Kamis, 12 Maret 2015

Ditemukan lagi harimau sumatera terjerat, Seluma kini jadi target pemburu harimau


Malam itu pukul 20.29 WIB, hari Rabu tanggal 13 Maret 2015 saya mendapat informasi dari Mayor Usman Kasdim Seluma melalui chatting di WhatsApp bahwa masyarakat melaporkan ada harimau terjerat di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Esok harinya, saya ditelepon oleh BKSDA Bengkulu untuk bersiap-siap berangkat rescue harimau yang terjerat di Seluma. Saya pun langsung mempersiapkan peralatan rescue dan obat bius serta obat-obatan emergency. Lokasi harimau terjerat yang disampaikan kepada saya adalah di Ulu Talo. Ini bukan pertama kalinya harimau terjerat di Ulu Talo, beberapa tahun silam saya bersama tim dari BKSDA Bengkulu dan PHS-KS juga pernah ke HPT Ulu Talo untuk merescue harimau terjerat. Medan yang buruk harus menyeberangi sungai besar lebih dari sepuluh kali dibagian hulu dengan arus deras yang membuat wartawan yang ikut kegiatan tersebut dari salah satu stasiun televisi nasional hanyut terbawa arus namun selamat, dan naik turun bukit dengan trekking selama 6 jam untuk mencapai lokasi harimau terjerat, namun sesampainya disana harimau sudah hilang, hanya tinggal tonggak kayu pengikat jerat dan tali sling yang telah terpotong, serta tak jauh dari lokasi ada saluran pencernaan hewan yang telah berbau busuk.

Dengan pernah punya pengalaman melakukan perjalanan ke Ulu Talo maka saya memilih anggota Tim Rescue yang akan berangkat bersamaku, yang jelas orang-orang yang telah terbiasa melakukan perjalanan di medan yang sulit dan curam. Informasi awal yang kudapatkan bahwa jerat tersebut adalah jerat babi yang tidak sengaja kena harimau, dan harimau terjerat di bagian leher bukan kaki. Sepanjang perjalanan saya berdiskusi dengan teman-teman satu tim yang sama-sama punya pengalaman dalam penyelamatan harimau dari jerat pemburu liar. Saya  mencoba menganalisa dan mengatakan pada mereka, "Bila jeratnya berbentuk spiral seperti jerat yang dipasang pada ladang-ladang masyarakat untuk menjerat babi, bila harimau anakan kemungkinan kecil untuk bisa lolos dan bertahan hidup bila terjeratnya sudah lama, karena bisa tergulung. Tapi bila jeratnya berupa tali nylon atau sling untuk babi maka bila harimau anakan mungkin tidak bisa lepas sendiri tapi kalau harimau dewasa pasti sudah lepas, karena sudah banyak contohnya. Dan bila terjerat di leher diharapkan masih bertahan hidup, meskipun memberontak dia kan merasa kesakitan dan tidak bisa bernafas bila lehernya tercekik jadi akan berusaha untuk tidak tercekik, berbeda bila terjerat di bagian kaki." Namun kami tidak begitu saja bisa percaya dengan informasi dari orang lain bila belum melakukan pengecekan TKP (Tempat Kejadian Perkara) secara langsung. Kadang informasi yang mereka sampaikan tidak sesuai dengan apa yang mereka lihat namun berdasarkan perkiraan mereka saja.

di Koramil Ulu Talo, Seluma
Sore itu pukul 3.37 WIB kami tiba di kantor Koramil Ulu Talo, untuk mencari informasi mengenai lokasi harimau terjerat, mengingat Koramil lah yang memberikan informasi adanya harimau terjerat ke BKSDA Bengkulu dan bukan dari warga atau aparat desa setempat yang melaporkan. Mereka menyarankan kami untuk tidak ke lokasi lagipula harimaunya sudah hilang dari lokasi. Justru karena mendapat informasi seperti itu, saya bilang ke tim bahwa kami harus tetap ke lokasi kejadian untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, meskipun hari sudah sore tentu itu akan sangat beresiko berada di jalur jelajah harimau, tapi karena kami jumlahnya banyak saya pikir tidak akan ada masalah asalkan kami berjalan beriringan dan tidak terpisah atau berpencar.

Ada dua desa yang harus kami kunjungi berhubungan dengan kasus ini, kami memilih desa terdekat dengan lokasi kejadian untuk mencari informasi dimana harimau terjerat, karena tidak mudah mencari harimau yang terjerat di dalam hutan. Sore itu kami menemui Kepala Desa setempat dan diantar ke lokasi kejadian bersama beberapa warganya.

Pukul 5.52 WIB sore itu kami sudah sampai di TKP. Kami memeriksa lokasi tersebut sampai pukul 6.42 WIB. Dari sekian banyak orang hanya saya saja yang membawa headlamp padahal kami memeriksa lokasi kejadian hingga menjelang gelap. Headlamp yang mereka bawa dari Bengkulu mereka tinggalkan di dalam mobil :D

Lokasi harimau terjerat dekat dengan sungai dan jalan desa penghubung antara desa yang satu dengan lainnya, dan akhirnya saya pun mengetahui bahwa di salah satu desa tersebut ada yang mencari nafkah dengan berburu harimau. Juga terdapat jalan logging, mobil pun bisa melewatinya karena jalannya lebar, yang menghubungkan antara jalan desa dengan lokasi harimau terjerat. Dan berdasarkan informasi masyarakat bahwa orang yang mencari ikan di sungai melihat harimau terjerat di bagian kaki dalam kondisi masih hidup sejak hari Senin malam tanggal 9 Maret 2015, dan kami baru mendapatkan informasi hari Rabu malam tanggal 11 Maret 2015. Bila melihat semua kondisi TKP yang seperti itu wajar bila harimau yang terjerat sudah hilang dari lokasi. Perkiraan saya sudah diambil pemburu yang memasang jerat. Meskipun aparat desa dan warga punya pendapat lain bahwa harimau tersebut lepas sendirinya dan bukan diambil orang, karena mereka mendengar suara raungan harimau di sekitar pemukiman mereka yang jauh dari lokasi kejadian pada malam hari berturut-turut dari tanggal 9-11 Maret 2015. 

Bekas cakaran harimau
Biasanya kalau harimau lepas sendiri dari jerat biasanya tak pernah jauh berjalan dari lokasinya terjerat karena dia terluka, dan kadang masih membawa sling yang mengikat kakinya dan kadang masih menyeret kayu pancang pengikat sling yang seringkali membuat harimau tersangkut dan tidak bisa berjalan lagi. Dan bila harimau melepaskan diri dari jerat pasti tali sling di jerat-jerat lainnya masih ada, namun kami tidak menemui satu pun sling di 9 perangkap yang telah dibuat pemburu di loaksi itu, hanya tinggal kayu pancang dan lubang-lubang perangkap serta bekas umpan yang telah membusuk dan berbau menyengat bahkan tinggal tengkorak saja. Jadi saya semakin yakin bahwa harimau hilang diambil pemburu setelah pemeriksaan TKP. Ada beberapa bekas cakaran kuku pada pohon dan gigitan pada batang pohon di lokasi jerat yang berbeda dan berjauhan, kemungkinan lebih dari satu yang terkena jerat. Selain mengambil dokumentasi, saya juga mengambil sampel rambut harimau yang tertinggal di lubang perangkap.

Malam itu tim rescue BKSDA kembali pulang ke Kota Bengkulu dan melaporkan temuan tersebut kepada Polsek setempat, namun saya memilih untuk tetap tinggal di desa itu selama beberapa hari, karena saya merasa penasaran terhadap siapa-siapa saja yang terlibat dalam jaringan perburuan harimau di daerah itu, serta ingin tahu tentang harimau yang meraung di malam hari selama tiga hari berturut-turut di desa itu, serta ingin mengetahui jalur jelajah harimau disana dan kondisi habitatnya. Dan saya tertarik untuk mengetahui itu semua, dan saya harus sudah mendapatkan jawabannya sebelum kembali pulang ke Bengkulu. Bagi saya bekerja untuk satwa liar tidak harus dengan sokongan dana kegiatan dari pemerintah, namun kita masih bisa bekerja secara mandiri yang penting adalah hasilnya dapat membantu untuk mendukung penegakan hukum terhadap kejahatan pada satwa liar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar