhzzhl628pGWgoJewRnqmLSMIuZcMu6trBbc7vUO_hz7J3IMnXC9BtueaVXjnIFTSLSksZjzq348W3eKDPxN60EZg/s320/1b+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Harimau sumatera : sebelum pengobatan. Tanggal 20 Mei 2015.</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Tidak hanya parasit darah yang ditemukan dalam pemeriksaan medis selama perawatan di kantor BKSDA Bengkulu, tetapi kami pun masih harus melakukan pemeriksaan dan operasi bedah mulut serta pengobatan kelainan yang ditemukan pada ronga mulut yakni pada gigi, gusi dan lidah. Setelah semua permasalahan itu bisa diatasi dengan baik dan bisa kembali sehat, akhirnya kami juga menemui masalah baru yakni penyakit kulit yang diduga disebabkan oleh jamur, menyebabkan rambut hampir di seluruh tubuh mengalami kerontokan. Saya berdiskusi dengan kolega dokter hewan di Eropa, dan saya selalu merasa puas bila berdiskusi dengannya tentang harimau dan permasalahannya. Kami memang tidak melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan mikologi di laboratorium karena pengambilan sampel berarti harus mengulang melakukan pembiusan, pemeriksaan laboratorium berarti juga membutuhkan dana untuk transport specimen dan biaya pemeriksaan. Sedangkan perawatan harimau itu kami lakukan dengan dana dan fasilitas seadanya tanpa bantuan pihak lain. Dan saat itu kami juga dibebani untuk merawat dua ekor harimau sekaligus dengan segala keterbatasan fasilitas. Setelah menjalani pengobatan selama 4 (empat) bulan dan perbaikan ventilasi serta sanitasi akhirnya harimau bisa kembali sehat dan rambut tumbuh kembali. Sebagai dokter hewan kebahagiaan itu akan dirasakan saat berhasil mengobati satwa hingga sembuh kembali dan kondisinya menjadi lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun dalam perjalanan tugas kerja kami terkadang juga mendapat banyak tekanan, intimidasi bahkan diskriminasi kepentingan, satwa korban konflik dan perburuan liar belum menjadi target fokus dari banyak pihak, jadi apapun yang terjadi padanya belum menjadi perhatian bersama. Sudah sembilan tahun saya merasakan hal ini, namun tak apa meski kenyataannya tidak seindah saat dalam rapat, workshop atau seminar atau diatas kertas bahwa ini adalah salah satu satwa prioritas yang harus diperhatikan. Saya memang bekerja secara mandiri, tidak punya lembaga besar yang bisa mempengaruhi kebijakan, dan institusi terkait pun masih sibuk menggunakan sebagian besar anggarannya untuk hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan satwa korban konflik dan perburuan. Ya, satwa memang belum menjadi prioritas, meski korban selalu ada setiap tahunnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Relokasi Harimau Sumatera</span></b></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY55cQ2aRzc2SCNoGBrBBiXMqBPcxDXqB3KLQ5wPqF9I-09tsRv5OMLJBcpYtXHpQgtHJgomn4yIM_gphbe622wVolSLVfOx4R8h9yQob4-wAsZsXD4njQZi1RfhXPm6GeL_HaeUgB-fA/s1600/1b.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="209" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY55cQ2aRzc2SCNoGBrBBiXMqBPcxDXqB3KLQ5wPqF9I-09tsRv5OMLJBcpYtXHpQgtHJgomn4yIM_gphbe622wVolSLVfOx4R8h9yQob4-wAsZsXD4njQZi1RfhXPm6GeL_HaeUgB-fA/s320/1b.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Relokasi harimau sumatera ke TWA Seblat. </span><br />
<span style="color: #fff2cc;">Tanggal 28 Oktober 2015.</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Tanggal 28 Oktober 2015, saat pemuda pemudi Indonesia merayakan hari Sumpah Pemuda, kami disibukkan dengan merelokasi harimau korban konflik agar ditempatkan ke tempat perawatan yang lebih baik, dengan sekitarnya hutan agar mereka merasakan seperti berada di tempat alaminya, bukan berada di sekitar manusia. Meskipun sudah merawatnya begitu lama, namun sifat liarnya masih bisa dipertahankan dan belum berubah, ya karena selama ini kami bekerja untuk harimau liar dan bukan harimau captive, perawatan dengan cara mengisolasi dan sebisa mungkin membatasi kontak dengan manusia, serta membiarkannya lebih banyak kontak dan mendengar suara satwa liar yang ada disekitarnya seperti babi hutan, siamang, owa, monyet ekor panjang, simpai, burung dan suara-suara dari penghuni hutan lainnya. Relokasi itu bagi kami tidak ada sangkut-pautnya dengan desakan banyak pihak agar harimau sumatera tersebut dirawat dalam kondisi yang layak. Mungkin mereka perlu tahu bahwa kami pun sejak sembilan tahun yang lalu juga menginginkan hal yang demikian, dan terus-menerus berusaha agar hal itu bisa terwujud, meskipun setelah sembilan tahun berlalu impian itu belum ada tanda-tanda untuk terwujud, karena kami tahu diri dan menyadari bahwa Provinsi Bengkulu tidak masuk prioritas untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Namun apakah dengan mendesak, mengintimidasi tanpa berbuat nyata hal itu bisa dilakukan, tentu tidak. Merawat harimau sumatera bukan seperti main sulap, yang bisa dirubah dalam waktu sekejab. Dan yang menjadi pertanyaan adalah kemana saja mereka yang ambisius dan lantang mengintimidasi, mengkritik, menekan kami dengan berbagai cara dengan mengatasnamakan peduli dengan harimau sumatera saat kami membutuhkan lokasi perawatan yang lebih layak, saat kami membutuhkan pakan harimau, saat kami membutuhkan obat-obatan, saya tidak pernah mendengar suaranya dengan lantang ingin membantu. Kemanakah mereka ???? Saya sendiri pun masih suka bersedih bila mengingat masa-masa sulit itu bahkan tidak ingin mengingatnya lagi, menyinggungnya saja bisa membuat air mata ini mengalir. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Monitoring Perilaku selama Perawatan</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Harimau jantan bernama Giring masih tampak liar, dan terlihat selalu tampak waspada. Setiap ada orang yang berjalan mendekati kandangnya membuatnya memberi suara peringatan meskipun orang tersebut belum terlihat. Bahkan saat diintip dari balik pintu melalui lubang kecil meski tanpa suara, dia akan selalu tahu dan matanya langsung tertuju ke arah pintu. Saat pintu dibuka reaksi pertama pasti menggertak dengan posisi menerkam dengan suara raungan yang keras dan menciutkan nyali, sorot matanya yang tajam tak akan pernah lepas mengawasi setiap gerakan orang di sekitarnya. Semakin banyak orang yang ada disekitar kandangnya semakin membuatnya merasa terancam dan ingin menerkam, namun bila hanya satu orang saja yang masuk di dalam lokasi kandangnya, harimau akan tampak lebih tenang, dan tidak merasa terganggu saat dibersihkan kandangnya, bahkan terlihat relax, dan matanya tidak akan memperhatikan gerak-gerik orang sepanjang waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu mengapa dalam setiap kegiatan rescue/ upaya penyelamatan harimau terjerat atau harimau yang berkonflik dengan manusia, kami selalu mengisolasi lokasi agar tidak banyak orang yang mendekati harimau. Untuk pembiusan dan melepas jerat harimau biasanya hanya dokter hewan dan petugas yang bersenjata yang mengamankan dokter hewan saja yang mendekati harimau, sedangkan anggota tim lainnya berada jauh dari lokasi yang tidak terlihat oleh harimau, karena untuk meminimalkan stress dan membuat harimau agar tidak merasa terancam. Bila harimau terancam dan panik akibatnya jauh lebih fatal, yakni bisa menyerang karena ingin mempertahankan diri. Dan harimau yang sudah terlanjur stress akan sulit dibius, karena efek obat bius menjadi tidak maksimal. Begitu juga dalam penanganan konflik antara manusia dan harimau, harus diusahakan sebisa mungkin agar masyarakat banyak tidak mendekati/ mengepung bahkan mengintimidasi harimau, karena harimau bisa menyerang karena merasa terancam. Biarkan orang yang bertugas untuk menangani harimau bekerja dengan baik, dan petugas lainnya menangani masyarakat agar tidak mendekat. Harimau akan memilih untuk menghindar bila tidak didesak/ dikepung banyak orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai pembersihkan kandang, kemudian pemberian pakan berupa pakan alami/ satwa mangsa alami. Ketersediaan pakan alami yang melimpah membuat kami tak pernah kekurangan pakan untuk harimau. Dalam perawatan harimau dengan positif penyakit darah memang harus dihindari kondisi stress dan perlu nutrisi yang cukup. Untuk itu, kami mengisolasinya dengan lingkungan sekitarnya berhutan adalah untuk mengurangi stress, agar harimau merasa nyaman karena berada di tempat alami seperti tempat hidupnya yang dulu, ditambah dengan pemberian pakan/ nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan. Kondisi stress dan asupan nutrisi merupakan faktor predisposisi bagi penyakit parasit darah ini, sehingga kedua hal tersebut harus dipenuhi, yakni menghindari stress dan memberikan nutrisi yang cukup. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi harimau masih liar sehingga tidak mau makan saat masih ada orang disekitarnya. Begitu pintu pagar areal kandang ditutup, dan kami satu-persatu pergi menjauh, saya mengamati apa yang dia lakukan. Posisinya berubah duduk seperti anjing, sambil kepala mendongak mengawasi kearah luar dan sekeliling untuk memastikan bahwa semua orang sudah pergi. Baru bergerak dari belahan kayu tempatnya berada untuk turun mengambil makanan dan mulai memakannya. Di siang hari dia lebih banyak rebah tengkurap dan bersantai sambil meletakkan kepalanya di atas kayu menghadap tempat air. Malam hari berjalan-jalan mengelilingi kandang, dan membuat bekas cakaran di kayu yang telah disediakan di dalam kandang untuk enrichment. Semua itu dilakukan bila tidak ada orang berada disekitar areal kandangnya. Bila dia melihat orang ada disekitarnya maka membuatnya selalu waspada dan menjauh, mencari tempat disudut yang ada penutup untuk mengamankan diri.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com1Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Indonesia-3.2663246 101.9804613-7.3174216 96.8168873 0.78477240000000048 107.1440353tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-79164292179554272982016-02-18T19:40:00.000-08:002020-04-28T15:05:26.148-07:00Kick Andy Talk Show "PENGABDIAN TANPA BATAS" di Metro TV<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVDP__eDXO1u_umzGhRTwKCpeDruyhy7m5VZvEDhcOtcgiKt7VNPvsMV8tH66iOnUlenXAzrDxEsGaGhYTentKJ6rbjHmBLPgfhfF1fuGf3ezExlLpLRA-ll0DP5Gch5-2RonUEaTP0e4/s1600/yanti+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVDP__eDXO1u_umzGhRTwKCpeDruyhy7m5VZvEDhcOtcgiKt7VNPvsMV8tH66iOnUlenXAzrDxEsGaGhYTentKJ6rbjHmBLPgfhfF1fuGf3ezExlLpLRA-ll0DP5Gch5-2RonUEaTP0e4/s400/yanti+1.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Narasumber 'Pengadian Tanpa Batas' di Acara Kick Andy Show - Metro TV<br />
Doc. Metro TV</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: purple;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #0b5394;">Sabtu, 13 Pebruari 2016</span></b> saya ingin beristirahat setelah kembali dari perjalanan selama tiga hari ke Kabupaten Mukomuko untuk menjadi saksi ahli mewakili Forum HarimauKita (The Indonesian Tiger Conservation Forum) dalam penyidikan dua kasus wildlife crimes yakni perburuan dan perdagangan harimau sumatera di Bengkulu yang sedang ditangani oleh Polisi Resort Mukomuko. Perjalanan yang melelahkan, dari pagi hingga larut malam, bahkan jam 12 malam saya dan tim PHS-KS (Tiger Protection and Conservation Unit - Kerinci Seblat National Park) baru tiba di mess TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) di Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara tempatku menginap. Setelah kembali ke Kota Bengkulu dan akan beristirahat, seorang wartawan media lokal di Bengkulu menghubungi saya untuk memberitahukan bahwa televisi nasional Metro TV Jakarta ingin mencari tahu nomor hand phone saya, karena mereka ingin mengundang saya menjadi narasumber di acara <b><span style="color: #0b5394;">Kick Andy Talk Show</span></b><b style="color: #783f04;"> </b>di Metro TV. Semula saya berpikir CNN lah yang akan mengundang saya untuk menjadi narasumber, karena sebelumnya presenter Desi Anwar mengungkapkan ingin bertemu dan mewawancaraiku untuk acaranya setelah saya selesai melakukan shooting untuk acara <span style="color: #0b5394;"><span style="color: #0b5394;">" <b><span style="color: #f6b26b;">Indonesian Heroes</span><span style="color: #783f04;"> </span></b>"</span> </span>pada tanggal 21-23 Januari 2016 di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat, Bengkulu Utara yang akan ditayangkan oleh CNN Indonesia. Pada saat berada di lapangan itu teman kerja saya juga memberitahuku bahwa liputan TV One di Jakarta tentang profile saya sedang ditayangkan siang itu. Toh saya sendiri tidak pernah melihat acara / pemberitaan tentang diri sendiri di media televisi, karena sudah tahu isi beritanya dan ikut proses pembuatannya ....hehehe !</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu juga tanggal 13 Pebruari 2016 jam 10 pagi salah satu crew Kick Andy Show menghubungi saya dan mengundang saya agar bersedia menjadi narasumber untuk acara Kick Andy Show pada hari Kamis tanggal 18 Pebruari 2016 di studio Metro TV Jakarta. Dan sebelumnya juga akan diadakan pengambilan video aktivitas sehari-hari di lokasi tempat bekerja. Sebenarnya saya tidak keberatan untuk shooting di lapangan, namun yang menjadi pertanyaan saya apakah mereka siap mengikuti jadwal saya yang biasanya serba mendadak sedangkan mereka berada di Jakarta. Saya hanya bisa beristirahat 2 jam saja di hari itu sebelum akhirnya hari minggu pagi sudah harus pergi lagi ke Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) di Kabupaten Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan untuk membantu Animals Indonesia dalam pemeriksaan kukang (<i>Nycticebus coucang</i>) saat proses karantina. Saya sendiri tidak tahu bagaimana harus mengatur jadwal agar crew Kick Andy bisa mengambil video aktivitas saya sehari-hari seperti yang mereka inginkan, sepertinya sudah tidak ada waktu lagi yang tersisa. Hanya dua hari saya berada di Sumatera Selatan, selesai pemeriksaan medis untuk dua ekor kukang yang baru datang ke PPS sore harinya langsung kembali ke Kota Bengkulu. Rencana semula saya berada di Sumatera Selatan selama tiga hari, namun karena sulit akses internet maka saya percepat menjadi dua hari kebetulan juga ada tumpangan mobil yang membawaku keluar lokasi ke kota Lubuk Linggau, karena beberapa hari saya musti aktif untuk komunikasi via email dengan tim research Metro TV yang sedang mengumpulkan data tentang profil saya. Dan saya musti berkomunikasi dengan beberapa orang dari tim liputan itu yang telah punya tugas masing-masing untuk menggali informasi dan mengambil/ mengumpulkan gambar/ video aktivitas sehari-hari narasumber dari masa kanak-kanak hingga sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><b><span style="color: #0b5394;">Minggu, 14 Pebruari 2016</span></b></span> saya dihubungi kembali untuk mengirimkan CV saat saya masih berada di lapangan dan sedang operasi kukang, tentu tidak bisa saya lakukan. Senin, 15 Pebruari 2016, malam hari saya baru sampai Kota Bengkulu, badan terasa sangat lelah dan akhirnya tertidur di depan komputer saat email tentang CV saya pun belum sempat terkirim.... hehehe :) Hanya data tambahan yang diperlukan baru bisa kukirimkan lewat WhatsApp.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #0b5394;"><b>Selasa, 16 Pebruari 2016</b>,</span> saya sudah disibukkan dengan pekerjaan di kantor BKSDA Bengkulu untuk mengurusi obat-obatan gajah dan peralatan medis untuk rescue harimau yang belum selesai juga pengadaannya serta menyelesaikan laporan medis. Disela-sela itu saya sempatkan waktu untuk menjawab pertanyaan wawancara dari crew Kick Andy Metro TV lewat email, itulah satu-satunya cara yang saya tawarkan dan memungkinkan untuk dilakukan, karena saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan saya sambil menjawab pertanyaan lewat telepon. Selain itu disaat yang bersamaan crew Kick Andy juga sedang liputan untuk narasumber lainnya. Ada 16 pertanyaan yang musti kujawab dengan jawaban bercerita dalam 15 halaman. Banyak juga yaaa....... :) "<i>Bahkan curhat pun boleh</i>", katanya.....hahaha :) Dan saya jawab, "<i>kalo pakek curhat segala, kaget ntar bacanya</i>".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tim lainnya dari Kick Andy terus menghubungi saya untuk mengirim photo atau video aktivitas sehari-hari sebagai dokter hewan, untuk permintaan yang ini cukup lama bisa saya penuhi karena butuh waktu seharian untuk bisa mencari dan memilih photo/ video kegiatan saya saat masih kuliah, saat bekerja sebagai dokter hewan baik yang di Indonesia maupun di Afrika, dan di rumah sakit satwa liar serta kebun binatang di Australia maupun Amerika Serikat, saat sedang mengikuti konferensi ilmiah baik nasional maupun internasional, saat mengajar mahasiswa kedokteran hewan, saat memberikan pelatihan untuk dokter hewan lokal dan petugas lapangan, serta saat memberikan penyuluhan kepada masyarakat, private sector, relawan LSM konservasi satwa liar sesuai dengan permintaan crew Kick Andy. Proses mengirimkan photo/ video lewat email meski sudah di-compress sekalipun juga butuh waktu yang tidak sebentar. Tapi akhirnya untuk urusan ini baru selesai esok paginya, padahal hari Rabu tanggal 17 Pebruari 2016 adalah batas akhir editing. Hari Rabu itu saya dihubungi lagi oleh crew Kick Andy yang meminta data dan dokumentasi saat saya masih kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Surabaya dan saat wisuda serta dokumentasi tentang kehidupan masa kecil. Saya sendiri saja sudah tidak tahu lagi dokumentasi keluarga kami ada di kota mana dan disimpan dimana, di Surabaya atau di Nganjuk, karena sejak pindah ke Sumatera saya tidak membawa satupun dokumentasi keluarga dan photo-photo masa kecil sampai dewasa saat masih tinggal di Jawa. Untuk mendapatkannya tentu butuh waktu, karena harus mencari lewat orang lain, sedangkan hari itu batas waktu terakhir untuk editing. Sebelumnya tidak pernah sesibuk ini untuk persiapan liputan acara televisi, mungkin karena untuk acara yang satu ini butuh informasi detail dan banyak data yang harus dikumpulkan sebelum talkshow dilakukan. Biasanya dengan media lain baru sibuk bukan diawal tapi pada saat proses liputan seperti waktu shooting untuk acara serial televisi Perancis tentang aktivitas dokter hewan dalam penanganan satwa liar di Indonesia, bahkan kami baru selesai dan bisa istirahat jam 2 atau 3 dini hari dan mulai shooting lagi jam 6 pagi selama beberapa hari, baru bila tidak ada gangguan di lapangan bisa tidur lebih awal :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu saya juga baru memberi tahu keluarga dan teman-teman dekat mungkin bisa hadir di studio Metro TV untuk mendampingi saya. Saya memang tidak banyak memberitahu orang lain ikut acara ini bahkan teman-teman kerja saya di BKSDA Bengkulu tidak banyak yang tahu, meski akhirnya mereka pun protes kenapa tidak diberi tahu mungkin dari mereka ada yang mewakili untuk bisa hadir. Dan baru hari Selasa sampai Kamis pagi saya mendaftarkan keluarga dan teman-teman saya ke Metro TV yang akan hadir di acara itu dan menginformasikan dresscode apa yang harus dipakai. Ada 28 orang yang hadir dari pihak saya, beberapa orang membatalkan hadir karena ada hal lain yang tidak bisa ditinggalkan, paling banyak diantara narasumber lainnya, padahal mereka tidak hanya dari Jakarta saja tapi ada yang dari luar kota, bahkan ada yang datang langsung dari Surabaya. Ini yang membuat saya sangat terharu dan bahagia, dan saya merasa mereka sangat berarti buat saya karena mereka datang untuk saya. Keluarga dan teman-teman narasumber yang terdaftar akan mendapat prioritas masuk studio terlebih dahulu dan duduk dibagian depan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk bisa diundang acara talkshow Kick Andy dengan tema <span style="color: #0b5394;">" <b>Pengabdian Tanpa Batas "</b></span> ini menurutku prosesnya juga tidak mudah, karena tim research mereka menilai kami para narasumber dari perjalanan panjang yang kami lalui dengan tidak mudah, butuh perjuangan keras, penderitaan, ketidaknyamanan, serta semangat pantang menyerah untuk menolong orang lain dan makhluk lainnya sesuai dengan bidang keahlian kami masing-masing, kebetulan hanya saya satu-satunya yang dokter hewan, narasumber lainnya adalah seorang dokter senior yang praktek di Medan dan satunya lagi dokter spesialis kanker anak. Kami bertiga adalah orang-orang yang mempunyai kesamaan tujuan yakni ingin membuat perubahan dan hanya ingin menolong sesama dan makhluk lainnya yang membutuhkan adalah orientasi kami untuk mengabdi pada profesi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #0b5394;"><b>Kamis, 18 Pebruari 2016</b>.</span> Beberapa hari yang lalu saya sudah mendapat kiriman tiket penerbangan dari Bengkulu - Jakarta PP dari Metro TV setelah saya menyatakan bersedia menjadi narasumber untuk acara Kick Andy. Pukul 11.48 WIB saya sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta dan dijemput oleh driver Metro TV, di dalam mobil sudah ada salah satu narasumber lainnya yaitu Prof. Aznan seorang dokter yang berasal dari Medan. Dalam mobil suasana hening tak satupun orang yang berbicara, yang terdengar hanya suara batuk saya saja yang tak kunjung berhenti karena memang saya sedang sakit dan terkena radang tenggorokan. Kami diantarkan ke Fave Hotel tempat kami menginap untuk beristirahat sebentar tak jauh dari studio Metro TV, dan jam 4 sore kami sudah dijemput kembali untuk dibawa ke studio Metro TV dengan membawa semua perlengkapan untuk kebutuhan pemotretan profil untuk website dan yang dipakai untuk shooting/ talkshow. Saya tidak sempat menyiapkan kostum apa yang bisa saya pakai, karena baju lapangan saya lebih banyak berada di camp di hutan dan hanya satu saja yang ada di Kota Bengkulu, jadi itu saja yang saya bawa. Untuk alternatif lainnya saya meminjam baju kerja adik saya untuk dibawakan ke studio, kebetulan kami sama-sama kerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang tentu memiliki seragam dinas yang sama. Akhirnya yang dipilih oleh MetroTV adalah baju lapangan "<i>Wildlife Rescue Team</i>" saya untuk dipakai shooting dan pemotretan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMLIkhcESzpBWcTq3YZthvpCeC-R0mJuqddQorEXom83P2FUyJD6v3Piv7pIdYQ9SBpeI3BhD5zisz6O0AT7iIkeyR28UenoPeHi16PlmXh2ATDoRNP9LZb0SynOdkk9b4ik3hxDKXeZQ/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMLIkhcESzpBWcTq3YZthvpCeC-R0mJuqddQorEXom83P2FUyJD6v3Piv7pIdYQ9SBpeI3BhD5zisz6O0AT7iIkeyR28UenoPeHi16PlmXh2ATDoRNP9LZb0SynOdkk9b4ik3hxDKXeZQ/s400/1b+copy.jpg" width="286" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di depan Metro TV saya melihat keluarga dan teman-teman satu organisasi di Pecinta Alam Wanala Unair sudah datang terlebih dulu. Setelah menyapa dan bicara sejenak, saya diminta oleh crew Kick Andy untuk naik ke lantai 3 bersama narasumber lainnya. Setelah menikmati hidangan yang telah disediakan, saya diajak masuk ke ruang make up untuk didandani agar terlihat lebih menarik. Tiga orang petugas make up dengan cekatan merias wajah dan merapikan rambut saya. Tak perlu waktu lama untuk merubah wajah saya dari penampilan sebelumnya. Keluar dari ruang make up ternyata keluarga saya sudah dibawa ke lantai 3, salah satu keponakan saya bertanya, " <i>Auntie dimana ?</i>" padahal saya ada didepannya, petugas make up itu telah sukses merubah wajah saya sampai tidak dikenali lagi :) Kemudian saya diminta masuk ruang VIP untuk berganti seragam, setelah itu kami bertiga menuju ruang pemotretan di lantai 2. Saya bahkan tidak membawa aksesoris yang biasa dipakai di lapangan seperti topi, stetoskop, blowpipe dan lain-lain, hanya daypack, baju dan sepatu lapangan saja yang saya bawa. Akhirnya stetoskop salah satu narasumber kami pakai bertiga secara bergantian untuk keperluan pemotretan....hehehe ! Untungnya ada yang bawa :) Sulit bagi kami bertiga untuk bisa bergaya saat pemotretan. Saya sendiri hobby memotret tapi tidak hobby dipotret :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat menyusuri lorong-lorong di studio, keluar pertanyaan spontan saat kami melihat sesuatu, seperti saat saya memperhatikan televisi yang ada di ruangan, saya bertanya, "<i>Kenapa orang di studio tidak melihat acara TVnya sendiri ya ? Yang dilihat kok TV lain ?</i>" (Dalam hati aku jawab sendiri, "<i>ya kenapa juga lihat acara yang dibuat sendiri, kan sudah tahu</i>"). Seorang narasumber juga spontan bertanya saat melewati sebuah patung besar di ujung lorong, "<i>Ini patung siapa ? Saya pikir Surya Paloh?</i>" Kami berempat pun langsung memperhatikan bentuk patung itu dan menerka-nerka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu acara akan segera dimulai, dan penonton yang berjumlah sekitar 650 orang sudah berbaris berjajar untuk naik ke lantai tiga dan memasuki studio. Petugas security sudah berjaga-jaga di setiap ujung eskalator. Crew Kick Andy menyarankan agar teman-teman dan keluarga saya masuk terlebih dahulu sebelum penonton lainnya. Bagaimana caranya mencari orang diantara 650 orang yang berjubel di lantai dasar, pikirku. Dengan diantar security dan crew Kick Andy saya mencoba untuk mencari mereka agar masuk studio lebih dulu. Namun karena banyaknya penonton akhirnya mereka lebih memilih untuk tidak kehilangan narasumber di tengah-tengah penonton daripada saya menemukan teman-teman saya tapi ganti saya yang susah ditemukan :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgabLEeRiTwcrewNgqecN9Bbupi83bsXWmV6Qhbmfll7nTFa27LZMRReuSZUrS1ZLPRDoApsW5UKhLnANEcru3i0GuEEMSV1VTR72uRFKQHCz1LuZkT5WCkbjrMbQca3MuZxfAiNm0ta58/s1600/1d.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgabLEeRiTwcrewNgqecN9Bbupi83bsXWmV6Qhbmfll7nTFa27LZMRReuSZUrS1ZLPRDoApsW5UKhLnANEcru3i0GuEEMSV1VTR72uRFKQHCz1LuZkT5WCkbjrMbQca3MuZxfAiNm0ta58/s320/1d.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menunggu acara talkshow dimulai bersama narasumber lainnya</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Saat penonton memasuki studio, kami bertiga berada di ruang VIP untuk berkenalan dan briefing terlebih dahulu dengan Andy F Noya sang pembawa acara, pertemuan kami didokumentasikan oleh crew Kick Andy lainnya. Kebetulan saya tampil di segmen ke 5 dan 6, jadi terakhir sendiri. Lalu kami memasuki studio duduk tersembunyi disamping kursi penonton, sambil mendengarkan Andy F Noya membuka acara dan sambil menunggu giliran untuk dipanggil keatas panggung olehnya. Kedua keponakan saya yang melihat saya masuk studio datang menghampiri dan bertanya, "<i>Auntie mau ngapain ?</i>" Mereka belum mengerti dan mungkin bingung melihatku akan duduk didepan diatas panggung bersama pembawa acara, ditonton orang banyak dan ada banyak kamera yang merekam. Mereka belum paham kalau itu salah satu proses pembuatan acara di televisi. Esok harinya baru saya bisa menjelaskan waktu memutar acara Kick Andy di Metro TV di rumah memperlihatkan bahwa yang dilihatnya di studio itu nantinya akan ditayangkan di televisi seperti itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu saya agak nervous, bukan karena dilihat oleh ratusan penonton di studio tetapi karena kondisi saya sedang sakit radang tenggorokan yang membuat saya sering batuk rejan dan sulit berhenti kalau sudah batuk, apalagi suhu dingin di dalam studio dan harus bicara banyak bisa memicu saya batuk, untuk itu saya sering minum air putih yang disediakan. Saya hanya mengkhawatirkan batuk saya kambuh sewaktu saya sedang bicara di atas panggung, karena saya juga tidak bisa membawa air minum diatas panggung. Saat kedua narasumber lainnya selesai talkshow giliran saya berikutnya, dua orang petugas make up sibuk kembali memberbaiki riasan wajah dan menata rambut saya. Floor Director mengarahkan saya untuk memilih duduk di sofa paling ujung dekat Andy F Noya. Dan saya disediakan air putih lagi untuk diminum sebelum naik ke panggung agar tidak batuk. Akhirnya nama saya dipanggil dan saya pun duduk di tempat seperti yang diarahkan oleh Floor Director acara tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikGXVfU1s4Ho6s9jLpGnLYzCYkQQ2XYgPXLzTqNpt3iUhRc0a4yBXsNDel6PlnlTiwfXwNpxP5gKnNP_nFfCYE8_0NVYv1uV-Na4KbtRuj40ZgTvg4mdwg6mN_XvE3Rs4G00OS-uhN1MU/s1600/1f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikGXVfU1s4Ho6s9jLpGnLYzCYkQQ2XYgPXLzTqNpt3iUhRc0a4yBXsNDel6PlnlTiwfXwNpxP5gKnNP_nFfCYE8_0NVYv1uV-Na4KbtRuj40ZgTvg4mdwg6mN_XvE3Rs4G00OS-uhN1MU/s400/1f.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saat saya menyeberangi Sungai Seblat bersama seekor harimau sumatera berusia 14 tahun <span style="font-size: 12.8px;">korban konflik dengan manusia yang sedang direlokasi ke kawasan konservasi </span><span style="font-size: 12.8px;">Taman Wisata Alam Seblat, Bengkulu</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum talkshow dimulai, photo saya sedang menyeberangi Sungai Seblat bersama seekor harimau sumatera ditampilkan dan saya diminta untuk menceritakan kisah tentang photo itu. Bagi saya pribadi photo itu sama artinya dengan photo-photo lainnya, mungkin karena saya yang sudah terbiasa dan sudah lama bekerja untuk harimau sumatera jadi biasa-biasa saja, ya memang seperti itulah pekerjaan kami. Dan menyeberangi sungai dengan harimau sumatera hidup bagi saya juga bukan hal yang luar biasa karena saya yakin bisa maka saya melakukannya. Bahkan bagiku masih banyak kegiatan bersama harimau yang lebih beresiko, berbahaya dan penuh perjuangan untuk menyelamatkannya yang tak terdokumentasikan dan tak terungkapkan ke publik. Tapi sepertinya bagi sebagian besar orang, photo itu sangat mengandung arti dan photo itu bisa menceritakan kisah perjuangan dibalik itu, dan ternyata dari sebuah photo akhirnya juga terungkap kisah panjang dalam upaya penyelamatan harimau sumatera yang tidak mudah, dengan segala resiko, tantangan, menguras banyak air mata, dan perlu komitment tinggi dan semangat pantang menyerah. Bahkan niat baik untuk menolong makhluk lain pun belum tentu diterima dengan baik oleh pihak lain, terkadang dibalas dengan fitnah, penolakan, tekanan dan butuh kesabaran tinggi serta pengorbanan yang cukup besar, tidak hanya tenaga dan pikiran tetapi juga materi dan sanggup menderita dalam jangka waktu lama karena jauh dari fasilitas dan kenyamanan hidup. Ya memang benar, Pengabdian itu tidak ada batasnya, seperti tema talkshow saat itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuQAb6IRHg5kXsTExWle5xp5qlbP-VhyatveQ-WGLqDemeOI8JE0u26gcURiVFPox_SvcpPRlIAcDm_46isz7KDAseklqDXxqNKaVG6Uwf3GoALulNCHW2Y2P0krD3o3Dskq7T1vjYDAs/s1600/Yanti+3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuQAb6IRHg5kXsTExWle5xp5qlbP-VhyatveQ-WGLqDemeOI8JE0u26gcURiVFPox_SvcpPRlIAcDm_46isz7KDAseklqDXxqNKaVG6Uwf3GoALulNCHW2Y2P0krD3o3Dskq7T1vjYDAs/s320/Yanti+3.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saat menjadi narasumber Talk Show Kick Andy di Metro TV</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian kecil dari suka duka di lapangan saat bekerja sudah saya ungkapan di acara talkshow itu, namun ada satu pertanyaan dari pembawa acara Andy F Noya yang tidak bisa saya jawab karena saya malu untuk menjawabnya, saat dia bertanya tentang gaji saya. Saat itu saya malu menceritakan tentang kenyataan pahit beberapa tahun yang lalu itu didengar oleh 650 penonton dalam studio termasuk keluarga saya dan teman-teman dekat saya, saya malu mereka tahu bahwa saya menderita di tahun-tahun awal saya bekerja di Sumatera, merantau di daerah baru yang belum pernah saya kunjungi, sendirian tanpa punya keluarga disana dan tak ada orang yang dikenal. Hanya bermodalkan komitmen kuat untuk membantu satwa liar di hutan agar kondisinya lebih baik yang membuat saya bertahan, meski banyak orang meragukan mungkin karena saya seorang perempuan dan berpendapat saya tidak akan pernah mampu bertahan. Saat itu saya harus berjuang keras agar mampu bertahan hidup di Bengkulu dengan uang 150 ribu per bulan di tahun 2004, meski seharusnya gaji yang saya terima 300 ribu per bulan, setengahnya menguap entah kemana, karena uang yang diberikan kepada saya hanya 50%-nya saja. Bahkan sebagai dokter hewan gaji saya tidak sebanyak pengemis jalanan di ibukota. Dan saya pun tidak memiliki tuntutan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seperti buruh-buruh di Jakarta dan sekitarnya. Cukup tidak cukup 300 ribu itulah untuk biaya hidup sebulan, dimana biaya hidup di Sumatera lebih tinggi dibanding di Jawa. Dengan 150 ribu itu sudah mencakup biaya hidup, untuk biaya tempat tinggal dan bahkan membiayai untuk pekerjaan yakni transportasi dan logistik di lapangan, tanpa dukungan dari pihak-pihak terkait membuat saya menjadi sangat mandiri, bekerja tidak harus menunggu anggaran pemerintah ada atau tidak. Prinsip saya adalah sekecil apapun gaji saya yang paling penting adalah saya tidak boleh punya hutang dan meminta belas kasihan orang lain bahkan kalau bisa saya harus memberi orang lain yang membutuhkan. Makanya saya menolak saat teman-teman kantor saya yang memandang saya seperti anaknya sendiri memberikan bantuan finansial. Saya tetap berusaha sendiri selain bekerja untuk konservasi satwa liar, saya juga bekerja apa saja agar tetap hidup, karena kerja keras tanpa pantang menyerah dengan niat baik akan membukakan pintu rejeki yang halal dengan banyak cara dan dari mana saja. Itu juga yang membuat saya bisa bertahan hidup di perantauan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di satu sisi saya harus berjuang untuk bertahan hidup dan di sisi lainnya saya harus berjuang keras membuat perubahan/ perbaikan '<i>health care management</i>' untuk membantu satwa liar di hutan, dan saya tahu persis itu tidak mudah, butuh waktu lama, siap menghadapi penolakan dan hanya orang-orang yang punya komitmen kuat serta mampu bertahan yang bisa melakukannya. Tantangan dan resiko lainnya saya kesampingkan, seperti medan dan lokasi kerja yang berat untuk dijangkau, harus tinggal di hutan bersama tim yang semuanya laki-laki dan dengan tipikal perilaku yang beragam, menghadapi binatang buas yang kadang bisa mengancam nyawa, dan saya menyadari dalam setiap pekerjaan pasti ada yang suka dan tidak suka, yang berusaha menjatuhkan dengan berbagai cara dan menghambat. Belum lagi adanya kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, ancaman dari pelaku aktivitas illegal, ancaman dari masyarakat yang terkena dampak konflik satwa liar dan berbagai faktor lainnya yang melemahkan semangat dan menguji kesabaran dalam menghadapi kenyataan bahwa untuk menolong saja tidak mudah. Padahal disaat yang bersamaan saya juga mendapat tawaran dari 5 lembaga besar baik Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) nasional maupun internasional yang juga bekerja untuk konservasi orangutan, gajah, harimau dan meminta saya untuk bergabung dan bekerja di lembaga tersebut dengan tawaran fasilitas dan gaji yang lebih dari cukup sesuai dengan pengalaman kerja dan profesi saya sebagai dokter hewan. Tapi anehnya, hati saya mantab memilih membantu pemerintah untuk perbaikan dan perawatan gajah di hutan HPKH PLG Seblat yang sekarang sudah dialihfungsikan menjadi kawasan konservasi TWA Seblat, di Bengkulu Utara yang kemudian saya pun aktif membantu penyelamatan harimau korban konflik dan perburuan tidak hanya di Bengkulu saja. Hanya karena saat pertama kali travelling ke Bengkulu ingin melihat gajah dan siamang di habitat, saya merasa sedih dan prihatin dengan kondisinya, tidak ada dokter hewan disana, hati saya berkata ,"<i>justru tempat seperti</i> <i>ini yang seharusnya dibantu dan mendapat perhatian</i>". Sedangkan satwa liar yang dtangani oleh LSM-LSM besar tidak perlu dikhawatirkan karena mereka lebih fokus bekerja untuk satwa liar dan memiliki fasilitas yang jauh lebih baik untuk kepentingan satwa, tentu orang lain banyak yang bersedia bekerja disana, kalau di tempat seperti ini siapa yang mau kalau harus menderita dan keluar dari zona nyaman dengan gaji tidak layak dengan beban pekerjaan yang cukup berat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwhZLlr5k9gEy2AkkWikOiqCpwQS6l2MusWKz3FjgQG7YwU9zExRAKcyGjIfe2O8Hjo4hqEKWxva7vUbkr2QrnZ3YQBF_dnFqcD-qXIAmvTXm_puJTB6uCBElnAen-veTrIpbNHdqRrk8/s1600/Relokasi+Harimau+7+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwhZLlr5k9gEy2AkkWikOiqCpwQS6l2MusWKz3FjgQG7YwU9zExRAKcyGjIfe2O8Hjo4hqEKWxva7vUbkr2QrnZ3YQBF_dnFqcD-qXIAmvTXm_puJTB6uCBElnAen-veTrIpbNHdqRrk8/s400/Relokasi+Harimau+7+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Harimau sumatera bernama Elsa, korban perburuan liar</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Permasalahan yang dihadapi pun tidak cukup sampai disitu, saya juga menghadapi banyak hambatan secara bertubi-tubi saat sedang merawat satwa baik gajah ataupun harimau yang saya tangani. Seringkali pihak lain yang seharusnya peduli menjadi acuh tak acuh bila diminta untuk ikut memikirkan nasib satwa korban konflik dan perburuan. Sedangkan kami dihadapkan kenyataan bahwa satwa tersebut perlu perawatan yang layak pasca penyelamatan. Merawat satwa dibutuhkan biaya pakan dan tempat yang layak serta obat-obatan yang memadai, dan itu yang kadang tak bisa dipenuhi. Kadang yang membuatku putus asa, untuk hidup sendiri saja pas-pasan apalagi juga harus menanggung biaya hidup pasien-pasien yang saya tangani yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kadang hanya instruksi dari pejabat yang saya terima bahwa apapun yang terjadi satwa itu tak boleh mati tapi tak ada bantuan dana untuk perawatannya karena anggaran harus diusulkan terlebih dulu setahun sebelumnya, disisi lain kami juga tidak pernah tahu kapan konflik terjadi, karena itu bisa terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi, dan mereka lupa bahwa gajah perlu makan dan tidak bisa kenyang dengan sendirinya hanya dengan instruksi saja. Kadang saya harus melihat kenyataan bahwa berhari-hari harimau tidak makan bahkan sudah tidak sanggup meraung lagi karena kelaparan, saya pun harus rela berbagi uang untuk saya dan untuk makannya, terkadang bila tidak punya uang sama sekali saya hanya bisa menangis didepannya saat harimau itu menatap mata saya tanpa suara, saya sangat sedih tidak bisa membelikannya makanan, dan saya tahu dia ingin mengatakan bahwa dia lapar dan membutuhkan makanan, meski bahasa kami berbeda tapi tatapan matanya sudah cukup membuat saya mengerti. Disaat menghadapi hal paling sulit dan saya sudah tidak tahu lagi bagaimana jalan keluarnya, saya selalu percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan keluarnya, dan disaat saya sudah tidak bisa berpikir lagi, Tuhan selalu menghubungkan dan mempertemukan saya dengan orang-orang yang ingin membantu mengatasi permasalahan itu secara tidak terencana baik yang ada di Indonesia maupun di negara lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai manusia biasa tentu saya juga pernah mengalami rasa putus asa dan hampir menyerah karena tidak ada dukungan, bosan menderita, tidak punya solusi untuk menyelesaikan persoalan satwa dan habitatnya yang komplek dan bahkan untuk menolong saja tidak mudah, belum tentu diterima dengan baik oleh pihak-pihak terkait yang ditolong. Jika sudah muncul rasa ragu saya akan bertanya pada diri sendiri, "<i>untuk apa sih saya ada disini ?</i>" Dan berusaha untuk mengingatkan diri-sendiri tujuan awal saya ada di Bengkulu. Untuk menyemangati diri sendiri saya berkata dalam hati, "<i>kalau saya bekerja orientasinya untuk mendapatkan kenyamanan dengan gaji besar, bukan disini tempat saya. tapi karena dari semula hanya berniat untuk menolong, disinilah tempatnya</i>". Dan saya percaya sepenuhnya bahwa "<i>God created you to be in the world. You are in the world to fulfil a specific mission</i>", jadi saya ada disini sampai sekarang karena itu, karena ingin menolong satwa liar di hutan yang membutuhkan pertolongan, dan tidak punya kepentingan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfQnO6PuC-GdYgqjEQZTKPvfC0AiWKqlsT3O4EihIbBuhXN1kygILR9JdMrpuUJ2Qds8huQmKOCLbZ9DWcGDbkZUnSGYQgIHxH7Ij3cFmu6P_AeJk0sWpEmMdOKxhh-4piMsA_-q27vJY/s1600/12729386_10205541516672526_1715789836641836303_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfQnO6PuC-GdYgqjEQZTKPvfC0AiWKqlsT3O4EihIbBuhXN1kygILR9JdMrpuUJ2Qds8huQmKOCLbZ9DWcGDbkZUnSGYQgIHxH7Ij3cFmu6P_AeJk0sWpEmMdOKxhh-4piMsA_-q27vJY/s320/12729386_10205541516672526_1715789836641836303_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama teman Saka Wanabakti saat SMA dari NTT</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Meski kami dalam keterbatasan secara materi tapi saya sendiri merasa kaya, dengan punya banyak teman, punya banyak jaringan, dan masih mendapatkan kesempatan travelling ke beberapa negara untuk meng-update ilmu dan ketrampilan, menghadiri konferensi nasional dan internasional untuk saling berbagi ilmu dan informasi dengan kolega lainnya, dan merasa cukup bahagia hidup kami yang hanya satu kali ini bisa berguna untuk menolong orang lain atau makhluk lainnya yang membutuhkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat acara talkshow selesai, Andy F Noya melarang saya beranjak dari kursi dan diminta untuk tetap duduk dengannya di atas panggung. Sambil mendengarkan lagu yang dibawakan oleh pemeran utama Film Denias. Saya sungguh tidak tahu, kalau vokalisnya itu adalah Albert Fakdawer, kalau saja tahu mungkin saya ingin mengajaknya berfoto.....hehehe :) Suaranya sangat bagus saat membawakan lagu Michael Jackson berjudul 'Heal The World'. Setelah pembawa acara menutup acara Talkshow, dia mengajak para narasumber berfoto bersama dengannya. Dia meminta saya yang terlebih dulu berfoto dengannya baru menyusul narasumber lainnya, "<i>Ayooo....harimau foto dulu bersama buaya</i>", katanya. Dua orang photographer Metro TV sudah siap di depan kami. Selesai foto berdua untuk dokumentasi Metro TV, dia berkata, "<i>Mana keluarga dan teman-temannya, ayo kita foto bersama!</i>" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioe1_rOc_y7bqjWHu7Jy2Tig1StmFBXOOKqnqDoaz1RtVoseeFhkJNRhqeI238fkezDAJ_5UbLg1ox24_chMB8IXru2iT785-EcAgG0eT8fVQBmok9Q8i8RqvyFuhYHF_T7jqL9nz5i1E/s1600/yanti+4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioe1_rOc_y7bqjWHu7Jy2Tig1StmFBXOOKqnqDoaz1RtVoseeFhkJNRhqeI238fkezDAJ_5UbLg1ox24_chMB8IXru2iT785-EcAgG0eT8fVQBmok9Q8i8RqvyFuhYHF_T7jqL9nz5i1E/s400/yanti+4.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Keluarga dan teman-teman Wanala Universitas Airlangga yang mendampingi<br />
dan mendukung saya <span style="font-size: 12.8px;">di acara Talk Show Kick Andy - Metro TV</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku, karena acara Talk Show Kick Andy ini telah mempertemukan saya kembali dengan teman-teman lama dari organisasi Pecinta Alam Wanala Unair dan teman-teman dekat lainnya sesama relawan untuk konservasi satwa liar, juga teman organisasi Wanabakti sejak SMA yang berasal dari Nusa Tenggara Timur beserta keluarganya, diantaranya sudah belasan tahun tidak pernah bertemu lagi. Saya memang tidak mengundang teman-teman kolega dokter hewan dan teman-teman dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), namun meski begitu mereka sudah hadir juga untuk melihat langsung acara ini, tanpa saya sadari. Saya baru mengetahuinya setelah acara selesai dan saat saya turun dari panggung untuk mengajak teman-teman Wanala dan keluarga berfoto bersama Andy F Noya, mereka menyapa saya dan mengajak saya foto bersama dengan semua kolega dari Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK. Dan karena saya menjadi narasumber di acara ini, mereka bersedia meluangkan waktu untuk datang mendukung saya, meskipun mereka tidak hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya saja tapi juga datang langsung dari Surabaya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVTb5xk8fnUATLzDDpelFMaSZkMB5JBUKWTiojyIauty6oGeZJrgxjHVn7AnnF0mYUljo2y-_rbObMxZua-2DH9WrCTCWh5FCfjQb9QQxdS1JzSlz7qT7OtL8gxHThjO7dNGVixAcYtco/s1600/1a.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVTb5xk8fnUATLzDDpelFMaSZkMB5JBUKWTiojyIauty6oGeZJrgxjHVn7AnnF0mYUljo2y-_rbObMxZua-2DH9WrCTCWh5FCfjQb9QQxdS1JzSlz7qT7OtL8gxHThjO7dNGVixAcYtco/s320/1a.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun kenyataannya kesempatan saya untuk bisa bertemu dan berbicara dengan mereka semua hanya beberapa detik saja, karena saya harus mengikuti jadwal ketat dari Kick Andy. Bahkan untuk bisa berbicara dengan mereka saya terus didampingi oleh salah satu crew Kick Andy, yang kadang terlihat tidak sabar menunggu dan mengingatkan bahwa saya sudah ditunggu. Waktu yang hanya beberapa detik untuk menemui dan berbincang-bincang dengan mereka sungguh besar artinya bagi saya, ini adalah bentuk sebuah dukungan yang menyemangati saya, meski tidak sebanding dengan pengorbanan mereka untuk datang dan sekian lamanya waktu kami tidak pernah bertemu. Bahkan kesempatan yang ada untuk bertemu setelah acara juga masih harus terbagi dengan melayani banyak orang yang ingin berfoto bersama denganku secara bergantian dan yang ingin saya tanda-tangan di buku yang mereka dapat di acara itu. Meskipun saya bukan selebritis dan hanya orang biasa-biasa saja maka saya harus bersedia melayani permintaan mereka satu-persatu dengan baik. Bahkan saat saya sedang berbincang-bincang sejenak dengan keluarga dan teman-teman Wanala, dan melayani orang lain yang ingin berfoto bersama, mobil Metro TV sudah menunggu saya di depan pintu masuk untuk mengantarkan saya beristirahat setelah acara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjuangan hidup yang panjang itu adalah proses belajar dan pelajaran sangat berharga yang tentu hanya saya dapatkan sekali seumur hidup, hingga akhirnya membawaku seperti sekarang ini, dan membuatku sedikit berbeda daripada saya menjadi pegawai yang biasa-biasa saja yang tidak punya keberanian keluar dari zona nyaman demi satu tujuan mengabdi pada profesi untuk menolong satwa liar di hutan yang membutuhkan pertolongan. Bila saat itu saya menyerah berarti saya tidak lulus dalam menghadapi ujian hidup, dan orang akan mengenal saya tidak seperti 'Yanti' yang sekarang tentunya, yang hidupnya penuh liku dan penuh warna hanya karena berkomitmen untuk mengabdi pada profesi. <span style="color: #0b5394;">"<i><span style="color: #ffe599;">Life will always have a different plan for you. If you don't give up, you will eventually get to your destination</span></i>".</span><br />
<br />
Saya sangat menyukai profesi saya saat ini dan saya bersyukur telah menjadi dokter hewan serta bisa mengabdikan profesi untuk membantu species yang diambang kepunahan. Merasa bahagia saat profesi dan hidup ini bermanfaat. Dan arti kebahagian bagi saya tidak bisa diukur dan dinilai dengan uang, dengan harta yang dimiliki, tapi kebahagiaan itu datangnya dari hati. Kami yang menjadi narasumber Pengabdian Tanpa Batas sama-sama sudah merasa bahagia bila profesi kami bisa menolong dan bermanfaat bagi sesama dan makhluk lainnya. Uang bukanlah segala-galanya dan bukan satu-satunya tujuan yang harus dikejar dalam bekerja. </div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com9Jakarta Barat, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia-6.1683295 106.75884940000003-6.2946254999999995 106.59748790000003 -6.0420335 106.92021090000003tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-72708918618310313032016-01-31T00:19:00.000-08:002016-05-09T00:25:01.840-07:00HiLo Green Conference & Talk Show 2016<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #ffe599;">Tanggal 7 Januari 2016</span> saya dihubungi reporter salah satu stasiun TV swasta di Jakarta, sebelumnya kami memang pernah bertemu saat sedang liputan untuk acara stasiun TV nasional tentang PLG Seblat di Bengkulu dan sejak itu kami masih berkomunikasi. Dia mengatakan bahwa ada seorang dokter di Jawa Timur yang ingin menghubungi dan mengundang saya untuk menjadi pembicara dalam seminar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSbXcSqo0UOBvmkwqbsd8zjtJArqELJmxtqzrJm7J1xFviFRhIWiUfVhMlTPT4cl9Og7oXvyHgD-0R4r0qPKW7fLyIPnDdj9s17Pe_w-pXz3LeiWPLFz9DpCOm50untRCjZfMJ0D7gQ3I/s1600/1f.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSbXcSqo0UOBvmkwqbsd8zjtJArqELJmxtqzrJm7J1xFviFRhIWiUfVhMlTPT4cl9Og7oXvyHgD-0R4r0qPKW7fLyIPnDdj9s17Pe_w-pXz3LeiWPLFz9DpCOm50untRCjZfMJ0D7gQ3I/s320/1f.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Beberapa hari kemudian saya dihubungi oleh HiLo Green Community (HGC), saya belum pernah mendengar nama organisasi itu sebelumnya, yang mengatakan bahwa mereka akan mengadakan acara konferensi dan talk show dengan tema <span style="color: #b6d7a8;">'<i>Save The Endangered Animals</i>'</span> pada akhir bulan ini dan ingin mengundang saya untuk jadi salah satu narasumber. Saya belum tahu apakah itu HGC, sebelumnya saya mengira bahwa itu komunitas yang berasal dari Mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, Malang. Karena di universitas tersebut seminar akan diselenggarakan, dan bahkan saya juga sempat berpikir atau mungkin itu komunitas pecinta satwa yang ada di Malang, Jawa Timur. Sebelum menyatakan bersedia menghadiri acara seminar, saya musti mencari tahu tentang organisasi itu, agar saya tidak menghadiri acara yang salah dan tidak ingin terjebak menghadiri acara organisasi yang mengeksploitasi satwa dengan mengatasnamakan penyelamatan satwa. Pada saat itu saya belum bisa memastikan untuk bisa datang atau tidak, selain mempertimbangkan hal itu juga karena masih harus melihat jadwal kerja saya lainnya apakah berbenturan atau tidak dan masih harus berkoordinasi dengan atasan. Ternyata perkiraan saya salah, setelah menemukan jawabannya maka saya bersedia menghadiri acara konferensi dan talk show tersebut. Dan langsung mengurus birokrasi administrasi dengan BKSDA Bengkulu untuk diberikan Surat Perintah Tugas (SPT). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sabtu, tanggal 30 Januari 2015, pukul 10.25 WIB saya berangkat ke Malang, Jawa Timur dengan penerbangan dari Kota Bengkulu menuju Surabaya, Jawa Timur. Sesampainya di Surabaya sudah dijemput oleh panitia yakni dari HiLo Green Ambassador yang membawaku ke Kota Malang. Kami berhenti sejenak untuk makan siang dan istirahat di rumah makan Padang. Dalam hati aku berkata, <span style="color: yellow;"><span style="color: #b6d7a8;">"<i>selama di Sumatera saja aku sebisa mungkin menghindari rumah makan ini karena tidak cocok dengan masakannya dan lebih memilih mencari rumah makan Jawa yang lokasinya jauh sekalipun, biasanya terpaksa baru makan ini bila tidak ada pilihan lainnya</i>"</span><span style="color: yellow;">.</span></span> Sambil menunggu menu makanan disajikan, saya bertanya,<span style="color: #b6d7a8;">"<i>Ada yang berasal dari Sumatera ? Biasanya orang Sumatera memang kurang doyan makanan Jawa</i>"</span>. Ternyata tidak ada yang berasal dari Sumatera, malah mereka yang mengira saya berasal dari Sumatera. Memang, anggapan mereka tidak salah dan juga tidak benar, karena saya adalah orang Jawa yang kebetulan sudah lama tinggal di Sumatera. Tapi tak apalah, toh masakan Padang yang dijual di Jawa rasanya juga jauh berbeda dengan masakan Padang yang dijual di Sumatera, rasanya masih menyesuaikan lidah orang Jawa. Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan, menjelang petang sampai juga di Kota Malang dengan disambut hujan badai sepanjang perjalanan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menghadiri acara ini sama artinya meninggalkan acara penting lainnya, karena seminggu sebelumnya saya juga mendapat undangan untuk menghadiri acara <span style="color: #b6d7a8;">The Regional Asian Elephant and Tiger Veterinary Workshop</span> yang diselenggarakan di Kerala Veterinary and Animal Sciences University, India yang diadakan selama 6 hari di waktu yang bersamaan. Sebelumnya sempat bimbang, untuk membatalkan acara yang sudah dikonfirmasi akan hadir atau meninggalkan acara yang berhubungan dengan kegiatan medis, harimau dan gajah untuk peningkatan kapasitas diri dan berbagi informasi tentang permasalahan penyakit serta tentunya akan bertemu lagi dengan teman-teman lama yang bekerja untuk konservasi harimau dan gajah di beberapa negara, kebetulan sudah lama saya tidak bertemu mereka. Kebetulan beberapa orang yang hadir aku mengenalnya dengan baik tidak hanya yang berasal dari Asia saja tetapi juga kolega dari Amerika dan Eropa. Hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016 sama-sama sudah harus berada di lokasi konferensi, baik di Malang ataupun di India Selatan. Tak lama kemudian saya juga dapat undangan dari Saka Wanabakti Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu untuk menghadiri acara pelantikan kepengurusan Saka Wanabakti Rejang Lebong pada tanggal 30 - 31 Januari 2016. Sebelumnya saya juga menyatakan bersedia saat diminta untuk menjadi pembina Saka Wanabakti Rejang Lebong, karena saya juga tidak asing lagi dengan organisasi pramuka itu, sewaktu masih menjadi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) saya juga aktif berkegiatan di Saka Wanabakti di Perhutani yang ada di Jawa Timur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Kota Malang saya menginap di Hotel de' Beautique, narasumber lainnya yang sekaligus juga rekan kerja saya dari Copenhagen Zoo Research Project di Taman Nasional Baluran juga menginap di hotel yang sama. Kami seperti reuni saja, sering bertemu di banyak kegiatan yang berhubungan dengan konservasi satwa liar. Malam itu saya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan bahan presentasi esok hari, sebetulnya selama perjalanan saat menunggu penerbangan di Fatmawati Soekarno Airport dan saat transit di Soekarno Hatta Airport saya sudah menyibukkan diri untuk menyeselaikan presentasi, sampai di Malang tinggal menambah kekurangannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesempatan bisa berkunjung kembali ke Malang membuat saya bahagia, karena sudah sepuluh tahun lebih saya tidak pernah mengunjungi kota itu. Dulu awal berkarier sebagai dokter hewan satwa liar bermula di kota Malang, dan saya pernah tinggal di Malang beberapa saat sebelum hijrah ke Sumatera. Tentu banyak teman di kota itu, dan mereka kukenal sebagai aktivis konservasi satwa liar. Kembali ke Kota Malang sama artinya saya bernostalgia kembali dengan teman-teman lama dan bernostalgia dengan kota yang merupakan cikal bakal aktivitas saya dan yang membesarkan saya menjadi relawan dan akhirnya berkarier di dunia konservasi satwa liar. Dan saya juga sangat antusias saat melihat bahwa yang menjadi narasumber dalam konferensi dan talk show <i><span style="color: #b6d7a8;">'Save The Endangered Animals'</span></i> tersebut tidak hanya kami berdua tetapi juga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur dan LSM ProFauna Indonesia yang kebetulan berkantor juga di Kota Malang. Namun sayangnya malam itu kami dapat informasi dari panitia bahwa mereka tidak bisa datang padahal mereka sama-sama memiliki kantor di Malang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL-mxeGqbey4I55sAiKOBb7gElS0VELbgfBaSm6H2lAEj9w6P4Bv1Kv8iU6khr6pOCCvBKsjns9bOFrrCz6RGxMs-EaQxNQmAL70BMXiDQz9Otg77UjVxqThClx5J62xod3gJfLxIf6Wo/s1600/1a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL-mxeGqbey4I55sAiKOBb7gElS0VELbgfBaSm6H2lAEj9w6P4Bv1Kv8iU6khr6pOCCvBKsjns9bOFrrCz6RGxMs-EaQxNQmAL70BMXiDQz9Otg77UjVxqThClx5J62xod3gJfLxIf6Wo/s400/1a.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #d9ead3;">HiLo Green Conference "Save the Endangered Animals" di Graha Medika</span><br />
<span style="color: #d9ead3;">Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Minggu, tanggal 31 Januari 2016, Jadwal kami presentasi jam 1 siang, saya mendapat urutan terakhir. Setelah presentasi baru diadakan talk show yang dipandu oleh kolega dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang kebetulan juga menjadi HiLo Green Ambassador. Dalam presentasi ada hal yang tidak terduga dan tak biasa saat saya menampilkan photo harimau kami Elsa, saya tiba-tiba menangis dan tidak bisa melanjutkan kata-kata dan orang-orang yang hadir pun terdiam. Saya tidak tahu kenapa berubah menjadi begitu rapuh dan cengeng, mungkin teringat lagi betapa sulitnya kami mengevakuasi harimau Elsa sebagai korban jerat pemburu liar disaat kondisi saya yang tak berdaya saat itu, saya pun harus melakukan operasi amputasi kakinya yang membusuk karena jerat disaat saya sendiri sedang dirawat di UGD salah satu rumah sakit di Bengkulu, bagaimana sulitnya perjuangan kami merawatnya agar tetap hidup dan mendapatkan perawatan terbaik yang kami bisa disaat pihak lain dan pihak berwenang tidak peduli dengannya, perjuangan yang sarat dengan emosi, rasa putus asa dan air mata, belum lagi kami yang merawatnya dengan suka duka dihujat habis-habisan oleh pihak-pihak lain yang nyatanya membantu harimau kami pun tidak, yang seolah-olah mereka mengatakan pada publik bahwa sangat peduli dengan harimau sumatera, bahkan sampai direlokasi di kawasan konservasi pun tak pernah melihat bantuan mereka secara nyata terhadap harimau itu agar kualitas hidupnya lebih baik. Bicara itu mudah, tapi bukan itu yang kami dan harimau butuhkan, kami hanya membutuhkan tindakan nyata. Akhirnya saya pun harus melewatkan untuk membahas penyelamatan harimau Elsa daripada saya tidak bisa melanjutkan presentasi saya. Dia sungguh membuatku tidak bisa berkata-kata, seharusnya memang saya tidak menyinggungnya untuk saat-saat seperti ini. Dan saya sendiri pun masih sensitive bila orang lain bertanya soal itu, saya lebih memilih untuk tidak menjawabnya daripada mengingatkan saya kembali dengannya. Dua kali ditanya tentang harimau Elsa, dua kali juga membuatku menangis, sepertinya saya sungguh belum rela mendapati kenyataan telah kehilangan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-EdWmMUIU0j3-kTHAxZTrh-bVonO9A_FSl0DUyg48bU1Qcq2Yz8hzl52a7qYK5lqsgAhwbkzipJhTQCD49jE2qnccB1p_XeWomBjfGJLYa3huukT7aL8rIhTP_JIb9G63J9zV4J7MXTQ/s1600/1b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-EdWmMUIU0j3-kTHAxZTrh-bVonO9A_FSl0DUyg48bU1Qcq2Yz8hzl52a7qYK5lqsgAhwbkzipJhTQCD49jE2qnccB1p_XeWomBjfGJLYa3huukT7aL8rIhTP_JIb9G63J9zV4J7MXTQ/s400/1b.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Talk Show "Save the Endangered Animals" di Graha Medika<br />
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Acara Talk Show kami dikejutkan dengan banyaknya orang yang antusias untuk bertanya, membuatku sedikit terhibur. Usai acara, banyak mahasiswa Kedokteran Hewan yang mendatangiku mengajak foto satu persatu dan foto bersama. <span style="color: #b6d7a8;">"<i>Apa menariknya berfoto denganku, karena aku bukanlah orang beken yang diidolakan banyak orang</i>,"</span><span style="color: #660000;"> </span>pikirku. Dan mereka juga mengajakku berbincang-bincang, saya menyukai generasi muda yang sudah optimis dengan jurusan yang dipilihnya, apalagi ingin mengikuti jejak sebagai dokter hewan yang bekerja untuk konservasi satwa liar. Itu sungguh luar biasa, berharap saya bisa terus menginspirasi mereka dengan terus berkomitmen bekerja untuk konservasi satwa liar terutama harimau sumatera.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSUbcQ2XwkkWNfUf3S8WnbrTCp0ERMDizlz0yYio2GUl42_hWBU0gJk4wFxLFykGdfQgAkcAKchH9QTFLE1qiok4ocigZLdwfPgmdB1mshB99W12_-1QnP79ilEXsGC43ChZLuAi0NeCc/s1600/1d.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSUbcQ2XwkkWNfUf3S8WnbrTCp0ERMDizlz0yYio2GUl42_hWBU0gJk4wFxLFykGdfQgAkcAKchH9QTFLE1qiok4ocigZLdwfPgmdB1mshB99W12_-1QnP79ilEXsGC43ChZLuAi0NeCc/s320/1d.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #d9ead3;">Bersama Mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan,</span><br />
<span style="color: #d9ead3;">Universitas Brawijaya</span></td></tr>
</tbody></table>
Pulang dari acara saya dijemput oleh teman-teman dari Centre for Orangutan Protection (COP) yakni LSM yang bekerja untuk konservasi orangutan di Indonesia untuk diajak makan malam bersama. Bakso Presiden pilihan kami, belum dianggap pergi ke Malang bila belum merasakan Bakso Presiden yang terkenal itu. Malamnya masih dilanjutkan bertemu dengan teman-teman COP dan orangufriends atau alumni COP School yang juga merupakan mahasiswa kedokteran hewan, Universitas Brawijaya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senin, tanggal 1 Pebruari 2016 jam 7 pagi saya dijemput teman dari COP untuk makan pagi bersama dilanjutkan mengisi waktu untuk pertemuan internal membahas organisasi dan project dengan teman-teman COP dan Animals Indonesia sampai jam 10 pagi, karena saya harus berangkat ke Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang untuk kembali ke Jakarta hari itu juga. Sebenarnya masih banyak teman-teman lainnya yang ingin saya temui, teman dokter hewan, teman satu organisasi Pecinta Alam dan lainnya, namun waktu yang singkat selama berada di Malang sudah terisi penuh untuk acara dengan teman-teman kerja dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan konservasi satwa liar. Waktuku tidak sia-sia dan menjadi sangat berarti meski hanya singkat berada di Kota Malang. Masih banyak teman lain yang belum bisa dijumpai selama disana, berharap suatu saat nanti ada kesempatan lainnya untuk bertemu mereka.<br />
<br />
Sebelum kembali ke Bengkulu, Sumatera, saya masih mengadakan pertemuan dengan teman-teman di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manggala Wanabakti Jakarta untuk rencana pembuatan buku dan mengikuti pertemuan dengan anggota Forum HarimauKita di Bogor, Jawa Barat untuk rapat lainnya. Memanfaatkan waktu diluar kerja untuk hal-hal yang bermanfaat itu memang membahagiakan dan membuat hidup menjadi selalu bersemangat.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Jl. Universitas Brawijaya, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia-7.9529831000000009 112.61432579999996-7.9608461000000013 112.60424079999996 -7.9451201000000005 112.62441079999996tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-66100092454447324912016-01-01T22:20:00.000-08:002016-06-21T23:54:47.016-07:00Pengamatan Biota Laut dan Satwa Liar selama 3 Hari di Pulau Panaitan<br />
<div style="text-align: justify;">
Tiga hari di Pulau Panaitan dari tanggal 30 Desember 2015 sampai dengan 1 Januari 2016, yakni mengisi waktu di penghujung tahun dan di tahun baru dengan kegiatan yang bermanfaat. Selama ini pergantian tahun identik dengan mengadakan pesta kembang api, berkonvoi di jalan raya atau sekedar nongkrong bersama teman dan keluarga di pusat keramaian atau dengan mengadakan barbeque party, namun kami tidak ingin mengikuti ritual seperti itu, dan lebih memilih berada di pulau tak berpenghuni dan terpencil di ujung barat Pulau Jawa sekaligus mengikuti kegiatan pelepasliaran monyet ekor panjang <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><i><span style="color: #ffe599;">Macaca fascicularis</span></i><span style="color: #fff2cc;">)</span></span> yang dilakukan oleh IAR <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><span style="color: #ffe599;">International Animal Rescue</span><span style="color: #fff2cc;">)</span></span>, JAAN <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><span style="color: #ffe599;">Jakarta Animal Aid Network</span><span style="color: #fff2cc;">)</span></span> , PPSC <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><span style="color: #ffe599;">Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga</span><span style="color: #fff2cc;">)</span></span> bekerjasama dengan TNUK <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><span style="color: #ffe599;">Taman Nasional Ujung Kulon</span><span style="color: #fff2cc;">)</span></span><span style="color: #f1c232;">.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #f9cb9c;">Rabu, 30 Desember 2015</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah pengalaman pertamaku travelling ke Taman Nasional Ujung Kulon. Di keluargaku hanya adikku lah yang pernah mengunjungi tempat ini di awal kerjanya beberapa tahun yang lalu. Dan akhirnya aku pun mendapatkan kesempatan untuk mengadakan perjalanan ke pulau - pulau yang berada dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Berbicara tentang taman nasional ini yang terlintas dipikiran kita pastilah habitat terakhir dari badak jawa <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><i><span style="color: #ffe599;">Rhinoceros sondaicus</span></i><span style="color: #fff2cc;">)</span></span><span style="color: #f1c232;">,</span> selain itu juga merupakan habitat bagi banteng <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><i><span style="color: #ffe599;">Bos javanicus</span></i><span style="color: #fff2cc;">)</span></span> dan macan tutul <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><i><span style="color: #ffe599;">Panthera pardus</span></i><span style="color: #fff2cc;">).</span></span> Namun tempat yang kukunjungi bukanlah daratan Pulau Jawa tapi pulau-pulau kecil yang ada di ujung barat Pulau Jawa sehingga tidak akan menemukan badak jawa, banteng dan macan tutul disana meski aku ingin sekali melihat mereka di alam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ5nePJGfNR_Du8rQtN4QcXnG4xICQXKTsR9FSiwtgU-4Ed9GeM_F1yNh0ngIUJm-Y0lvAgSAk9ZoKCOb8ysO-bPVlwxhMWyZVrEVAolT-5fyQt_TxlwsOifz1xUBj_tv_hhc3F24VQqI/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ5nePJGfNR_Du8rQtN4QcXnG4xICQXKTsR9FSiwtgU-4Ed9GeM_F1yNh0ngIUJm-Y0lvAgSAk9ZoKCOb8ysO-bPVlwxhMWyZVrEVAolT-5fyQt_TxlwsOifz1xUBj_tv_hhc3F24VQqI/s640/1a+copy.jpg" width="468" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Rusa (<i>Cervus timorensis</i>) di Pulau Panaitan, Taman Nasional Ujung Kulon</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sebelum berlabuh di Pulau Panaitan yang merupakan tujuan utama kami, aku diajak untuk singgah terlebih dulu di Pulau Peucang. Dari kejauhan terlihat ada sebuah perahu cepat dan perahu nelayan ukuran besar parkir di pantai pintu masuk Pulau Peucang. Pantai dengan pasir putih dan air laut yang berwarna hijau biru dengan batas kontras tampak bersih dan bening dari kejauhan sehingga ikan-ikan yang lalu lalang didalamnya tampak jelas dari atas perahu. Di pulau ini terdapat kantor dan penginapan wisatawan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di pulau itu yang terlihat hanya babi hutan berkeliaran di sekitar kantor dan penginapan seolah-olah sudah tidak takut lagi dengan kehadiran manusia, begitu juga dengan monyet ekor panjang. Di pinggir pantai aku melihat seekor rusa <span style="color: #fff2cc;"><span style="color: #fff2cc;">(</span><i><span style="color: #ffe599;">Cervus timorensis</span></i><span style="color: #fff2cc;">)</span></span> sedang mencari makanan, saat aku memotretnya dia pun melihatku. Aku sangat menyukai saat memotret satwa liar pandangannya melihat kearahku, gambar menjadi tampak hidup. Dan aku pun sangat menyukai memotret ekspresi hewan. Hanya sekitar 10 menit kami berada di Pulau Peucang, namun bagiku itu sudah cukup berkesan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap kali aku mengunjungi kawasan konservasi yang sekaligus dimanfaatkan untuk ekowisata dengan melibatkan masyarakat sekitar selalu membuatku teringat tempatku bekerja. Di tempat lain mereka sudah sibuk untuk pengembangan diri dengan pemberdayaan masyarakat sekitar untuk ekowisata dan pada akhirnya bisa berkonstribusi meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) serta membantu perekonomian masyarakat sekitar kawasan, di tempatku sendiri malah masih disibukkan dengan perbaikan manajemen tanpa diimbangi dengan pengembangan dan pemanfaatan secara lestari kawasan konservasi yang berdampak langsung pada upaya konservasi dan menambah penghasilan masyarakat sekitar. Padahal masyarakat sekitar kawasan adalah benteng bagi pengamanan kawasan hutan. Bagiku perbaikan manajemen dan pengembangan kawasan konservasi harus berjalan beriringan. Dulu aku pun sudah pernah berusaha mengembangkan itu saat menjadi koordinator untuk mengelola sebuah kawasan konservasi yang merupakan habitat gajah di Bengkulu dengan mencoba menggandeng beberapa pihak terkait dan masyarakat serta mendorong mereka memiliki MoU dengan BKSDA Bengkulu, saat itu mulai tampak ada hasilnya namun bila selanjutnya tanpa didukung oleh pengambil kebijakan semua juga tidak akan berjalan, bahkan sekarang dihentikan. Sedih rasanya, disaat sudah bekerja keras dengan mengabdikan seluruh waktu dan pikiran untuk pekerjaan tanpa memikirkan kepentingan pribadi semua menjadi sia-sia. Kadangkala kita memang harus menyadari dan berbesar hati saat telah bekerja keras untuk tujuan yang baik belum tentu mendapat dukungan, disaat yang bersamaan terkadang harus mendapati kenyataan saat orang lain bekerja dengan tujuan tidak baik malah mendapat dukungan. Ya begitulah hidup kadang terasa aneh dan tidak masuk logika :) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan di Pulau Panaitan satwa liar yang paling banyak dijumpai adalah burung dan rusa. Sebenarnya seorang teman mengajakku untuk berburu photo kancil, tentu aku tertarik karena belum pernah lihat kancil secara langsung di alam liar, aku membayangkan tubuhnya mirip dengan kijang namun ukurannya lebih kecil. Pulau Panaitan termasuk lokasi tempat hidup kancil, namun selama berada disana tak seekorpun yang terlihat olehku, mungkin aku belum beruntung ataukah ini tandanya aku harus kembali kesana lagi suatu hari nanti :) Saat pencarian kancil di sore itu dengan menyusuri hutan bersama seorang teman dari IAR, aku malah menemukan perangkap pemburu burung. Namun setiap pagi aku mendengar suara kijang yang berbunyi di sekitar tenda kami, aku suka mengintainya dan bersembunyi dibalik pohon sambil bersiap-siap memotret, namun lama menunggu dekat sumber air tawar, binatang itu tak kunjung menampakkan diri padahal suaranya terdengar begitu dekat. Memotret memang harus dengan penuh kesabaran, tidak boleh banyak bergerak dan mempunyai penglihatan yang jeli kearah hutan sekitar, bahkan saat memotret pun harus menahan nafas sejenak. Meskipun begitu yang jelas photography dengan obyek satwa liar adalah salah satu hobbyku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzhLgXjxKcZQweiQ4V6DbW-eJBirOBMGVf3WOsOPI_JOuBDkPm0Pt6YOAwgOISP00w9T3XvkuEsHge9S7bQGg' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
Akhirnya sebagai alternatif mengisi waktu luang aku memilih untuk memotret biota laut yang ada di pantai dan batu karang. Selama berjalan kaki di hari pertama dari kandang habituasi monyet ekor panjang ke lokasi tenda untuk menginap waktu tempuh yang seharusnya satu jam atau sekitar 10 km untuk berjalan malah aku habiskan berjam-jam untuk mengamati batu karang berharap menemukan sesuatu yang baru dan memotretnya. Hal ini karena banyak binatang laut yang bentuknya unik dan belum pernah aku jumpai sebelumnya, membuatku sangat tertarik untuk tahu lebih banyak tentang jenis-jenisnya dan ingin mengabadikannya dengan kameraku. Kami berjalan pelan dan berhati-hati karena banyaknya landak laut atau bulu babi <i><span style="color: #fff2cc;">(Echinoidea)</span></i> di sepanjang pantai agar kami tak tertusuk oleh binatang itu. Aku beserta dua orang teman dari IAR seperti anak kecil yang mendapat mainan baru saat melihat binatang laut, kami saling bertanya, <i><span style="color: #fff2cc;">"Yang ini apa sih ?"</span></i> Dan kami pun sama -sama tidak tahu. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat penasaran untuk menyentuhnya meski kami tidak tahu binatang tersebut beracun atau tidak, bahkan kami pun tidak tahu kalau itu binatang. Saat menemukan bentukan seperti bintang laut berwarna biru, salah seorang teman bertanya kepadaku, <span style="color: #fff2cc;"><i><span style="color: #783f04;">"</span><span style="color: #fff2cc;">Ini apa ?</span><span style="color: #783f04;">" "Mungkin mainan dari plastik yang terdampar di pantai"</span></i><span style="color: #fff2cc;">,</span></span> jawabku. Karena kami menganggap itu benda mati maka meletakkannya kembali ke pantai. Jadi kaget saat melihat benda itu mengeluarkan silia kemudian membalik tubuhnya dan berjalan pelan untuk bersembunyi dibalik batu karang. Kami berdua dokter hewan tapi tidak tahu kalau itu hewan....hahaha ! Ternyata itu memang bintang laut <span style="color: #fff2cc; font-style: italic;">(Asteroidea),</span><span style="color: #783f04; font-style: italic;"> </span>akhirnya aku memotret dan mengambil videonya. Selain itu aku juga memotret pemandangan sekitar yang sungguh indah. Pulau yang sepi tak berpenghuni serta terpencil bagiku memang indah dan tidak akan terlihat indah lagi bila sudah ada bangunan permanen yang berdiri di tempat seperti itu atau sudah banyak pengunjung bahkan orang berjualan, tentu sudah tidak menarik perhatianku lagi.<br />
<br />
<br />
<b><span style="color: #f9cb9c;">Kamis, 31 Desember 2015</span></b><br />
<b><span style="color: #783f04;"><br /></span></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDFuMbDTfqY8D2-UcdS8vvzwcH_yMy8C3U9OdEvmg4ehDU1DrCEcYAzkmRqfnTPY6W4a4TjO-tvLIdTPJfoUXoseHnoODoiCucYvZBeU56HAnDTSWcDQ8TKfHRww4VNimb6mHaW-AZvCU/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDFuMbDTfqY8D2-UcdS8vvzwcH_yMy8C3U9OdEvmg4ehDU1DrCEcYAzkmRqfnTPY6W4a4TjO-tvLIdTPJfoUXoseHnoODoiCucYvZBeU56HAnDTSWcDQ8TKfHRww4VNimb6mHaW-AZvCU/s400/1b+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Pemandangan pantai dilihat dari Bukit Teletabis - Pulau Panaitan, </span><br />
<span style="color: #fff2cc;">Taman Nasional Ujung Kulon</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di hari kedua pagi itu aku melewatkan ajakan seorang teman dari IAR untuk ikut berjalan-jalan masuk hutan berburu photo kancil, saat dia sudah berjalan-jalan aku masih meringkuk di dalam tenda enggan untuk bangun terlalu pagi. Karena tidak ada kegiatan, aku memasak nasi goreng untuk sarapan pagi dan sambil nongkrong diatas pohon yang menjulur ke pantai sambil tidur-tiduran dan memperhatikan ombak yang datang dan pergi dari bibir pantai. Berjam-jam aku betah di atas pohon sendirian. Kemudian aku berganti tempat pindah ke pohon lainnya dan sempat tidur siang disana, baru terbangun saat mendengar langkah kaki mendekat kearahku dan salah satu dari mereka bertanya, <span style="color: #fff2cc; font-style: italic;">"Mau ikut nggak jalan-jalan ?"</span><span style="color: #783f04; font-style: italic;"> </span>Tentu aku langsung menyanggupi, kebetulan di dekatku tidur sudah siap kamera dan botol minum, berbekal itu saja sudah cukup bagiku. Kami menyusuri pantai dan terkadang masuk ke dalam hutan sejauh 10 km, tujuan kami adalah Bukit Teletabis, sampai di lokasi pukul 15. 29 WIB. Waktu yang kami tempuh sekitar 3 jam 39 menit, cukup lama untuk berjalan sejauh 10 km, karena kami banyak berhenti untuk memotret hal-hal menarik yang kami temukan, tidak hanya biota laut tetapi juga burung, mammalia dan pemandangan pantai yang indah.<br />
<br />
Saat menyusuri pantai kami berjalan sangat hati-hati karena banyak dijumpai landak laut (bulu babi) dan kadang juga bisa menjumpai ikan pari yang sedang berlabuh di pantai. Banyak biota laut yang aneh dan unik kujumpai dalam perjalanan ini, lebih banyak diantaranya yang baru pertama kali aku melihatnya.<br />
<br />
Inilah biota laut di Pulau Panaitan yang berhasil diambil gambarnya :<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="background: #B8CCE4; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglrZMznPyD1m06tre6BeAgxBjMleEiSy78BB9rB43F9Ll0uu30NQEf7rswQGuZ_06Y769N7im7GpAfOrkUuPLQ9Sf6r72YF2lcUwBD-pBXI-Cb8O4hTwUnAjM2GG2rw26NrS7alxmPdLU/s1600/2e+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglrZMznPyD1m06tre6BeAgxBjMleEiSy78BB9rB43F9Ll0uu30NQEf7rswQGuZ_06Y769N7im7GpAfOrkUuPLQ9Sf6r72YF2lcUwBD-pBXI-Cb8O4hTwUnAjM2GG2rw26NrS7alxmPdLU/s320/2e+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></td>
<td style="background: #548DD4; border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9cTlCtB7-yjKSvQz7bmGx5DtZEqnZcW2NZLHlxpQPGLSvJAxgeoxY7zHITEgZuFX_AOXzzDC-W0mdmTr1pOZKyFbpUvBlfsyVPbrWtHqRyzP6sXn5H51ZpPhcawwxr3zBPmbpM2KGuVs/s1600/2f+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9cTlCtB7-yjKSvQz7bmGx5DtZEqnZcW2NZLHlxpQPGLSvJAxgeoxY7zHITEgZuFX_AOXzzDC-W0mdmTr1pOZKyFbpUvBlfsyVPbrWtHqRyzP6sXn5H51ZpPhcawwxr3zBPmbpM2KGuVs/s320/2f+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #548DD4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsAY8wgeJ5l2lOTTuI2BMEnaHXjnBUM9FihGuh_czqNbh1mZQE_WveWO77AGIGXEBTEp0tgs_TYzOnIFcSnDp3JK96r3IkQnSB6YV3RkhV5-KuvZWQfPVlVOd9bQfWuMRTmRhEUnLhhcw/s1600/1e+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsAY8wgeJ5l2lOTTuI2BMEnaHXjnBUM9FihGuh_czqNbh1mZQE_WveWO77AGIGXEBTEp0tgs_TYzOnIFcSnDp3JK96r3IkQnSB6YV3RkhV5-KuvZWQfPVlVOd9bQfWuMRTmRhEUnLhhcw/s320/1e+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLuiyNNSuEm1WzKBlcisfEILaeumtR6adeF7H-6rjSil7kONMfWf8DkA1YyYUvxGdnmuw3dtJ0FXKVxeK9HVUzuk1XK1pSIFbp0cAt_SFmb59UA1F36DOQZyR0p_Ab9UNL8aDqGO-8cB0/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLuiyNNSuEm1WzKBlcisfEILaeumtR6adeF7H-6rjSil7kONMfWf8DkA1YyYUvxGdnmuw3dtJ0FXKVxeK9HVUzuk1XK1pSIFbp0cAt_SFmb59UA1F36DOQZyR0p_Ab9UNL8aDqGO-8cB0/s320/1a+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #B8CCE4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga8zzLu7vGYS4DrJt8Jie3oyubAxL3tL9NWHUTIJQ592an702RPDKbGb0DzQnTu9h2Gcv6Ke_3weBMqbzL1d5IyAH0zuv2LLsHQ8Gd0l4rYf-QCiLepmfuCfjJ1pbfYgGHzMuNLf2EHfo/s1600/2k+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga8zzLu7vGYS4DrJt8Jie3oyubAxL3tL9NWHUTIJQ592an702RPDKbGb0DzQnTu9h2Gcv6Ke_3weBMqbzL1d5IyAH0zuv2LLsHQ8Gd0l4rYf-QCiLepmfuCfjJ1pbfYgGHzMuNLf2EHfo/s320/2k+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #548DD4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij0UsqiwtQR5CKByWuUu12WMR0MzUst7DobecKUxzKnH-LFlFnF-en_1gn0VR2iUVPsMvSHEdUcolnw-dDM-eWU7fG3Vd9LtiyKZ4R6hDthfVeh2cfLEP8II-XAt5LKmCG2wadwT62WT0/s1600/2j+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="269" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij0UsqiwtQR5CKByWuUu12WMR0MzUst7DobecKUxzKnH-LFlFnF-en_1gn0VR2iUVPsMvSHEdUcolnw-dDM-eWU7fG3Vd9LtiyKZ4R6hDthfVeh2cfLEP8II-XAt5LKmCG2wadwT62WT0/s320/2j+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #548DD4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCJrjzQsgV3MdI1W2g3Yrap5Sf43lv1oTJppypXVC_sspdnwWhN4D-ktJd7JGCjbmXeUScSijc3Komc1xMQ7uiwfhOXImYgYExl4ltdl5KQ3WdUMxXN6TG_qXFXR3KDjX6-TGivvUwMsc/s1600/2i+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCJrjzQsgV3MdI1W2g3Yrap5Sf43lv1oTJppypXVC_sspdnwWhN4D-ktJd7JGCjbmXeUScSijc3Komc1xMQ7uiwfhOXImYgYExl4ltdl5KQ3WdUMxXN6TG_qXFXR3KDjX6-TGivvUwMsc/s320/2i+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiGUx3oDG2k2xC0dQvEck6XlMsf2f9XmPAAnMUI3TgFK9PbGX58qWPwTblS1csRP58aMm_mf7Ox67s5sRpUnOjFcbx-IiDeEpiefOxiQqcxcpTNUYkxJyWdzDCVMAMN2LsKgXJfMXpNWI/s1600/2g+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiGUx3oDG2k2xC0dQvEck6XlMsf2f9XmPAAnMUI3TgFK9PbGX58qWPwTblS1csRP58aMm_mf7Ox67s5sRpUnOjFcbx-IiDeEpiefOxiQqcxcpTNUYkxJyWdzDCVMAMN2LsKgXJfMXpNWI/s320/2g+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #B8CCE4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD81pRMWERYcWEO5Gd5gpHnmy-yGEpixM6cJDRsoWLAbOpmf-JvofNWQ9Pni-F05Rg_BH8-QCjkcq9EBucdmHAvSvA0bku3asGxEZbWyq5w1zzNKk4JW3UTszewoOrtt8F4XVHTopUeaM/s1600/2a+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD81pRMWERYcWEO5Gd5gpHnmy-yGEpixM6cJDRsoWLAbOpmf-JvofNWQ9Pni-F05Rg_BH8-QCjkcq9EBucdmHAvSvA0bku3asGxEZbWyq5w1zzNKk4JW3UTszewoOrtt8F4XVHTopUeaM/s320/2a+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #548DD4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgepy_B0BwpP_koCoGOPX8Di0qPWm3fZ_jA79bOueb9SI38jQlBW5l_ggWr1v3aHU20tVk4FLG6ARz3WdbwjK0-ZJxPur9gvis5Rqj5rf0e3HsNakm3ntf7Ebylar0F3qqNQGnv221mWbA/s1600/2b+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgepy_B0BwpP_koCoGOPX8Di0qPWm3fZ_jA79bOueb9SI38jQlBW5l_ggWr1v3aHU20tVk4FLG6ARz3WdbwjK0-ZJxPur9gvis5Rqj5rf0e3HsNakm3ntf7Ebylar0F3qqNQGnv221mWbA/s320/2b+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #548DD4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeTPGiopVJvJQN6gUj5ij34ico8F8NLZCKjcfHABF-zDtmdifWPJ_uHaLLTPTkQugKOyP3mxO7aqEemHenfleKVXjqb-JcKpLACBwwIADmSj0v9X4_yKYzRoW4oGmT5zaCa9YizDUcxh0/s1600/1g+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="252" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeTPGiopVJvJQN6gUj5ij34ico8F8NLZCKjcfHABF-zDtmdifWPJ_uHaLLTPTkQugKOyP3mxO7aqEemHenfleKVXjqb-JcKpLACBwwIADmSj0v9X4_yKYzRoW4oGmT5zaCa9YizDUcxh0/s320/1g+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidGutXTItf8YXlfg9y_M8e4V8nYIdN5icK1M9joHUgQcTWXsOVHmUCuTziDcVqn1wTiYose37IL31MiSyzKA_pPEpt13tgfVifqiErd29rIzqGg2_alCWj3p8cDw2IS3RzqOsedzvucy4/s1600/1d+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidGutXTItf8YXlfg9y_M8e4V8nYIdN5icK1M9joHUgQcTWXsOVHmUCuTziDcVqn1wTiYose37IL31MiSyzKA_pPEpt13tgfVifqiErd29rIzqGg2_alCWj3p8cDw2IS3RzqOsedzvucy4/s320/1d+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #B8CCE4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieYdZw_j9V7QKH5FKPg09rwartlyeivi7j3oxuQA2ONqoz1JsljT53Ub5yERqvZn9jZJVCC7qGp22Mgl33X6VTIfk1_a2AgjO38d0d7gAzRclGvm3HUz__EiCE4NU1Pj_Zosr4j4zwKPA/s1600/2r+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieYdZw_j9V7QKH5FKPg09rwartlyeivi7j3oxuQA2ONqoz1JsljT53Ub5yERqvZn9jZJVCC7qGp22Mgl33X6VTIfk1_a2AgjO38d0d7gAzRclGvm3HUz__EiCE4NU1Pj_Zosr4j4zwKPA/s320/2r+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #548DD4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYyeIuILq-I91_hTqUbhrU9ocMA-pJJUSx5MLx4Rdmx5GGUJgJZ3erSH2aGcBuF6GqRhuZ5b4OpqUqFcKVKEWT8XclkBUhIwaINNfCK46Lrt9kAn5AvOygrA7rY-NlQEeLpESlbTb-wXk/s1600/1d+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="255" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYyeIuILq-I91_hTqUbhrU9ocMA-pJJUSx5MLx4Rdmx5GGUJgJZ3erSH2aGcBuF6GqRhuZ5b4OpqUqFcKVKEWT8XclkBUhIwaINNfCK46Lrt9kAn5AvOygrA7rY-NlQEeLpESlbTb-wXk/s320/1d+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #548DD4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOQIG8tfgZGe5bd3PkZ4hOnJ5u6d9s_uywh1fnJH9WqWsrVsy7KLp7-sMhoUzMkSnyY_56XBr6M59Ixf8AHqWFMdD_MAwC9oJ3RU2WrPCXOyHbKl7P4YF8yE7fwrQTPcLCpLNL16M0dLE/s1600/2p+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOQIG8tfgZGe5bd3PkZ4hOnJ5u6d9s_uywh1fnJH9WqWsrVsy7KLp7-sMhoUzMkSnyY_56XBr6M59Ixf8AHqWFMdD_MAwC9oJ3RU2WrPCXOyHbKl7P4YF8yE7fwrQTPcLCpLNL16M0dLE/s320/2p+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4AXiQ3X3ZTV2bZlOUHfF4IOxDTuhQvj4jGnDZ239knHaNwTdMHOl8A2mnFuhlL6tfLElHyNUCNBxd1MOYOZsj5fYwHEuJMMc5OEvc3zFtVcq70kWVCxONmNHktbUF8XUsoDLq4qqJeSQ/s1600/2n+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4AXiQ3X3ZTV2bZlOUHfF4IOxDTuhQvj4jGnDZ239knHaNwTdMHOl8A2mnFuhlL6tfLElHyNUCNBxd1MOYOZsj5fYwHEuJMMc5OEvc3zFtVcq70kWVCxONmNHktbUF8XUsoDLq4qqJeSQ/s320/2n+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #B8CCE4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh78EsnLY9lmt5CEgDEI7jkc_a4hIDiVb28BvLOMXlb2HFqxaREQKskxuYKFo3iJ5_0mAJsVh7ls3v03e7IHQmn2hYrbfDx-g89aeHfvHb3zQaMMmjCR5ou46METDTOcT5VEdyfuH5LzJ8/s1600/2q+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh78EsnLY9lmt5CEgDEI7jkc_a4hIDiVb28BvLOMXlb2HFqxaREQKskxuYKFo3iJ5_0mAJsVh7ls3v03e7IHQmn2hYrbfDx-g89aeHfvHb3zQaMMmjCR5ou46METDTOcT5VEdyfuH5LzJ8/s320/2q+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #548DD4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-jFadCTiaO3gk0DfDgxol8rfgY1YLsRz6ZlQe4zoxNGHHPmyKlrKBXvb5I6yW7_W5YeJ84X_z77cACAr1Re5rLDockGT-vBczN5r0equPxFYnj-Dx_WjMkQ3byMU3w_2HwB95GsytWQI/s1600/1h+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-jFadCTiaO3gk0DfDgxol8rfgY1YLsRz6ZlQe4zoxNGHHPmyKlrKBXvb5I6yW7_W5YeJ84X_z77cACAr1Re5rLDockGT-vBczN5r0equPxFYnj-Dx_WjMkQ3byMU3w_2HwB95GsytWQI/s320/1h+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #548DD4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI3y151myYl32O8NFFsFjQbEsdDJ97HNcj3dM5dllI8pZZgUjGbdhT4W9xdIpmFGMWrKkziV7aqZ8UrpQYTrLBwRMmZQRkSXFM0TikMzIODJcNIO7PlBQSSSk5_N3EJqmzZg7djZYZC6k/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI3y151myYl32O8NFFsFjQbEsdDJ97HNcj3dM5dllI8pZZgUjGbdhT4W9xdIpmFGMWrKkziV7aqZ8UrpQYTrLBwRMmZQRkSXFM0TikMzIODJcNIO7PlBQSSSk5_N3EJqmzZg7djZYZC6k/s320/1c+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsZh4yGyHKzRlEJkofvAfZaPw4flI71lehkhXtiJmDycyj9pIoG76fbt07A8_y-XX0I1ea-9VvggibDdAbo8pJt4-4D8H2FhleMWMdr4mhnSUCwVS6uq9g4RWjvFP5_qfr1nSfpCEIc3o/s1600/1f+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsZh4yGyHKzRlEJkofvAfZaPw4flI71lehkhXtiJmDycyj9pIoG76fbt07A8_y-XX0I1ea-9VvggibDdAbo8pJt4-4D8H2FhleMWMdr4mhnSUCwVS6uq9g4RWjvFP5_qfr1nSfpCEIc3o/s320/1f+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #B8CCE4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3L1uah0EyaN4C7KDu0MJWnRpaZwnRqB3qWILIdm3FrcyTgXSQ4qxJvzlf1zB1YSLVa9KEHkB_Q0XFOZt-fQ2GwDE2KGaTDQBfq7O7fmkoNU5kG8EtHSJDbbDHag650RH3pc73Z0xRptQ/s1600/2c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="187" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3L1uah0EyaN4C7KDu0MJWnRpaZwnRqB3qWILIdm3FrcyTgXSQ4qxJvzlf1zB1YSLVa9KEHkB_Q0XFOZt-fQ2GwDE2KGaTDQBfq7O7fmkoNU5kG8EtHSJDbbDHag650RH3pc73Z0xRptQ/s320/2c+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #548DD4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiemMNnYJYroPvPQefIKFZE_nMPwgh3VchXDiiEmI-7abc-GUDlRshjhL_F6e4NUSCZT1-PpjLk2eZA3BFTL2S_sUXKyKKeCjWRvHI9YQ8amVKTF6MQBjvZubt2aWEG1UQrVDgdi2AeEBY/s1600/2d+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiemMNnYJYroPvPQefIKFZE_nMPwgh3VchXDiiEmI-7abc-GUDlRshjhL_F6e4NUSCZT1-PpjLk2eZA3BFTL2S_sUXKyKKeCjWRvHI9YQ8amVKTF6MQBjvZubt2aWEG1UQrVDgdi2AeEBY/s320/2d+copy.jpg" width="245" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #548DD4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: text2; mso-background-themetint: 153; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkSdUv1C_q8d3EQmHgxIJPbdq8auT6Enjxd3W_mwZ7uHxXmiDDhWNfU4RvCcwluhJSgVXszKmtH58XEtv2dRVVIg6ZDj22bkiQSgwu4iwemPHvhCt1Z8W_jfn3CAJ71UnSnIlWjl2Mouc/s1600/2l+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkSdUv1C_q8d3EQmHgxIJPbdq8auT6Enjxd3W_mwZ7uHxXmiDDhWNfU4RvCcwluhJSgVXszKmtH58XEtv2dRVVIg6ZDj22bkiQSgwu4iwemPHvhCt1Z8W_jfn3CAJ71UnSnIlWjl2Mouc/s320/2l+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
<td style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent1; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 231.05pt;" valign="top" width="308"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStmK4kduxKox6rZBuNsOxQ7pOQp5nQy5IaO53Z8NF8V56v9YFR3iRBHeaUg4ev0T4dfbKGpm65JmMJ0BtO9yoYSzmFGapKT0BU4XPX7RaAsDnuNw5ol40YL3a3BbaCHIA_3e4jxXoxrU/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStmK4kduxKox6rZBuNsOxQ7pOQp5nQy5IaO53Z8NF8V56v9YFR3iRBHeaUg4ev0T4dfbKGpm65JmMJ0BtO9yoYSzmFGapKT0BU4XPX7RaAsDnuNw5ol40YL3a3BbaCHIA_3e4jxXoxrU/s320/1c+copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain binatang-binatang kecil dan unik yang ditemukan di batu karang, aku juga memotret beberapa burung pantai yang sedang menikmati ombak dan berburu mangsa, burung elang dan king fisher. Memotret rusa juga sulit karena binatang ini sangat sensitif dengan kehadiran manusia, meskipun aku banyak menjumpainya di pinggir pantai namun belum tentu dengan mudah memotretnya karena rusa selalu menghindar dan lari menjauh. Di hutan yang didominasi tanaman pandan aku menemukan banyak sekali kotoran rusa, dan saat perjalanan pulang aku melihat seekor induk rusa bersama anaknya terlihat dari pantai, namun rusa tersebut cepat berlari menjauh melihat kehadiranku. Dan aku pun hanya berhasil memotret seekor rusa dari sekian banyak kesempatan menjumpai rusa di Pulau Panaitan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVScEuPKHP_BGmSBM74WXKzubKgPWQVfOV2NJmzCvL_fs6hM9PVgIJssbPeRkY-uYcuFT_H9PLZDmnqKp7RjYIGZGOV4uKn3zCzKtH3f06Fjbsfksyno-xCpW9GK3ZOYUNBTCRgujibs4/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVScEuPKHP_BGmSBM74WXKzubKgPWQVfOV2NJmzCvL_fs6hM9PVgIJssbPeRkY-uYcuFT_H9PLZDmnqKp7RjYIGZGOV4uKn3zCzKtH3f06Fjbsfksyno-xCpW9GK3ZOYUNBTCRgujibs4/s320/1.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Camping di Pulau Panaitan</span></td></tr>
</tbody></table>
Saat perjalanan kembali dari Bukit Teletabis ke tenda kami hanya memakan waktu selama 1 jam 49 menit sejauh 10 km, jauh lebih cepat dibanding saat berangkat pergi. Sesampainya di tenda sore itu masih kumanfaatkan untuk memotret sunset dan mencari cangkang kerang dan siput yang sudah tak terpakai lagi oleh penghuninya. Sehabis mandi di sumber air tawar tak jauh dari tenda, aku ngobrol hingga larut malam di depan tenda dengan teman lama dari JAAN yakni Femke dan Darno, kami larut dengan nostalgia di masa lalu saat masih sama-sama menjadi volunteer untuk konservasi satwa liar, dan obrolan kami lainnya tak pernah jauh dari issue-issue tentang satwa liar dan suka duka bekerja memperjuangkan nasib satwa liar di Indonesia. Ini seperti ajang reuni, karena di kesempatan ini aku tidak hanya bertemu mereka saja tapi juga seorang teman lama yang sekarang bekerja di IAR yakni Aris Hidayat, kami berdua juga dulunya sama-sama menjadi volunteer untuk konservasi satwa liar di Jawa Timur. Kesempatan yang jarang terjadi bisa berkumpul bersama di satu tempat seperti ini. Sedangkan teman-teman lainnya nongkrong di tempat yang berbeda. Kami semua mencoba untuk menghabiskan waktu menjelang pergantian tahun.<br />
<br />
Malam itu kami briefing untuk rencana kegiatan selanjutnya. Saat malam telah larut hujan turun dengan derasnya, aku yang mencoba tidur lebih dulu tak merasakan bahwa air hujan masuk tenda kami. Sleeping bag di bagian kaki sudah basah, bahkan disampingku air menggenang sehingga kawanku satu tenda tak bisa tidur dibuatnya. Tenda itu sepertinya diperuntukan bagi para dokter hewan karena kebetulan yang menempati adalah aku sendiri dan seorang dokter hewan dari IAR serta satu lagi volunteer dokter hewan IAR dari India, tapi sepertinya dia tidak berminat untuk bermalam di tenda khusus untuk perempuan tersebut.<br />
<br />
<br />
<b><span style="color: #f9cb9c;">Jumat, 1 Januari 2016</span></b><br />
<i><span style="color: #fff2cc;">"Selamat Tahun Baru"</span></i>........ucapan yang kudengar pagi itu. Hmm.....rupanya kami sudah setahun camping disitu......hahaha :) Hari itu kami akan kembali pulang, dan beberapa orang akan tetap tinggal di lokasi sampai pertengahan bulan Januari 2016 sambil monitoring proses habituasi monyet ekor panjang sebelum layak dilepasliarkan kembali ke alam. Mengembalikan satwa liar ke habitat alaminya jauh lebih sulit dibandingkan dengan orang yang tidak bertanggung jawab dengan mudahnya mengambil satwa liar dari alam. Dan dalam proses pengembalian itu membutuhkan waktu yang panjang, tenaga dan pikiran yang terkuras dan biaya yang tidak sedikit agar satwa-satwa itu bisa menikmati kebebasan kembali dan menjalankan fungsinya dalam ekosistem. Sedangkan imbalan yang kita dapatkan adalah kepuasan batin yang tak terkira melihat satwa liar menikmati kebebasannya kembali, karena bagaimanapun tempat terbaik mereka adalah di hutan bukan di rumah orang dengan tubuh di rantai dan dijadikan obyek sebagai <span style="color: #fff2cc;">"Dancing Monkey"</span> untuk menghasilkan uang bagi manusia.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFv2_60TTA-jXntrbX8kqPR0cu6YeNSdXqnMNcLuvKc6d8xBhw2bfEyh8QT0V6vANJd4MHs0xvOEQNjRFf8_rfhg9ToTVnL065njW24pTpn0f9J33nW3068hr2SfHyHWykiD4tf1CKd2A/s1600/1j+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFv2_60TTA-jXntrbX8kqPR0cu6YeNSdXqnMNcLuvKc6d8xBhw2bfEyh8QT0V6vANJd4MHs0xvOEQNjRFf8_rfhg9ToTVnL065njW24pTpn0f9J33nW3068hr2SfHyHWykiD4tf1CKd2A/s400/1j+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #fff2cc;">Pantai di Kantor Seksi Pengelolaan TN Wilayah I, Pulau Panaitan, </span><br />
<span style="color: #fff2cc;">Taman Nasional Ujung Kulon</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pagi itu kami packing barang-barang, perahu cadik sudah menjemput dan kami harus bersiap untuk pergi menuju perhau yang lebih besar dan meninggalkan Pulau Panaitan. Di tengah perjalanan seorang kawan menawariku untuk turun dari perahu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, tawarannya menggodaku untuk mengikutinya karena tertarik dengan penjelasannya bahwa kami nantinya bisa menjumpai dan memotret satwa liar sepanjang perjalanan. Dengan membawa kamera dan botol minum sebagai teman perjalananan, kami mulai berjalan kaki dari Bajo sampai Kantor Seksi Pengelolaan TN Wilayah I yang ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. Selama berjalan aku hanya dapat menjumpai burung saja dan pepohonan dengan diameter cukup besar, namun tak mengapa sesampainya di tujuan terlihat seekor rusa sedang berada di areal kantor seksi, akhirnya itulah yang jadi sasaran obyek memotret kami. Bagiku tidak itu saja yang menarik, namun keindahan pantainya juga cukup membuat terpesona, pasir putih yang halus dan lembut dikombinasi dengan air pantai yang bening kehijauan dan kebiruan. Tak sabar aku untuk segera turun dan menginjakkan kakiku di pantai indah itu tanpa peduli dengan teriknya matahari di siang hari yang panas. Bermain air sambil menunggu perahu besar menjemput kami dan akan membawa kami kembali ke Sumur, yakni kampung nelayan tempat kami berlabuh. Sepanjang perjalanan pulang aku habiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan para polisi kehutanan (polhut) Taman Nasional Ujung Kulon yang pulang bersama kami. Bagiku ini adalah pengalaman pertama mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon dan tentu tidak akan terlupakan, tiga hari terlewati dengan sungguh menyenangkan.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com2Pulau Panaitan, Indonesia-6.5875355 105.20777980000003-6.8399090000000005 104.88505630000003 -6.335162 105.53050330000002tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-67182938580438364632016-01-01T07:48:00.000-08:002016-05-16T11:42:41.435-07:00Release back 'Dancing Monkeys' to Its natural habitat in the Ujung Kulon National Park<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7BVBz27xBu-A9roa88DUWk53V9jP8poCJhERAX0TF1APJpHceSEiqRImKeYITMlqR8fTvL_LqdD46nFLBUmsvBaeyUtXxOz9DvH-RGMb-7iqUews05brpIn8sg6bbPW2i_y4MVD1LyVg/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7BVBz27xBu-A9roa88DUWk53V9jP8poCJhERAX0TF1APJpHceSEiqRImKeYITMlqR8fTvL_LqdD46nFLBUmsvBaeyUtXxOz9DvH-RGMb-7iqUews05brpIn8sg6bbPW2i_y4MVD1LyVg/s400/1b+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #073763;"><i>Macaca fascicularis</i> (monyet ekor panjang) hasil penyitaan dari sirkus Topeng Monyet</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b><span style="color: #783f04;">29 Desember 2015</span></b><br />
<b><span style="color: #783f04;"><br /></span></b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu aku dibangunkan suara telepon dari seorang teman lama yang bekerja di <span style="color: purple;">IAR (International Animal Rescue)</span> untuk diajak ikut kegiatan pelepasliaran monyet ekor panjang (<i><span style="color: purple;">Macaca fascicularis</span></i>) hasil penyitaan dari sirkus keliling 'Topeng Monyet' di DKI Jakarta dan akan direlokasi ke Taman Nasional Ujung Kulon. Hari itu aku bangun kesiangan mungkin karena malamnya kami sekeluarga baru saja pulang liburan dari Puncak, Bogor, Jawa Barat. Sempat bimbang untuk pergi, dan aku harus memutuskan secepatnya karena dua jam lagi akan berangkat. Di hari itu aku kebetulan juga diminta untuk mengisi acara Live di TV One tentang profesiku sebagai dokter hewan yang menangani harimau sumatera korban konflik dan perburuan liar. Namun sepertinya aku lebih tertarik untuk pergi ke hutan menyaksikan para topeng monyet dilepasliarkan kembali. Aku menelepon kembali temanku dan mengatakan aku ikut berangkat dan kami sepakat untuk bertemu di terminal Labuhan, Banten. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai packing peralatan camping, aku mencoba untuk memesan Go-jek, namun setelah hampir satu jam sulit untuk masuk aplikasi Go-jek akhirnya aku berjalan keluar rumah mencari ojek. Tapi Satpam perumahanlah yang akhirnya mengantarku sampai lokasi bus berhenti mencari penumpang dan baru berangkat pukul 10.30 WIB padahal kami sudah sepakat akan berangkat jam 9 pagi, tentu sulit bila naik kendaraan umum karena waktu keberangkatan tergantung sopir bus. Perlu waktu 3,5 jam dari Kota Tangerang menuju terminal bus Labuhan Banten, jauh lebih singkat dari dugaan seluma yang lebih dari 6 jam perjalanan. Aku memilih duduk di kursi paling depan sehingga bisa dengan mudah bertanya pada sopir atau kondektur tentang tempat tujuan, maklum saja ini perjalananku pertama kalinya naik bus ke Labuhan, Banten dan aku belum mengenal daerah itu sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0o099rjtsyPZQQAVgu70hqty6cYWC7H3J2-fFa4Y6qpDeuTtci8AjWSpVAejTkYlLzafB7l78qctTraIQGQVQXP7GQVEKFLSbMta0MzXI_VPufFzcDqlnbnnU9PvqZ59EpW2v6D1BI2E/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0o099rjtsyPZQQAVgu70hqty6cYWC7H3J2-fFa4Y6qpDeuTtci8AjWSpVAejTkYlLzafB7l78qctTraIQGQVQXP7GQVEKFLSbMta0MzXI_VPufFzcDqlnbnnU9PvqZ59EpW2v6D1BI2E/s400/1a+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #073763;">Desa nelayan di Sumur, Pandeglang, Banten</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Ada 3 orang teman dari IAR yang menjemputku di terminal Labuhan siang itu, dan kami pun langsung melanjutkan perjalanan menuju kampung nelayan di Sumur, Pandeglang, Banten untuk mempersiapkan perjalanan esok harinya, yakni menyewa perahu, belanja logistik untuk tim dan untuk monyet yang akan dilepaskan serta persiapan lainnya. Malam itu kami menginap di penginapan 'Sarang Badak' di desa setempat. Penginapannya sederhana tapi unik. Kami sekaligus menunggu kehadiran anggota tim lainnya dari <span style="color: purple;">JAAN (Jakarta Animal Aid Network), PPSC (Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga)</span> dan IAR yang akan datang malam itu bersama monyet-monyet yang direlokasi. Mereka datang menyusul karena masih harus melakukan perjalanan ke PPSC di Sukabumi, Jawa Barat untuk mengangkut monyet-monyet yang dirawat disana. Lebih dari 20 ekor monyet yang siap untuk dilepasliarkan kembali ke habitat, sebagian besar dari Topeng Monyet (<span style="color: purple;">Dancing Monkeys</span>) yang telah direhabilitasi di PPSC. Kegiatan ini dilakukan kolaborasi antara IAR, JAAN, PPSC dan <span style="color: purple;">TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon)</span>. Dan kulihat perwakilan dari masing-masing lembaga tersebut ikut serta dalam kegiatan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #783f04;">30 Desember 2015</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #783f04;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar pukul 08.40 WIB kami berangkat dengan menggunakan dua buah perahu nelayan sewaan. Perahunya cukup besar dapat menampung sekitar 20 orang dan barang-barang bawaan. Namun untuk mencapai perahu tersebut kami lebih dulu menaiki perahu cadik kecil karena perahu besar tidak bisa bersandar di dekat pantai. Tim dibagi dua, yang satu bersama monyet ekor panjang akan menuju Kantor Seksi Pengelolaan TN Wilayah I di Pulau Panaitan dan tim satunya lagi akan ke Pulau Peucang terlebih dulu untuk menurunkan penumpang, dan kami semua akan bertemu kembali di lokasi kandang habituasi dan tenda tim lapangan yang sudah ada di Pulau Panaitan terlebih dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkaj66vEkk7nL8nwba0dEmXlPHDjXanCJY7i2dgIT8HV0a1XiZhNSAvzvrbSg7YSPNMTdew4KzNKfhkG7XaxvR0ubmHJYO29N_8w20YVqHLcVV6O-z7gBeCTcJhcdBzipxXnAVi6tdX9U/s1600/1b+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkaj66vEkk7nL8nwba0dEmXlPHDjXanCJY7i2dgIT8HV0a1XiZhNSAvzvrbSg7YSPNMTdew4KzNKfhkG7XaxvR0ubmHJYO29N_8w20YVqHLcVV6O-z7gBeCTcJhcdBzipxXnAVi6tdX9U/s400/1b+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #073763;">Babi hutan di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Aku lebih tertarik untuk mengikuti perahu yang akan menuju ke Pulau Peucang, karena sebelumnya adikku memberitahu kalau Pulau Peucang sangat indah dibanding pulau-pulau yang lain karena dia pernah mengunjungi pulau itu sebelumnya dan pulau lainnya di Taman Nasional Ujung Kulon. Pukul 11.10 WIB kami sampai di Pulau Peucang. Akhirnya tidak menurunkan penumpang saja bahkan kapten perahu bersedia menunggu bila aku dan kawan lainnya turun dan memotret di Pulau Peucang. Lumayan bisa menikmati sejenak keindahan Pulau Peucang sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Panaitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satwa liar yang terlihat di Pulau Peucang ini hanya babi hutan dan monyet ekor panjang yang berkeliaran di sekitar camp penginapan, dan seekor rusa yang terlihat di pinggir pantai. Pantainya tampak bersih dengan pasir putih yang lembut dan air laut yang bening agak biru kehijauan. Ikan-ikan kecil tampak bergerombol berlarian di pantai, tampak jelas dari atas perahu, aku memperhatikannya dengan gembira seperti anak kecil yang baru dapat mainan baru, terkadang juga tampak ikan besar sedang memburu gerombolan ikan - ikan kecil tersebut. Pukul 11.23 WIB kami meninggalkan Pulau Peucang. Meski hanya 13 menit berada di Pulau Peucang namun aku sudah mengkoleksi banyak photo di tempat itu. Tempat yang indah selalu membuatku boros memotret. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOfPmnGFZ50wgs-kJ5qtu4-2dLYiVHMc2F0zXia-_gU2Q9sbgMybtrbvQnzdSZefn585sc1ZxGjoAjNmgekPo8T8mA5FjMEM0CBy1hHOgzRFOa06AvrrE8piJR-2zdquWLbgAPD_mJKv0/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOfPmnGFZ50wgs-kJ5qtu4-2dLYiVHMc2F0zXia-_gU2Q9sbgMybtrbvQnzdSZefn585sc1ZxGjoAjNmgekPo8T8mA5FjMEM0CBy1hHOgzRFOa06AvrrE8piJR-2zdquWLbgAPD_mJKv0/s400/1c+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #073763;">Lokasi Menginap (Camping) di Pulau Panaitan, Taman Nasional Ujung Kulon</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pukul 12.48 WIB kami menyusuri pantai Pulau Panaitan, perahu satunya belum tampak ada di sekitar pantai. Kami mencari lokasi tenda tim yang sudah lebih dulu berada di lapangan, dan mencari lokasi kandang habituasi untuk monyet ekor panjang. Ternyata tidak mudah mencari alamat di hutan dan Pulau yang tidak berpenghuni ini dari pantai. Kami memelototi pinggir pantai untuk melihat tanda-tanda adanya manusia, yakni kawan-kawan yang ada di lapangan. Akhirnya kami pun dari jauh tampak warna biru dan kuning tertutupi hijaunya tumbuhan hutan, mungkin itu tenda, dan ternyata benar. Sekitar pukul 13.00 WIB perahu satunya baru muncul dari sisi kanan perahu kami menuju ke arah pantai. Disana teman-teman sudah menunggu di pantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj13lF_u1a0Or82WdKNaJ5BMg23XkDGrPk2YnNw8DHzLiUK3ly3ZmNWVOIoclcnEQM3Yu_CsXOFIi782UaIxRIyEanSzr6RSwaRXn0Vua3n7R-Eex9sKJNQerPK3EmliwhAQ0n3EQh-4Wk/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj13lF_u1a0Or82WdKNaJ5BMg23XkDGrPk2YnNw8DHzLiUK3ly3ZmNWVOIoclcnEQM3Yu_CsXOFIi782UaIxRIyEanSzr6RSwaRXn0Vua3n7R-Eex9sKJNQerPK3EmliwhAQ0n3EQh-4Wk/s400/1c+copy.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #073763;">JAAN dan IAR</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Untuk merapat ke pantai diperlukan perahu cadik, beberapa orang turun dan pindah ke perahu cadik beserta beberapa kandang monyet untuk dilepaskan ke kandang habituasi disana. Kandang monyet sisanya diturunkan di lokasi kandang habituasi lainnya, dan aku ikut yang kedua ini. Kandang habituasi dibuat sangat sederhana dengan menggunakan jaring yang diikat mengelilingi pepohonan hutan, di tempat itu monyet-monyet akan di monitoring setiap hari, perilakunya harus sudah normal seperti monyet liar lainnya, bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru mengingat monyet-monyet ini sudah lama dipelihara manusia dan dirawat dengan cara manusia dan perilakunya pun dipaksa seperti aktivitas manusia saat menjalani sirkus keliling. Tentu butuh proses lama untuk bisa dilepasliarkan kembali, tidak hanya bebas penyakit dari hasil pemeriksaan medis, namun juga perilaku harus normal kembali dan bisa beradapatsi di alam liar agar mereka bisa bertahan hidup saat dilepasliarkan kembali. Proses rehabilitasi dan pelepasliaran satwa itu membutuhkan dana yang tidak sedikit dan waktu yang tidak sebentar, tidak sebanding dengan saat orang mengambilnya dari alam dan menjualnya untuk dijadikan topeng monyet. Maka dari itu kerja orang-orang di dunia konservasi satwa liar itu tanpa pamrih dan non-provit, dan imbalannya mereka sudah cukup bahagia bila melihat satwa liar itu bisa bebas kembali ke alam liar. Bagiku ini adalah saat-saat yang membahagiakan dan mengharukan bisa ikut menyaksikan monyet - monyet itu menuju kebebasan. </div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Taman Nasional Ujung Kulon, Ujungjaya, Sumur, Pandeglang, Banten 42284, Indonesia-6.7846944 105.37510880000002-32.3067289 64.066514800000022 18.7373401 146.68370280000002tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-12267874025002426092015-11-26T21:47:00.000-08:002016-06-21T23:52:18.601-07:00Training : Human-Wildlife Conflicts Mitigation - Kerinci Seblat National Park<br />
<div style="text-align: justify;">
Surabaya 22 November 2015, Sepulang dari Taman Nasional Baluran saya singgah ke Surabaya terlebih dulu, Jawa Timur untuk mengunjungi keluarga, teman-teman satu organisasi di Pecinta Alam Wanala Unair dan mengunjungi Universitas Airlangga, kebetulan saya sedang ada urusan dengan bagian kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan dan Rektorat Universitas Airlangga. Selain itu kesempatan yang ada juga saya pakai untuk menemui dosen di Departemen Patologi Klinik dan Anatomi untuk berdiskusi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelumnya, selama berada di Taman Nasional Baluran saya mendapat telepon dari Project Leader-nya Tiger Protection and Conservation Unit (TPCU) atau lebih dikenal dengan sebutan PHS-KS, yakni Tim Patroli dan Investigasi Harimau Sumatera di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang sering bekerja denganku dalam penanganan harimau bermasalah di Jambi dan Bengkulu. Setiap kali mendapat telepon dari mereka selalu membuatku sport jantung karena selalu berpikir, <span style="color: #eeeeee;">"<i><span style="color: #4c1130;">Apa yang terjadi dengan harimau disana ?</span><span style="color: #4c1130;"> </span></i>"</span> Padahal waktu itu mereka hanya ingin mengundangku sebagai pembicara pada acara pelatihan tentang Penanganan Konflik antara Manusia dengan Satwa Liar terutama Harimau, Gajah dan Beruang, karena tiga species itu yang selama ini sering terlibat konflik dengan manusia di sekitar TNKS. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari Selasa, tanggal 24 November 2015 saya sudah harus kembali ke Bengkulu, sehingga sehari sebelumnya saya mulai mengurus transportasi untuk kegiatanku beberapa hari kedepan. Membeli tiket penerbangan dari Surabaya ke Bengkulu dengan transit di Jakarta, kemudian memesan travel untuk perjalanan dari Bengkulu menuju Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Diluar urusan transportasi saya juga harus menyelesaikan materi presentasi untuk Pelatihan tentang Penanganan Konflik antara Manusia dengan Satwa Liar di TNKS dan sudah harus saya kirimkan via email kepada panitia disana. Semua itu saya kerjakan saat masih berada di Surabaya. Ya begitulah, pada kenyataannya saya memang tidak membutuhkan kantor untuk bekerja karena biasa mengerjakan pekerjaan dimana saja, dalam perjalanan, di pinggir jalan, di kafe, diatas kapal laut dan lain-lain asalkan ada instalasi listrik dan jaringan internet itu sudah cukup, untuk pekerjaan yang sifatnya bukan praktisi bisa diselesaikan dimana saja. Saya kembali ke Kota Bengkulu menggunakan penerbangan pagi dan sampai di Kota Bengkulu siang hari. beberapa jam untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor BKSDA Bengkulu sebelum pergi kembali. Hari itu saya tidur lebih cepat agar sakit tidak bertambah parah dan demam turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi pukul 07.00 WIB mobil travel menjemputku di rumah, ternyata penumpangnya hanya saya sendiri. Hari itu saya harus menempuh perjalanan sekitar 10 - 12 jam menuju Kota Sungai Penuh, Kerinci. Kondisiku sedang kurang sehat, sejak di Surabaya saya sudah merasakan sakit demam dan batuk, sepertinya infeksi tenggorokan saya sedang kambuh. Kerinci adalah tempat yang indah, saya sangat menyukainya, udaranya sejuk, dingin, kota kecil ini dikelilingi oleh pemandangan yang indah yakni hutan dan perbukitan Taman Nasional Kerinci Seblat. Namun, perjalananku sebelumnya dari daerah taman nasional yang kering, tandus dan panas menuju ke taman nasional yang dingin, basah dan sejuk membuat badanku kondisinya makin kurang sehat karena perbedaan suhu di dua tempat yang ekstrim. Sesampainya di hotel tempatku menginap, aku melewatkan makan malam dan berencana langsung tidur agar demamku turun dan esok hari saya tidak ada masalah dengan suara dan tenggorokan yang sakit serta batuk reda, sehingga sebelum tidur saya sempatkan minum obat yang dibelikan oleh resepsionis hotel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixroSr_fGu-HOm9YsuPxLO_XtKAtyfpVewnxlsOXIgiCiwfQcN4J6Khu-H54wDvGd4d3eybDF7EOOmDne8AsFxAotCdonROamfi1QJ8e8Qbnw07qPEuDPk6tI1ZTSEVzWz7DN_QT4YzUo/s1600/1e+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="277" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixroSr_fGu-HOm9YsuPxLO_XtKAtyfpVewnxlsOXIgiCiwfQcN4J6Khu-H54wDvGd4d3eybDF7EOOmDne8AsFxAotCdonROamfi1QJ8e8Qbnw07qPEuDPk6tI1ZTSEVzWz7DN_QT4YzUo/s400/1e+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Training : Human - Wildlife Conflicts Mitigation</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan Pelatihan Penanganan Konflik antara Manusia dengan Satwa Liar diadakan tanggal 25 - 26 November 2015 di Kota Sungai Penuh. Materi pelatihan pada hari Rabu tanggal 25 diberikan oleh Balai Besar TNKS dan Dinas Kehutanan setempat, sedangkan hari Kamis tanggal 26 saya dari BKSDA Bengkulu diundang untuk memberikan materi pelatihan seharian dari pagi hingga sore hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
Saya hanya memberikan materi tentang teknis pencegahan dan penanganan konflik dengan satwa liar terutama harimau, gajah dan beruang madu yang bisa diaplikasikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari bagi yang tinggal di daerah rawan konflik. Materi yang saya berikan yakni tentang : </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><span style="color: #eeeeee;">Pedoman Penanggulangan Konflik antara Manusia dengan Satwa Liar; </span></li>
<li><span style="color: #eeeeee;">Identifikasi Keberadaan Harimau dan Satwa Liar Lainnya; </span></li>
<li><span style="color: #eeeeee;">Kiat -Kiat Mencegah dan Menghindari Konflik dengan Harimau; </span></li>
<li><span style="color: #eeeeee;">Penanganan Harimau Korban Konflik dan Perburuan Liar;</span></li>
<li><span style="color: #eeeeee;">Pengenalan Alat Mitigasi Konflik Satwa Liar : Cara Pembuatan dan Penggunaannya;</span></li>
<li><span style="color: #eeeeee;">Pemutaran Video tentang Ciri - Ciri Harimau Berperilaku Abnormal yang rawan terlibat konflik dengan manusia.</span></li>
</ol>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwqTJGhUPf9wP7uyJR0Eg9qGQryvDkcpMf38iUzjAZy7HypVgr3MBRWCLLN7GUpluXeYZUvGEfnD2cx2AMbXLYg5PJOpFNsjB3mexNVYSI5R-MLLCi11Aqh09sgm2vMPIeBKZVgaOz_jg/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwqTJGhUPf9wP7uyJR0Eg9qGQryvDkcpMf38iUzjAZy7HypVgr3MBRWCLLN7GUpluXeYZUvGEfnD2cx2AMbXLYg5PJOpFNsjB3mexNVYSI5R-MLLCi11Aqh09sgm2vMPIeBKZVgaOz_jg/s320/1c+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Peserta Pelatihan : Kepala Desa di Kab. Kerinci</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Peserta pelatihan adalah Kepala Desa dari Kabupaten Kerinci yang daerahnya merupakan rawan konflik dengan harimau, beruang madu dan gajah. Diharapkan dengan materi yang diberikan para kepala desa bisa meneruskan untuk memberi sosialisasi warga desanya masing-masing agar bisa menghindari konflik dan mencegahnya, juga diharapkan dapat menangani konflik secara mandiri tanpa berbuat anarkis pada satwa liar yang terlibat konflik. Selain itu juga bisa ikut serta membantu petugas terkait dalam hal ini BKSDA atau TNKS dalam penanganan satwa dilokasi saat ada penyelamatan satwa korban konflik dan perburuan. Dalam pedoman penanggulangan konflik satwa liar juga sudah ada alur cara penanganan bila konflik terjadi dengan korban manusia atau pun satwa atau tanpa ada korban di kedua belah pihak. Dan yang tidak kalah penting adalah alur informasi atau pelaporan, pihak-pihak terkait yang harus dihubungi harus tepat sehingga laporan bisa direspon dan ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat. Mengingat beberapa kasus penanganan satwa korban konflik atau perburuan berujung ditembak mati oleh aparat kepolisian karena tidak tahu cara penanganan satwa seperti harimau dan lainnya, dianggap satwa tersebut akan membahayakan manusia di sekitarnya. Masyarakat bila mengahadapi masalah tidak hanya yang berhubungan dengan konflik antar manusia, tetapi juga dengan satwa liar terkadang pelaporannya ke pigak kepolisian atau TNI dan bukan ke petugas terkait dalam hal ini BKSDA / Taman Nasional. Seandainya para aparat tersebut tahu behavior harimau atau satwa liar lainnya dan tahu cara penanganannya hal seperti itu seharusnya tak terjadi dan bisa dihindari. Karena tidak hanya nyawa manusia yang penting, tapi nyawa satwa liar yang sudah terancam punah itu juga penting untuk diselamatkan dan bukan dibunuh sia-sia. Dan petugas khusus yang menangani satwa liar korban konflik atau perburuan adalah BKSDA, Taman Nasional, Dinas Kehutanan, Tenaga Fungsional seperti PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) dan Polhut (Polisi Kehutanan), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang konservasi satwa liar, serta Tenaga ahli/ profesional dokter hewan. Saat acara diskusi peserta sangat aktif bertanya, banyak pertanyaan yang mereka ajukan sepertinya sesuai dengan yang mereka alami di daerahnya masing-masing, diantaranya seperti, <span style="color: #eeeeee;">"<i><span style="color: #4c1130;">Apakah ada sanksi bagi orang yang berburu, membunuh dan memperjualbelikan satwa liar dilindungi, dan apakah sanksinya ? ; Bagaimana cara menangani konflik dengan beruang madu yang sering datang dan merusak kebun jagung ?</span></i> <i><span style="color: #4c1130;">; Kepada siapa harus melaporkan bila terjadi konflik satwa liar ?</span></i> " </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg3DO_o6CassN8Ot8c-zGXBm72QC6nl3RKHLcb2ktwmZlAv5Ib3dZA3KuZStTdqCYtBPPGoWT56NZ9tCnO4lTdhE_943aN2BYvHooltqtxIVoBKX9nY_zGnwL-AjA3XjxVL9mkCH7toqQ/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg3DO_o6CassN8Ot8c-zGXBm72QC6nl3RKHLcb2ktwmZlAv5Ib3dZA3KuZStTdqCYtBPPGoWT56NZ9tCnO4lTdhE_943aN2BYvHooltqtxIVoBKX9nY_zGnwL-AjA3XjxVL9mkCH7toqQ/s320/1a+copy.jpg" width="320" /></a></div>
Selesai memberi materi di acara training tersebut, saya langsung diantarkan oleh salah satu staff TNKS ke rumah seorang teman yakni Debbie Martyr yang ada di Sungai Penuh, saya ada janji dengannya untuk bertemu malam itu. Kami ngobrol sampai malam dan makan malam bersama sebelum akhirnya saya kembali ke hotel. Kondisi tubuh saya semakin memburuk, batuk dan hilang suara sehingga saya harus tidur lebih cepat. Esok paginya saya menemui kawan-kawan TNKS yang jadi panitia training dan berpamitan dan pagi itu travel menjemput dan mengantarkan saya untuk pulang kembali ke Bengkulu. Dalam perjalanan pulang saya dihubungi oleh seorang teman Hardi Baktiantoro dari Centre for Orangutan Protection dan Animals Indonesia bahwa esok hari saya diajak untuk mengunjungi lokasi pembangunan Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Liar Sumatera (PPS) di Sumatera Selatan. Malam itu saya harus beristirahat lebih awal sesampainya di kota Bengkulu agar esok hari bisa melanjutkan perjalanan ke Sumatera selatan tanpa banyak kendala.</div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, Jambi, Indonesia-2.0689345 101.41688190000002-2.195881 101.25552040000002 -1.941988 101.57824340000002tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-5801722225412607942015-11-23T22:46:00.000-08:002016-06-21T23:49:33.535-07:00For the Third Time : Helping Research in the Baluran National Park<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #4c1130; font-size: large;">Bengkulu, 14 November 2015</span></b>, Pukul 02.00 dini hari saya baru kembali pulang ke Kota Bengkulu dari perjalanan keluar kota untuk pembiusan dan translokasi rusa sambar (<i>Cervus unicolor</i>) ke Kota Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Kami bekerja dari pagi dan baru selesai pagi dini hari di hari berikutnya. Begitu sampai, satu jam saya manfaatkan untuk packing barang-barang yang akan dibawa untuk perjalanan ke Jawa Timur untuk tiga tujuan sekaligus. Pukul 03.00 WIB saya baru bisa tidur, namun pukul 04.00 WIB saya sudah harus segera bangun dan menuju airport. Waktu terasa sempit, adakalanya saya selalu merasa terburu-buru. Pagi itu pukul 4 tepat saya sudah dijemput untuk diantar ke Fatmawati Soekarno Airport di Kota Bengkulu dengan membawa 1 box obat-obatan dan peralatan medis, serta dua ransel. Hari itu saya akan melakukan perjalanan menuju ke Bandara Blimbingsari, Banyuwangi dengan transit di dua tempat yakni Bandara Soekarno Hatta di Jakarta dan Bandara Juanda di Surabaya, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat ke Taman Nasional Baluran yang terletak di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Perjalanan panjang itu saya manfaatkan untuk beristirahat dan tidur selama dalam penerbangan. Saya terbiasa memanfaatkan waktu perjalanan untuk tidur karena hanya itulah waktu yang bisa saya pakai untuk beristirahat, dan saya terbiasa tidur di mobil, kereta, pesawat maupun kapal laut, bahkan bila sudah terlanjur capek di jalan buruk pun masih bisa tertidur pulas, mengingat jam kerja yang tidak menentu dan terbiasa menangani satwa liar 24 jam ataupun lebih tanpa bisa beristirahat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi saya telah dijemput oleh teman lama Hariyawan Agung Wahyudhi yang kini bekerja untuk proyek penelitian dengan Copenhagen Zoo berkerjasama dengan Taman Nasional Baluran. Dan saya sebelumnya telah turut membantu dalam pemberian training bagi tim research yakni tentang pembiusan dan handling satwa terutama macan tutul serta teknik pengambilan specimen untuk penelitian DNA. Dan saya datang kembali untuk membantu dalam penanganan satwa bila satwa target telah tertangkap karena kandang jebak mulai diaktifkan, kebetulan saya punya waktu luang beberapa hari saat itu untuk ikut stand by disana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siang itu kami langsung menuju homestay di Desa Wonorejo tempat kami biasa menginap. Pemilik homestay sudah tidak asing lagi dengan kami, dan ini adalah homestay favorit kami untuk menginap, yakni Homestay Tresno sesuai dengan nama pemiliknya, tempatnya sejuk dan bersih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b>
<b><span style="font-size: large;">Taman Nasional Baluran, 15 - 22 November 2015</span></b><br />
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRgatGymYZb_ld02rkfoPWfbBCl7Tm9rjgXx29K-fSmSwpr-fNPlP3dgXssb9SqsayE_Q0k0-7rPUNyg7orp6t9_y3clUj77f6hN9e4n7wEPErXtdQiyNlObx4MpqQsreY6HF_ip_83Io/s1600/1h+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="275" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRgatGymYZb_ld02rkfoPWfbBCl7Tm9rjgXx29K-fSmSwpr-fNPlP3dgXssb9SqsayE_Q0k0-7rPUNyg7orp6t9_y3clUj77f6hN9e4n7wEPErXtdQiyNlObx4MpqQsreY6HF_ip_83Io/s400/1h+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Baluran National Park. Photo: Erni Suyanti Musabine</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Taman Nasional Baluran merupakan salah satu tempat terindah yang ada di Provinsi Jawa Timur, meski kondisinya kering kerontang dan panas tak mengurangi keindahannya, selain itu mudahnya menjumpai satwa liar disana sehingga banyak orang menyebutnya sebagai Afrika-nya Indonesia. Mengunjungi tempat ini tidak pernah membuatku merasa bosan, namun malah selalu ingin kembali.<br />
<br />
Sebelum mulai beraktivitas, saya bersama Hariyawan Agung Wahyudi yang merupakan project leader disana menemui Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Baluran karena Kepala Balai sedang tidak ada di tempat untuk menginformasikan bahwa penelitian dan pengaktifan kandang jebak untuk macan tutul akan dimulai, dan saya membantu untuk standby disana kebetulan memiliki waktu luang satu minggu untuk berada di Baluran. Surat Perintah Tugas untuk kami ternyata sudah disiapkan sebelum saya datang. Kami juga menginformasikan bahwa saya juga akan membawa volunteer dokter hewan fresh graduate yang telah mendapatkan training tentang pembiusan dan handling kucing besar di Bengkulu untuk bisa membantu di Baluran dan diharapkan juga nantinya bisa mendampingi volunteer medis lainnya yang masih berstatus mahasiswa kedokteran hewan untuk project penelitian ini. Hari itu akhirnya kami mengaktifkan kandang jebak (box trap) dan meletakkan umpan hidup, tempatnya sangat strategis karena merupakan jalur jelajah macan tutul dan macan kumbang (<i>Panthera pardus melas</i>), juga merupakan tempat singgahnya berbagai jenis satwa liar lainnya untuk mencari minum. Bahkan saat kami sedang disibukkan untuk mengaktifkan kandang jebak, seorang volunteer pemasangan camera trap menyaksikan para ajag (<i>Cuon alpinus</i>) sedang minum di tempat yang tak jauh dari kami berada. Sayang sekali pemandangan seperti itu terlewat dariku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaXjyo1J05GW6hy2z26SZDMopyImMcL95MSoXjfS2oyg946on3TJiWikUs3mqkJfWHXqimwERbnjpEOah14CemcEkj2dwE3Iy5XWzfgHWBxfQm3zctz5vEpsRe6GgG3Zh_BuYvsLJc6g8/s1600/a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaXjyo1J05GW6hy2z26SZDMopyImMcL95MSoXjfS2oyg946on3TJiWikUs3mqkJfWHXqimwERbnjpEOah14CemcEkj2dwE3Iy5XWzfgHWBxfQm3zctz5vEpsRe6GgG3Zh_BuYvsLJc6g8/s320/a.jpg" width="267" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Air minum satwa liar</span></td></tr>
</tbody></table>
Setelah selesai mengaktifkan kandang jebak, saya bersama teman lainnya memeriksa sekitar tempat minum, terlihat berbagai jejak dan feces satwa liar ada disekitarnya, ini menandakan bahwa banyak satwa liar mencari minum disitu. Dibandingkan dengan hutan di Sumatera yang banyak dilalui sungai besar dan kecil serta adanya rawa-rawa dengan air yang melimpah meski di musim kemarau sekalipun, sungguh jauh berbeda dengan yang ada di tempat ini sungai tampak kering, gersang dengan suhu lingkungan yang panas, tentu air merupakan kebutuhan pokok yang paling dicari oleh satwa liar. Air dalam wadah tersebut dengan volume sedikit pun sangat berarti bagi semua jenis satwa liar, dimanfaatkan mulai dari binatang kecil seperti lebah, burung kecil sampai mammalia besar seperti ajag, macan tutul, banteng dan lainnya. Bahkan ketersediaan air selain sebagai sumber kehidupan juga merupakan sumber konflik antara satwa liar dan manusia di sekitar Taman Nasional Baluran, ya begitulah yang dapat saya simpulkan dari obrolan kami dengan warga desa setempat selama tinggal di homestay. Kebetulan saya sendiri juga fokus bekerja dalam penanggulangan konflik satwa liar, sehingga setiap bepergian ke tempat manapun yang merupakan habitat satwa liar itulah salah satu informasi yang ingin saya ketahui dari masyarakat sekitar.<br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqRMd9uMA6LkgRZQ0xmlGyweNK05zQYyTXBIwQYawzCtnK5SQNqja8ztYv1ILZyZtQXII9qSQAo2_EBi2PiBMu7WAuWXmr9tqP6tnb-9sE1FLIBW7GVV3vQpSyxznlNOLDVEkRPOXbGyE/s1600/17+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqRMd9uMA6LkgRZQ0xmlGyweNK05zQYyTXBIwQYawzCtnK5SQNqja8ztYv1ILZyZtQXII9qSQAo2_EBi2PiBMu7WAuWXmr9tqP6tnb-9sE1FLIBW7GVV3vQpSyxznlNOLDVEkRPOXbGyE/s320/17+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Kerbau liar (<i>Bubalus bubalis</i>)</span></td></tr>
</tbody></table>
Setelah kandang jebak diaktifkan, setiap hari kami melakukan pengecekan dan melakukan piket jaga malam dengan personil bergantian untuk mengetahui sedini mungkin bila macan tutul sudah masuk perangkap. Dan bila sedang standby di homestay dan tidak mengikuti tim jaga malam di taman nasional, saya memanfaatkan waktu untuk ngobrol dengan warga, banyak informasi yang saya dapatkan, paling menarik perhatianku adalah tentang konflik satwa liar, yang semula saya tidak pernah mendengar tentang hal itu di sekitar Taman Nasional Baluran. Ketersediaan air yang terbatas di dalam Taman Nasional disaat musim kemarau karena sungai-sungai kering, dan yang tersedia adalah air sumur untuk mengisi tempat-tempat air secara manual yang diletakkan di lokasi-lokasi tertentu. Tidak tersedianya air di daerah jelajah satwa liar mendorong kerbau liar dan rusa keluar taman nasional untuk minum di sungai-sungai kecil di desa dekat batas kawasan pada malam hari. Saat perjalanan menuju ke desa satwa liar itu juga merusak tanaman di sawah seperti jagung dan lainnya. Bahkan warga yang menjadi korban konflik satwa liar mengajak saya untuk ikut mitigasi konflik disana, mereka mulai berjaga-jaga sekitar perbatasan taman nasional dan desa terdekat sekitar pukul 02.00 dini hari sampai menjelang pagi, kamipun saling berdiskusi bagaimana cara meredakan konflik tersebut. Menurut warga kerbau liar merupakan satwa yang paling berbahaya disana karena suka menyerang bila merasa terancam. Beberapa cara telah dilakukan oleh warga desa yakni dengan pengusiran dan penggiringan agar masuk kawasan kembali, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Setelah bercerita banyak tentang kerugian yang diderita akibat konflik dengan satwa liar, mereka bertanya pada saya, <span style="color: #eeeeee;">"<i><span style="color: #4c1130;">kemana institusi yang tepat untuk melaporkan kejadian konflik seperti itu ?</span></i>"</span> Banyak warga masih beranggapan melaporkan kejadian konflik satwa liar itu ke kepolisian. Menurutku mereka perlu melaporkan setiap kejadian konflik dengan otoritas setempat yakni Balai Taman Nasional sehingga untuk selanjutnya bisa secara bersama-sama antara warga dengan petugas dapat mencari strategi meredakan konflik untuk mencegah kerugian ekonomi akibat tanaman palawija yang dimakan satwa serta mencegah adanya korban manusia karena serangan satwa liar, dan yang tidak kalah penting adalah agar warga juga tidak berbuat anarkis terhadap satwa yang berkonflik dengan mereka. Memang harus disadari bahwa tidak ada solusi tunggal dalam penanggulangan konflik satwa liar dengan manusia. Satwa liar juga terlalu pintar untuk mengamati strategi yang kita buat dan mereka juga selalu belajar untuk itu. Manusialah yang harus rajin berinovasi menemukan cara terbaik guna meredakan konflik dengan satwa liar.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHohKHaD1z2YHbqkfm2ZJOTrssIe0RBKHpmtkVvGxiXIMjPZWsLlOfhZYGy6dIf8ftlXy3Ng1WoNTgqkTgp-iVAA1x0_Zzee-s2owNoDnZnFtxoxyjkzCJYF853CNhAXnFcGPI4U42sfE/s1600/1e+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHohKHaD1z2YHbqkfm2ZJOTrssIe0RBKHpmtkVvGxiXIMjPZWsLlOfhZYGy6dIf8ftlXy3Ng1WoNTgqkTgp-iVAA1x0_Zzee-s2owNoDnZnFtxoxyjkzCJYF853CNhAXnFcGPI4U42sfE/s320/1e+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Parasit di Feces Carnivora</span></td></tr>
</tbody></table>
Esok harinya di pagi hari tim kami yang melakukan piket jaga mendapatkan sampel feces carnivora di dekat kandang jebak. Cukup banyak dari beberapa individu. Kami bagi sampel menjadi tiga, yakni untuk pemeriksaan DNA, untuk pemeriksaan penyakit parasiter, dan sisanya kami sendirikan untuk bisa dimanfaatkan dalam berbagai hal seperti analisa pakan dan lain-lain. Kesempatan ini juga cocok untuk training cara pengambilan sampel DNA dari feces bagi para volunteer dan kami menggunakan media alkohol absolut. Sayang sekali sampel feces untuk pemeriksaan parasit tidak bisa langsung dikirim, dikhawatirkan sampel akan rusak dan tidak bisa diperiksa lagi, dan kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Bagi saya lebih baik menyimpan data hasil pemeriksaan daripada menyimpan sampel yang belum diperiksa. Belajar dari pengalaman pribadi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiCnyMpQlSbFIv_LX2MkuuVd5FD_aApznUmu3_uCfzsiEsKNxx3zeMNk9_AajGuBehSk92NDG2kvfH1Em7uiVPUjobS-5C0ao8bBxAn6feLxEE3mV9iSBr4Pjk2p_sI-D2-TqxlEgG4YA/s1600/1a.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiCnyMpQlSbFIv_LX2MkuuVd5FD_aApznUmu3_uCfzsiEsKNxx3zeMNk9_AajGuBehSk92NDG2kvfH1Em7uiVPUjobS-5C0ao8bBxAn6feLxEE3mV9iSBr4Pjk2p_sI-D2-TqxlEgG4YA/s200/1a.jpg" width="150" /></a></div>
Saya juga sempatkan untuk belajar setting camera trap kembali. Dan ikut memasang camera trap di sekitar kandang jebak.<br />
<br />
Disela-sela waktu kegiatan, saya juga menyempatkan diri untuk melihat daerah sekitar diluar taman nasional, meski hanya melihat tanah gersang dan kering, melihat tumbuhan berdaun coklat dan bebatuan, pemandangan itu tetap menarik bagiku. Sedangkan hal paling mengasyikkan buatku setiap berada di Taman Nasional Baluran adalah bisa menyalurkan hobby photography, banyak obyek menarik yang menggoda untuk dipotret, terutama satwa liar. Tak pernah ada rasa bosan melihat mereka berkeliaran dan meski sudah berkali-kali melihatnya, perilaku mereka tetap membuat penasaran dan tetap menjadi primadona sebagai model photo di alam liar.<br />
<br />
Ini beberapa photo satwa liar yang saya dapatkan selama berada di Taman Nasional Baluran, meski pada kesempatan kunjungan kali ini tidak banyak waktu untuk memotret satwa liar karena pada hari minggu tanggal 22 November 2015 saya sudah harus kembali ke Surabaya.<br />
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td style="background: #FDE9D9; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqN6LnEKWi-sZlGRQ5I5YzFgcf5Pk8bgzZ3BDiry8cflgh6PQsxg6wgMm8f6b_Re2eEcXT95H6oD5G0btgAW9m-smrlo6V2BXwE8sqLMOadxcHq_P_8ZuS2g6lE0NtlH3CZpRPfFT2J0M/s1600/1+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqN6LnEKWi-sZlGRQ5I5YzFgcf5Pk8bgzZ3BDiry8cflgh6PQsxg6wgMm8f6b_Re2eEcXT95H6oD5G0btgAW9m-smrlo6V2BXwE8sqLMOadxcHq_P_8ZuS2g6lE0NtlH3CZpRPfFT2J0M/s400/1+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBD4B4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoR2tdldwJ5_BcG7FA2pEUWCbw0D1cA7Blx3zyAmJTT2F9M8a4KiWYM4ya1ckA_U_Y-kSxvACEe0CjYT5ADtXUhx4Qi4Me6ID5ov5nw0gEZAn4Jpqc0y7-rVpr852yR58baQeGzbdAZac/s1600/1l+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoR2tdldwJ5_BcG7FA2pEUWCbw0D1cA7Blx3zyAmJTT2F9M8a4KiWYM4ya1ckA_U_Y-kSxvACEe0CjYT5ADtXUhx4Qi4Me6ID5ov5nw0gEZAn4Jpqc0y7-rVpr852yR58baQeGzbdAZac/s400/1l+copy.jpg" width="312" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FDE9D9; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCyKchNqpN2KXhWAL9nhapyWRJwEhxY8dOrMC4bSCj_tG2CJ_Ar4SJEPi6emnM7xnVEBgtyWlOeZJwOvLtUVFY1JAOcrpNzlEb94doUjt3jLwMMUiXtjuJgD01IWxJwc9iSKB1vpIZsoM/s1600/1t+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCyKchNqpN2KXhWAL9nhapyWRJwEhxY8dOrMC4bSCj_tG2CJ_Ar4SJEPi6emnM7xnVEBgtyWlOeZJwOvLtUVFY1JAOcrpNzlEb94doUjt3jLwMMUiXtjuJgD01IWxJwc9iSKB1vpIZsoM/s400/1t+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBD4B4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2G5qDDCZkCLvOwRgq1EIz0Y8quD-GfrwBJTJjuGmsTGmRempNsXxJwhkdJ2cDtZ05Ua0u5NyoV32gSGNy65HzAXjX-ardkKaKcluTCXz6BnccG87vvCKKB1wouQxuOiEsjVxjDaehhq8/s1600/1m+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2G5qDDCZkCLvOwRgq1EIz0Y8quD-GfrwBJTJjuGmsTGmRempNsXxJwhkdJ2cDtZ05Ua0u5NyoV32gSGNy65HzAXjX-ardkKaKcluTCXz6BnccG87vvCKKB1wouQxuOiEsjVxjDaehhq8/s400/1m+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FDE9D9; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU9Z6fZNeobhyeKqiLboxBIJ94qCmUYloUiQRFdX0eouNnhcF3jZB8jkE3JPQr8XS-juTidoQWvrsjPuVSpgqhDxz2Wwa0vSm31afoRfZNOj9PBSS12tBfQQdw00UL6n9_vLiFbLN6ek0/s1600/1e+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU9Z6fZNeobhyeKqiLboxBIJ94qCmUYloUiQRFdX0eouNnhcF3jZB8jkE3JPQr8XS-juTidoQWvrsjPuVSpgqhDxz2Wwa0vSm31afoRfZNOj9PBSS12tBfQQdw00UL6n9_vLiFbLN6ek0/s400/1e+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBD4B4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia5jIUJCPlKhG-eIPh_zREJmCwamxcxB4JX4OGQFO8OffFfm5K6STykr8nr3Hf3vBoJagl1URARjy5A3C4mkR4hfDceBaRKjk95fL9xLjauG-qolemjQC8nVnI2XyuwbQahT76BzEDk_c/s1600/1c+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="255" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia5jIUJCPlKhG-eIPh_zREJmCwamxcxB4JX4OGQFO8OffFfm5K6STykr8nr3Hf3vBoJagl1URARjy5A3C4mkR4hfDceBaRKjk95fL9xLjauG-qolemjQC8nVnI2XyuwbQahT76BzEDk_c/s400/1c+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FDE9D9; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjUg5B1ZOyM0c7xv29Gaq4WN1STVGPSHsZi1W_Ru4ceDs4rkprxe4H-bzSfsWL2-83cCzSDqRLeLzV8R4oEwrQ5leebe4cXS5qVXPH-pxnPCtN2VhD4gm9cbDVPxNjHA-sgj_SuATcBFA/s1600/1s+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjUg5B1ZOyM0c7xv29Gaq4WN1STVGPSHsZi1W_Ru4ceDs4rkprxe4H-bzSfsWL2-83cCzSDqRLeLzV8R4oEwrQ5leebe4cXS5qVXPH-pxnPCtN2VhD4gm9cbDVPxNjHA-sgj_SuATcBFA/s400/1s+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBD4B4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3dG-MFvLwqYq8AE6KO8WdgxshJzQU0t6ja-ZRGsXr4AKIql6pi28T59dhn0O8UpunanypqSVgUqTrDjoFbKJdfxTHBvqCmyur9Z_uOItEH1inIeAe6byIqd1V4fz5z8jSVoBdQQbESb8/s1600/1j+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="311" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3dG-MFvLwqYq8AE6KO8WdgxshJzQU0t6ja-ZRGsXr4AKIql6pi28T59dhn0O8UpunanypqSVgUqTrDjoFbKJdfxTHBvqCmyur9Z_uOItEH1inIeAe6byIqd1V4fz5z8jSVoBdQQbESb8/s400/1j+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FDE9D9; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAT7Xljr5Q27NQ62FYiVKXNabmrTzkcOapmtWECih2DN_A-cZtLGWTDE-Z1tor4U0v7DtbO7iZfLe52BWLwyU7cNRpmd_Qwdyyu2tEZRDIfigLdkcfFOF-sZMOt449YBJz7ODVTVINRtQ/s1600/1o+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAT7Xljr5Q27NQ62FYiVKXNabmrTzkcOapmtWECih2DN_A-cZtLGWTDE-Z1tor4U0v7DtbO7iZfLe52BWLwyU7cNRpmd_Qwdyyu2tEZRDIfigLdkcfFOF-sZMOt449YBJz7ODVTVINRtQ/s400/1o+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBD4B4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUcWC8yZIcmNgyuE10miFQPUu3jyzQkG3kOeXd-_S7uG1f-7YIH42eZg4w3k4Zxx-lCkHXUFwT0eFQyBSr7vcmOMfjxhDb62srezpDr_OihZFToEEHjtB5PBMjHj36UPyEcs73giztxjU/s1600/1l.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUcWC8yZIcmNgyuE10miFQPUu3jyzQkG3kOeXd-_S7uG1f-7YIH42eZg4w3k4Zxx-lCkHXUFwT0eFQyBSr7vcmOMfjxhDb62srezpDr_OihZFToEEHjtB5PBMjHj36UPyEcs73giztxjU/s400/1l.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FDE9D9; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 51; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKHl5sOi6V1zYx37baOc3HUY5y8OTwpEo2v0YeCRCiuzyTbDEi_AYD-GXBd4pd4CHxd51BoS7A3K7BsItj6J4OZBHVkoVT1-gl_3iojEq_8lWlG2VnP7H8Iiy8TFAH26xy_CKXRqsGMAQ/s1600/1k.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKHl5sOi6V1zYx37baOc3HUY5y8OTwpEo2v0YeCRCiuzyTbDEi_AYD-GXBd4pd4CHxd51BoS7A3K7BsItj6J4OZBHVkoVT1-gl_3iojEq_8lWlG2VnP7H8Iiy8TFAH26xy_CKXRqsGMAQ/s400/1k.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #FBD4B4; border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-background-themecolor: accent6; mso-background-themetint: 102; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 462.1pt;" valign="top" width="616"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6U9SdsMCisW1r4XygiR80C5Lt1sT2p28bSStnWOassTXNBQ1OtXRHXGcVsq5_Sbq8iA7KOzmFTpGz9cho5sbPRx3J4JDop9Z8Ghpssx_-4LXGFkUaf8lAGS6KZQ-hzoDKwv3ZSfKzSSY/s1600/1e+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6U9SdsMCisW1r4XygiR80C5Lt1sT2p28bSStnWOassTXNBQ1OtXRHXGcVsq5_Sbq8iA7KOzmFTpGz9cho5sbPRx3J4JDop9Z8Ghpssx_-4LXGFkUaf8lAGS6KZQ-hzoDKwv3ZSfKzSSY/s400/1e+copy.jpg" width="312" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></td>
</tr>
</tbody></table>
<br /></div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Taman Nasional Baluran, Sumberwaru, Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur 68374, Indonesia-7.8311884 114.38755049999997-33.3532229 73.078956499999975 17.6908461 155.69614449999997tag:blogger.com,1999:blog-7721486909192512473.post-80221242285717834962015-11-19T01:24:00.000-08:002016-06-21T23:46:30.096-07:00Cycling 24 km in the Baluran National Park<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #f9cb9c;">Baluran, Kamis 19 November 2015</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8sKmXjbHCdwmnwQVPrnG0NeyKwzc5w3U7acGxZydVeBt94gka2PZ6aXdihOB92vlTYfMhz_VOXx4H8Xh9Of3h4_J1KkG2V-Ov_nDwri48J9E43vuXQGKr1aDdWey_B-M5xnoY92_4ZLU/s1600/2a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8sKmXjbHCdwmnwQVPrnG0NeyKwzc5w3U7acGxZydVeBt94gka2PZ6aXdihOB92vlTYfMhz_VOXx4H8Xh9Of3h4_J1KkG2V-Ov_nDwri48J9E43vuXQGKr1aDdWey_B-M5xnoY92_4ZLU/s320/2a+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Batas kawasan Taman Nasional Baluran. Photo oleh Erni S </span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu saya tidak punya banyak aktivitas, hanya menunggu informasi dari kandang jebak macan tutul. Beberapa hari sebelumnya saat berkeliling saya memperhatikan pemandangan indah di sekitar Desa Wonorejo dan perbatasan kawasan Taman Nasional Baluran, dan melihat ada beberapa jalan yang belum pernah kulalui sebelumnya yang membuat penasaran, kiri kanan jalan berupa hutan berdaun coklat dan tampak kering. Tersirat keinginan untuk melaluinya dengan berjalan kaki atau bersepeda gunung. Kulihat pemilik homestay memiliki sebuah sepeda gunung yang bisa dipinjamkan. Saya berpikir mungkin saya bisa bersepeda kesana sambil memotret dan mencari sampel feces binatang liar yang mungkin bisa ditemukan di sekitar taman nasional mengingat seorang warga pernah mengatakan padaku bahwa kerbau liar dan rusa kerap keluar kawasan untuk mencari air minum di sungai-sungai kecil di sawah. Sedangkan jalan yang ingin kulalui adalah daerah yang sering terlibat konflik dengan satwa liar. Seorang volunteer medis yang juga temanku dari Wanala Unair yang ikut membantu penelitian macan tutul di Taman Nasional Baluran berminat untuk bergabung, menemaniku bersepeda gunung. Akhirnya kami mendapatkan tambahan sebuah sepeda lagi dari keluarga pemilik homestay.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #f9cb9c;">Nggowes (bersepeda) 12 km ditempuh dalam waktu 3 jam 14 menit</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: purple;"><br /></span></b></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiz_A1YvhfL9pQT_CgrxbdPAYnk0rH1MUYk9qp6nVFmPsOe8Lcm048qrNBXkctlV-5MdKeQ_SpxSeOeWaGfyuuAICNyP7L9_uW2zC8UYRLxZ8Vg7zq1GjHDBOcgn2UYGT5tUbn-L0Yvyk/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiz_A1YvhfL9pQT_CgrxbdPAYnk0rH1MUYk9qp6nVFmPsOe8Lcm048qrNBXkctlV-5MdKeQ_SpxSeOeWaGfyuuAICNyP7L9_uW2zC8UYRLxZ8Vg7zq1GjHDBOcgn2UYGT5tUbn-L0Yvyk/s400/1a+copy.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Taman Nasional Baluran. Photo oleh Happy Ferdiansyah </span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pukul 12.30 WIB kami mulai mengayuh sepeda menelusuri desa Wonorejo menuju perbatasan Taman Nasional Baluran dengan Hutan Tanaman Industri. Dengan berbekal GPS, camera, kacamata hitam, dan backpack berisi air minum. Kami melewati pekarangan belakang rumah warga, melewati rumpun pohon bambu yang berujung di lokasi pemakaman (kuburan). Jalan yang kami lewati tidak datar, justru itu yang mengasyikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bersepeda gunung di Taman Nasional Baluran bukan yang pertama kali ini saya lakukan, beberapa tahun yang lalu saat ada acara seleksi sepuluh petualang terbaik Indonesia yang diadakan oleh Marlboro Adventure Team (MAT) disana dan saya terlibat didalamnya, juga pernah ikut bersepeda gunung sejauh kira-kira 25 km untuk mencoba jalur bersama kawan-kawan MAT. Namun medan yang dilalui jauh lebih berat, tidak hanya melewati jalan desa tapi juga melewati jalan setapak dalam kawasan Taman Nasional Baluran yang kering, tandus dan panas, melewati sungai-sungai kering berbatu dan berakhir di pinggir pantai Balanan yang sangat indah dan tim kami yang paling dahulu mencapai finish. Dan untuk pertama kalinya dari atas tebing saya terpana melihat keindahan pantai biru jernih, keindahannya melebihi pantai-pantai yang pernah saya lihat sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVInB8bjnr80VO2eqWEQZ22IQtGiJHc93oNjvq8rrxFutwCnYrFlJI-Aav4HXPSEdZKoK6esECP53cat7KxFSM-6UZlFmPG0qljvUmFcWSAz1fjw0uadzfyfQM3FJrjiv3IPHWGEyuiHs/s1600/1a+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVInB8bjnr80VO2eqWEQZ22IQtGiJHc93oNjvq8rrxFutwCnYrFlJI-Aav4HXPSEdZKoK6esECP53cat7KxFSM-6UZlFmPG0qljvUmFcWSAz1fjw0uadzfyfQM3FJrjiv3IPHWGEyuiHs/s320/1a+copy.jpg" width="234" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;"><i>Amorphophalus sp. </i>Photo oleh Erni Suyanti M</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan di lahan pekarangan masyarakat kami menemukan bunga bangkai yang akan mekar sebanyak dua buah, akhirnya kami merecord titik koordinatnya dengan GPS yang kami bawa. Lokasinya di Desa Wonorejo di sekitar rumpun bambu, tak jauh dari tempat kami menginap, dan tak jauh juga dari perbatasan kawasan Taman Nasional Baluran. Selanjutnya kami memilih melalui jalan tanah yang memisahkan antara kawasan taman nasional dengan HTI, kami menelusuri jalan tersebut di siang hari yang panas dan menyengat. Bersepeda gunung di Baluran yang panas di bawah terik matahari jam 12 siang memang sangat menguras tenaga, ditambah lagi medan yang berbatu dan tanah kering. Dehidrasi membuatku cepat merasa lelah. Setelah jauh berjalan, saya hampir putus asa dan ingin berbalik arah menuju desa. Saat teman saya sedang sibuk memotret, saya parkir sepeda dan menelusuri jalan setapak dengan berjalan kaki masuk kedalam hutan, tak disangka akhirnya saya menemukan jalan poros dalam Taman Nasional Baluran, seketika itu pikiranku berubah, saya ingin bersepeda sampai savana Bekol atau bila waktu memungkinkan sampai pantai Bama. Dengan riangnya saya memberitahu teman dan mengajaknya untuk melanjutkan petualangan dengan mengayuh sepeda sejauh 12 km lagi. Sepanjang perjalanan kami banyak berhenti untuk memotret atau sekedar menikmati pemandangan yang indah sehingga sampai di Bekol sore hari yakni sekitar pukul 15.44 WIB. Selama perjalanan yang panas saya juga membayangkan minum es yang segar di kantin di Bekol. Air minum kami hanya sebotol kecil air mineral, dalam perjalanan kami harus berhemat air, namun sebaliknya disaat dehidrasi seperti itu kami ingin banyak minum. Satu-satunya cara untuk menyemangati diri agar cepat sampai di Bekol adalah membayangkan minum es yang bisa menyegarkan tenggorokan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di Bekol saya langsung istirahat sejenak di kantin sambil menunggu teman yang belum sampai dan langsung memesan air minum dingin 2 gelas, itu hanya untuk diriku sendiri yang sudah sangat kehausan karena panas dan belum memesan untuk temanku berpetualang di hari itu. Bajuku basah karena keringat. Karena capek saya tidak punya selera makan lagi, hanya temanku yang memesan makanan. Saya membeli air mineral dalam jumlah lebih banyak untuk perjalanan kembali pulang agar tidak kehabisan air minum dan kehausan di perjalanan. selama di kantin kami juga mengobrol dengan penjual, polhut TN Baluran dan kawan-kawan outsourcing yang sedang ada disana, kebetulan mereka semua sudah kami kenal sebelumnya. Salah satu dari mereka berkomentar, <span style="color: #fce5cd;"><i><span style="color: #660000;">kalau saya disuruh mengayuh sepeda dari Batangan ke Bekol ya nggak mau, mbak. Jauh sekali dan tentunya bikin capek, mending naik sepeda motor</span></i> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgafQ-75ZJOtrey5S5eCBCXNP23eVxT8Pah66VAUdmx7pr1P8F27Gw9UP6ArzOMI2OIHiIOCP_BFoi-Zd8JZSx9xBjQSkeaOPcT6y_wDehRUUsgYgpobkvU0c0Flj5FO_zGw1VecO0Hs2o/s1600/1n+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgafQ-75ZJOtrey5S5eCBCXNP23eVxT8Pah66VAUdmx7pr1P8F27Gw9UP6ArzOMI2OIHiIOCP_BFoi-Zd8JZSx9xBjQSkeaOPcT6y_wDehRUUsgYgpobkvU0c0Flj5FO_zGw1VecO0Hs2o/s400/1n+copy.jpg" width="331" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Merak (<i>Pavo muticus</i>). Photo oleh Erni Suyanti Musabine </span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istirahat kami tidak bertahan lama karena obyek menarik lewat di depan mata, yakni seekor merak jantan yang melenggang dan menggoda untuk dipotret, berjalan-jalan disekitar kami. Itu membuat kami seringkali mengeluarkan kamera untuk menunggunya dan mencari waktu yang tepat untuk mengambil photo. Meski itu merak jantan namun terlihat anggun dengan ekornya yang panjang. Bulan ini adalah musim kawin bagi merak, sehingga penampilan merak jantan terlihat lebih indah. Bahkan kami menyaksikan aksi berkelahi antara merak jantan dalam memperebutkan dan menarik perhatian betina. Tidak hanya merak yang kami jumpai dalam perjalanan tetapi juga binatang liar lainnya, dan paling banyak adalah melihat ayam hutan baik yang hijau maupun yang merah di sepanjang perjalanan. Tampak juga lutung berkelompok meloncat-loncat dari pohon satu ke pohon lainnya menyeberangi jalan di sore hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami tidak jadi melanjutkan perjalanan ke pantai Bama yang kurang 3 km lagi karena waktu telah menjelang gelap. Dan untuk kembali ke savana Bekol kami masih harus menempuh perjalanan 3 km lagi. Kami pikir itu akan menyulitkan kami untuk kembali ke Batangan yang harus melalui jalan buruk dengan lampu terbatas, karena yang membawa headlamp hanya saya saja itupun sinarnya kurang terang. Kembali pulang lebih awal adalah keputusan yang terbaik. Akhirnya pukul 16.48 WIB kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Desa Wonorejo. Selama satu jam beristirahat di savana Bekol dan memotret satwa liar disana sudah cukup memuaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhtLlPCRc3cK54Lb_I7-BH961aEpk509rKa676HyA8MDqSu-duCXva3CeIE2kxmAJwj6xJfVrEf1Qa0vQ7pri22PCpVma8sfBtMRdwRmHs9SEkFN5PQkNE6Y48Z-QVfKaSq-bE-Aaw5bE/s1600/2b.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhtLlPCRc3cK54Lb_I7-BH961aEpk509rKa676HyA8MDqSu-duCXva3CeIE2kxmAJwj6xJfVrEf1Qa0vQ7pri22PCpVma8sfBtMRdwRmHs9SEkFN5PQkNE6Y48Z-QVfKaSq-bE-Aaw5bE/s320/2b.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #cccccc;">Taman Nasional Baluran. Photo oleh Happy Ferdiansyah</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah perjalanan hari sudah gelap, agak mengerikan memang naik sepeda di jalan buruk tanpa bisa melihat jalan yang dilalui karena gelap, dan kondisi jalan naik turun. Pada saat menurun sepeda kami meluncur dengan kencangnya meski tanpa dikayuh, sesekali kami harus menggunakan rem bila tidak ingin sepeda menjadi tidak terkendali saat meluncur. Tapi anehnya kami sangat menikmati kesulitan itu. Orang-orang yang hobby petualangan di alam bebas akan merasa bahagia menikmati kesulitan dalam perjalanan, berbeda dengan orang yang tidak menyukai petualangan pasti akan banyak mengeluh dengan kondisi yang ada. Ya, hobby orang-orang seperti kita yang suka melakukan petualangan di alam bebas memang aneh, setiap kesulitan yang kita hadapi akan dinikmati dan bukan dikeluhkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami keluar melalui pintu masuk pos Batangan, kami menyapa petugas jaga sebelum keluar dan melanjutkan bersepeda menuju Desa Wonorejo. Sampai di homestay sekitar pukul 19.00 WIB. Jarak 12 km lebih dalam perjalanan pulang kami tempuh selama 2 jam 52 menit, sedikit lebih cepat dari waktu berangkat. Itupun sudah sering dipakai untuk berhenti memotret burung dan primata serta terkendala kesulitan mencari jalan untuk dilalui karena hari sudah gelap. Sungguh, ini adalah pengalaman kedua bersepeda gunung di Taman Nasional Baluran yang sangat mengasyikkan, bila ada kesempatan saya masih ingin mengulang lagi dengan start lebih pagi dan jarak tempuh lebih jauh dan dengan jalur yang berbeda. Tak pernah bosan untuk mencoba hal-hal baru yang menarik, apalagi bisa menyalurkan hobby sambil berolahraga seperti itu. Ada yang tertarik ??? Ayo kita buat rencana untuk petualangan selanjutnya !!! </div>
Erni Suyanti Musabine, DVMhttp://www.blogger.com/profile/10459292783483983249noreply@blogger.com0Taman Nasional Baluran, Sumberwaru, Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur 68374, Indonesia-7.8311884 114.38755049999997-33.3532229 73.078956499999975 17.6908461 155.69614449999997