Jumat, 30 November 2012
Senin, 29 Oktober 2012
Surgery on a Leopard Cat 'Felix'
(operasi kucing hutan (kucing kuwuk) dengan peralatan medis dan obat-obatan yang sangat terbatas, tanpa ada meja operasi, ruang operasi yang steril, drape, baju bedah, perlengkapan sterilisasi, juga antidote, tetapi keterbatasan tak boleh menghambat pekerjaan, semua tetap harus dilakukan demi menyelamatkan seekor kucing hutan)
Hari ini saya mendapat 'emergency call' dari seorang staff BKSDA Bengkulu yang menginformasikan bahwa segera melakukan rescue seekor kucing hutan (Prionailurus bengalensis) yang terluka di Bengkulu. Karena kondisi saya yang masih kurang sehat akhirnya saya tidak sanggup untuk mengikuti tim rescue untuk mengevakuasinya, perjalanan jauh akan membuat saya semakin kelelahan dalam kondisi seperti itu. Saya lebih memilih untuk mempersiapkan obat-obatan dan peralatan bedah dan menunggu di kantor BKSDA Bengkulu.
Leopard Cat / Prionailurus bengalensis / Kucing Kuwuk at BKSDA Bengkulu |
Sebelum melakukan pengobatan masih banyak koordinasi yang harus saya lakukan dengan beberapa staff BKSDA Bengkulu. Dua orang anggota Wildlife Rescue Unit yang akan membantu saya dalam handling dan pengobatan kucing tersebut, dan satu orang staff membantu untuk pengambilan dokumentasi untuk pelaporan hasil kegiatan.
Status present kucing hutan yang telah dievakuasi sebagai berikut :
Signalement
Jenis Satwa : kucing hutan (Prionailurus bengalensis)
Nama Satwa : Felix
Jenis Kelamin : Jantan
Umur : Dewasa
Anamnesa
Seekor Kucing hutan (Prionailurus bengalensis) terluka pada bagian punggung selebar 5 cm dan rambut disekitarnya rontok. Kucing ditemukan di sebuah pondok pesantren di Bengkulu.
Pemeriksaan Umum
Luka sudah terjadi beberapa hari, tidak myasis dan tidak bernanah (kemungkinan karena kucing tersebut terus-menerus menjilati lukanya). Dan rambut disekitar luka rontok kemungkinan disebabkan karena itu. Estimasi berat badan 2 kg. Behavior normal (masih liar).
Kucing hutan ditemukan dengan luka di punggung |
Gejala Klinis
Vulnus (luka) berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 5cm di atas scapula dan luka masih berdarah, dan dehidrasi.
Diagnosa Klinik
Traumatis
Therapy
- Kucing dipuasakan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembiusan. Pembiusan dilakukan sore hari menunggu cuaca tidak panas dan cukup waktu untuk puasa.
- Persiapan obat-obatan dan peralatan bedah serta tempat untuk pengobatan, mengingat BKSDA Bengkulu tidak memiliki ruang pengobatan/ klinik hewan.
- Anesthesia (pembiusan), dengan dosis sebagai berikut :
Dose
|
Drug Used
|
Amo-unt (ml)
|
Route
|
Time Given
|
Success of Delivery
|
Effect (Stage)
|
Time of Effect
|
Immobili-zing
Dose
|
Ketamine
HCl 10%
|
0,3
|
Handsy-ringe/
Intra
Muscular
|
14.55
|
Com-plete
|
Mild Seda-tion
|
15.01
|
Xylazine
10%
|
0,1
|
||||||
Ketamine
HCl 10%
|
0,1
|
Handsy-ringe/
Intra
Muscular
|
15.07
|
Com-plete
|
Heavy Seda-tion
|
||
Ketamine
HCl 10%
|
0,1
|
Handsy-ringe/
Intra
Muscular
|
15.25
|
Com-plete
|
Light
anesthe-sia
|
15.45
|
|
Xylazine
10%
|
0,1
|
Hasil Monitoring Physiological Data (Vital Signs) per 5-10 menit sebagai berikut :
Time
Taken (WIB)
|
Body
Temperature
(C) |
Respiration
Rate (x/min)
|
Heart
Rate/ Pulse (x/min)
|
15.45
|
39,5
|
30
|
-
|
15.55
|
38,7
|
27
|
-
|
16.08
|
38,6
|
33
|
-
|
16.15
|
37,8
|
-
|
-
|
16.24
|
37,4
|
-
|
-
|
16.41
|
35,1
|
36
|
-
|
17.00
|
36,7
|
39
|
-
|
Penjahitan luka |
- Pembersihan dan penjahitan luka.
- Fluid therapy
- Pemasangan Elizabeth colar
- Perawatan pasca operasi.
No
|
Drug
Used
|
Dose
/ Amount (mg/ml)
|
Route
|
1
|
Antiseptic Povidone iodine 10%
|
-
|
topical
|
2
|
Antibiotic Penstrep
|
0,4 ml
|
IM + topical
|
3
|
Gusanex spray
|
-
|
topical
|
4
|
Meloxicam 5mg/ml (Anti-inflamatory)
|
0,1 – 0,2 ml
|
SC
|
Prognosa
Fausta
Physical Restraint |
Mengenal lebih jauh tentang kucing hutan (Felis bengalensis)
Kucing hutan atau nama ilmiahnya Prionailurus bengalensis berukuran sama seperti kucing rumah, warna rambut yang khas yakni kuning kecoklatan dengan belang-belang hitam di bagian kepala hingga tengkuk, dan pada bagian tubuh bertotol-totol hitam, bagian ventral putih dengan totol-totol coklat tua.
Reproduksi
Masa reproduksi kucing hutan adalah sepanjang tahun dengan masa kebuntingan sekitar 70 hari. Setiap kelahiran dihasilkan 2-4 ekor anak. Sampai umur 10 hari anak kucing hutan belum bisa membuka mata, tetapi begitu dapat melihat anak kucing hutan sudah bisa mencari mangsanya sendiri. Kucing jantan membantu betina dalam mengasuh anaknya. Masa dewasa kelamin anak kucing hutan saat mencapai umur sekitar 13 bulan.
Taxonomi kucing Hutan :
:
|
Animalia
|
|
Filum
|
:
|
Chordata
|
Kelas
|
:
|
Mamalia
|
Ordo
|
:
|
Carnivora
|
Famili
|
:
|
Felidae
|
Genus
|
:
|
Felis
|
Spesies
|
:
|
Prionailurus bengalensis
|
Prionailurus bengalensis |
Status perlindungan :
Kucing hutan termasuk sawa liar dilindungi yakni oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Senin, 08 Oktober 2012
Catatan perjalanan : Negara yang indah dengan penduduknya yang ramah
"Dari kanak-kanak saya sudah sangat menyukai film dokumenter tentang kehidupan satwa liar di Africa. Bahkan pernah melihat sebuah film dokumenter tentang pembiusan gajah dan singa di Africa yang membuatku sangat berkesan. Alangkah hebatnya mereka, itu yang ada dipikiranku saat itu. Dan beberapa puluh tahun kemudian, saat saya telah dewasa, ternyata saya bisa mendapat pengalaman yang luar biasa, mewujudkan mimpi saya sejak kanak-kanak tentang Africa, mendapatkan kesempatan untuk pergi kesana dan melakukan hal yang sama seperti di film dokumenter yang pernah saya tonton waktu kecil, melakukan pekerjaan pembiusan satwa liar di Africa."
Hooray......I got scholarship anymore
Hooray......I got scholarship anymore
Kwale Camp - Zimbabwe - Africa |
Bulan Agustus tahun 2007 saya mendapat informasi bahwa akan ada beasiswa dari the Asian Rhino and Elephant Foundation dan WWF Nepal bagi dua orang dokter hewan dari Asia yang bekerja untuk konservasi gajah atau badak yang akan dikirim belajar di Africa tentang anesthesia satwa liar. Adanya dukungan dari kolega senior untuk mengikuti pendidikan tersebut serta rekomendasi dari seorang teman di International Elephant Foundation (IEF) akhirnya saya diberi jalan untuk bisa berkomunikasi dengan pihak pemberi beasiswa untuk pengiriman CV guna proses seleksi. Selama 5 (lima) bulan menunggu tidak ada informasi balasan satupun yang dikirim ke email saya tentang hal itu. Akhirnya saya tidak pernah berharap lagi, waktu itu saya berpikir mungkin ini tak jauh beda dengan tawaran beasiswa sebelumnya untuk mengikuti short course di United State yang pada akhirnya tidak ada kelanjutannya. Dan akhirnya saya berangkat ke Western Australia untuk mengikuti short course 'Clinical Rotation' yang diadakan oleh Murdoch University dan Perth Zoo atas rekomendasi seorang teman di Frankfurt Zoological Society (FZS). Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke negara bagian lainnya yakni Queensland untuk menjadi Vet Volunteer di Australia Zoo Wildlife Hospital atas rekomendasi seorang teman di Fauna and Flora International (FFI). Sepulang dari Australia saya kembali bekerja di Pusat Konservasi Gajah Seblat, BKSDA Bengkulu.
Saya bersama dokter hewan dari WWF India (Garga Mohan Das and Me at Harare) |
Persiapan Perjalanan
Dalam perjalanan kembali ke kota Jambi dari Kabupten Tebo, saya berusaha menghubungi travel agent untuk memesan ticket penerbangan dari Bengkulu menuju Harare. Saya hanya punya waktu dua minggu untuk mempersiapkan perjalanan ini. Ada beberapa pilihan, yakni dengan Malaysia Airline (Jakarta-Kualalumpur-Johannesburg-Harare) tetapi penerbangan yang tersedia tidak setiap hari tapi per dua hari sekali. Pilihan kedua : Singapore airline (Jakarta-Singapore-Johannesburg-Harare), saya menyukai maskapai penerbangan ini karena pelayanannya sangat memuaskan selama perjalanan berdasarkan pengalaman sebelumnya yang beberapa kali menggunakan Singapore Airline, tetapi sayangnya ongkosnya sangat mahal dibandingkan maskapai penerbangan lainnya. Pilihan ketiga : Singapore Airline dan Kenya Airways (Jakarta-Singapore-Bangkok-Nairobi-Harare). Pilihan keempat : Cathay Pasific dan South Africa Airways (Jakarta-Hongkong-Johannesburg-Harare). Saya mencari yang murah dan tidak banyak transit, akhirnya pilihan saya jatuh pada pilihan keempat, untuk urusan ini saya harus bayar dimuka sebesar USD 1500.
Peta Zimbabwe Sumber Photo : Google |
Travelling seorang diri memang harus mempunyai management perjalanan yang baik termasuk persiapan yang matang dan jelas. Urusan transportasi dari Indonesia menuju negara tujuan serta asuransi perjalanan dan kegiatan selama di negara lain sudah tidak ada masalah. Kebetulan passport lama masih berlaku dan kebetulan visa-nya on arrival, sehingga tidak disibukkan dengan urusan pembuatan visa yang biasanya tidak mudah dan tidak singkat. Visa bisa diurus setelah sampai ke negara tujuan, hal ini mempermudah saya dalam mengurus persiapan perjalanan yang tinggal beberapa hari lagi. Urusan di Indonesia sudah selesai sekarang ganti mengurus keperluan setelah sampai di Africa. Menggunakan jasa internet membuat urusan yang bermil-mil jauhnya menjadi lebih mudah. Mencoba browsing dan menghubungi travel agent di Harare untuk memesan taxi guna menjemput saya di International airport di Harare dan mengantarkan saya ke hotel yang telah dipilih setelah saya sampai disana nantinya. Memesan jenis makanan yang halal untuk menu sehari-hari selama mengikuti shourt course kepada panitia penyelenggara. Mengurus transportasi dari kota Harare ke Malilangwe Willdfe Reserve yakni dengan menyewa pesawat kecil atau menyewa mobil patungan dengan beberapa orang dari negara lain yang mempunyai tujuan yang sama. Begitu semua urusan telah beres, tinggal menyusun anggaran perjalanan sesuai dengan hasil browsing di internet dan dikirim ke pihak pemberi beasiswa.
Kendala
Setelah mendapat persetujuan dari lembaga pemberi beasiswa, tinggal menunggu dana ditransfer melalui lembaga serupa yang berada di Indonesia. Masalah kembali timbul saat lembaga tersebut belum mencairkan dana ini sesuai pada waktu yang dibutuhkan. Mungkin ini efek samping saya pernah mengkritik dan mengirim tulisan yang sifatnya pribadi kepada teman saya dokter hewan yang bekerja di pemerintah USA tentang mengkritisi adanya penangkapan gajah liar di Riau yang pada akhirnya gajah itupun mati pasca penangkapan dan membuat lembaga tersebut yang berada di Indonesia dan Amerika merasa tersinggung dan menganggap bahwa tulisan saya tidak benar dan berlebihan tentang kondisi di Riau. Pada saat saya akan berangkat pun dana yang telah dikirim dari WWF Nepal melalui sebuah lembaga swadaya masyarakat di Indonesia belum bisa ditransfer ke rekening saya. Pada saat itu saya berpikir, mungkin saat ini saya masih kurang beruntung, sehingga untuk berangkat mencari ilmu ke negara lain pun banyak hambatan dan kemungkinan terburuk saya tidak akan berangkat. Keluarga dan kolega senior menyemangati saya dan meminta saya untuk tetap berangkat meskipun tidak ada dukungan dana dari beasiswa. Akhirnya berpikir keras dan mendapat jalan keluar, teman dan saudara bersedia memberikan bantuan dana untuk menambah uang dari tabungan saya. Mengingat biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti short course seperti ini memang sangat mahal. ATM tabungan saya tinggalkan di Indonesia agar saat dana beasiswa sudah ditransfer, uang bantuan dari saudara dan teman bisa langsung dikembalikan secepatnya.
Sebelum berangkat, saya sempatkan beberapa hari bekerja di PKG Seblat sampai sehari sebelum berangkat untuk monitor dan memastikan bahwa semua gajah dalam kondisi baik saat saya tinggalkan. Di PKG Seblat saya bertemu seorang kolega dari India yang bekerja untuk animal welfare, pada saat itu akan tinggal beberapa hari di camp PKG Seblat bersama PhD student dari Massachusetts University.
Nyaris ketinggalan pesawat.....:)
Hong Kong International Airport |
Selama menunggu di Hong Kong saya tidak sempat beristirahat karena terus-menerus dihubungi teman-teman di Indonesia yang memberi khabar bahwa ada seekor orangutan sumatra baru datang ke Stasiun Re-introduksi di Sungai Pengian, Tebo, Jambi yang bernama Yanti. Karena sangat semangat mendengarkan cerita tentang orangutan tersebut akhirnya lupa bahwa telepon terkena roaming yang membuat pulsa yang baru saya beli di Jakarta sebelum berangkat habis gara-gara menerima telepon dari Indonesia. Selama penerbangan dari Hong Kong ke Africa Selatan saya berpikir saya akan bisa istirahat dengan tenang. Kebetulan dua kursi disebelah saya kosong sehingga bisa saya pakai untuk berselonjor dan istirahat seperti penumpang yang lainnya. Bantal, selimut, penutup mata serta kaos kaki pemberian pramugari sudah saya pakai, dan tak lupa mendengarkan music melalui headset dan siap tidur. Tiba-tiba mendengar dua orang yang duduk dideretan kursi di sebelah saya bertengkar hebat, seorang wanita kulit hitam dengan seorang laki-laki kulit putih yang sepertinya mereka bertengkar soal tempat duduk. Yang satu ingin tidur/ istirahat dan satunya terganggu sampai-sampai berkata kasar dan keras yang membuat kami yang ada disekitarnya terbangun dan tidak bisa tidur nyenyak. Akhirnya sisa waktu malam itu saya pakai untuk menonton beberapa film di monitor yang ada di masing-masing kursi dan mendengarkan musik 'spice girl' serta sesekali lihat posisi penerbangan sudah sampai dimana, apakah masih jauh atau sudah dekat dari Africa dan untuk memperkirakan posisi saya sedang diatas negara mana dan laut apa....hehe! Dan untuk menghilangkan kebosanan, berusaha melihat film-film komedi, tak peduli bila ada orang yang melihatku tertawa sendiri karena lucu.
Sinar matahari terbit menyilaukan mata, akhirnya sebentar lagi mendarat di Internasional Airport di Johannesburg - Africa Selatan. Terminal kedatangan dan keberangkatan sangat jauh sehingga kami diangkut dengan bus menuju lokasi penerbangan berikutnya. Lorong-lorong di airport ini sangat membingungkan untuk mencari meja petugas transfer passengers, tapi akhirnya menemukannya juga. Saat sedang antri, saya mendengar banyak orang berbicara dengan bahasa Jawa Timur di belakang saya. Langsung saya menoleh ke belakang, semuanya laki-laki, sepertinya mereka rombongan. Setelah urusan saya selesai saya duduk sebentar di dekat rombongan tersebut, dan saya bertanya kepada salah satu orang dari mereka apakah berasal dari Jawa Timur ? Ternyata memang benar. Rombongan itu ternyata TKI yang dibawa oleh dua orang yang sedang mengurus ticket mereka saat kami sedang ngobrol, mereka akan bekerja di Botswana. Akhirnya saya tinggalkan mereka dan menuju waiting room untuk melanjutkan penerbangan ke Harare - Zimbabwe. Pagi itu saya memberi khabar keluarga saya bahwa telah sampai di Africa Selatan karena di negara ini terakhir kali saya bisa komunikasi dengan telkomsel card, dan ternyata saat itu di Jakarta sudah siang :) Ternyata pesawat saya ke Harare mengalami delay selama 3 jam sehingga saya harus menunggu lebih lama di Johannesburg. Sambil membeli makanan untuk sarapan, saya tak henti-hentinya melihat sekitar siapa tahu bertemu kolega yang dari India, yang sudah berkenalan dan berkomunikasi dengan saya sebelumnya melalui email, karena kami kemungkinan akan bersamaan dalam satu pesawat dari Johannesburg menuju Harare karena kebetulan kami memilih waktu dan penerbangan yang sama. Sampai pesawat akan berangkat saya tidak menemukan orang yang saya cari. Saya tidak tahu bahwa penerbangan South Africa Airways yang dari Bombay - India menuju Johannesburg batal berangkat.
Akhirnya sampai juga ke negara tujuan
Harare City tampak gedung parlemen di sebelah kiri |
Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan dari Bengkulu-Jakarta-Hong Kong-South Africa-Zimbabwe mengalihkan pikiranku untuk tidak terlalu cemas tentang kondisi keamanan disana. Setibanya di Harare yang membuatku cemas malah jangan sampai bagasi saya nyasar kemana-mana. Itu yang seringkali terjadi bila naik pesawat di Africa, barang bawaan sering tidak sampai bersamaan dengan orangnya berdasarkan pengalaman beberapa teman yang pernah mengalaminya. Sepi...gelap...itulah kesan pertamaku tiba di International airport di Harare siang itu. Selesai mengurus visa on arrival dengan membayar USD 30, saya menuju lokasi pengambilan bagasi. Tak satupun orang yang saya kenal di sana, dan ini perjalanan pertama kali saya ke Zimbabwe. Tapi saya selalu yakin bahwa saya akan punya banyak teman baru disini.
Hooray....dapat uang 100 juta.....:)
Mata Uang Zimbabwe 100 juta $Zim hanya cukup untuk sekali makan |
Jalan-jalan keliling kota Harare and freely....
Lokasi Bronte Hotel di Kota Harare |
Taman Kota Harare |
Transaksi uang di pasar gelap (black market)
Bronte Hotel |
Perjalanan menuju Malilangwe Wildlife Reserve
Rumah Penduduk Lokal yang Unik Perjalanan dari Harare menuju Malilangwe Wildlife Reserve |
Hindari naik kendaraan umum
Untuk perjalanan jauh hindari naik kendaraan umum terutama bus, jangan pernah membayangkan kondisi bus seperti di Indonesia atau di negara asia lainnya. Disana bus sangat langka dan peminatnya banyak, mungkin karena lebih murah, jadi penumpang bus akan tampak berjubel, tidak hanya duduk di kursi penumpang tetapi juga berdiri berdesak-desakan dari pintu bagian depan sampai pintu belakang, bahkan parahnya lagi kita akan melihat pantat-pantat penumpang keluar dari jendela samping kiri dan kanan bus, karena tidak dapat tempat duduk mereka duduk dijendela yang telah dibuka kacanya. Dan bus tidak ber-AC. Bisa dibayangkan betapa panasnya di dalam bus dengan penumpang yang overload. Saya hanya bisa memandanginya dengan penuh keheranan saat mobil kami berpapasan dan mendahului bus dan mencoba memotretnya dengan sembunyi-sembunyi. Juga tampak tidak ada shelter untuk menunggu angkutan umum itu, yang terlihat hanyalah orang-orang membawa travel bag menunggu bus di jalan-jalan di bawah pohon dan duduk di batu. Alhamdulillah....saya masih bersyukur hidup di Indonesia.
Peta Kota Chiredzi - Zimbabwe |
Hewan Ternak |
Pengaruh perbedaan waktu
Penginapanku di Hakamela |
Lady first
Selama tinggal di Hakamela, karyawan disana begitu ramah dan setiap acara makan, mereka menyapa saya dan saya menjawabnya dengan menggunakan bahasa Chishona (basa Zimbabwe), sebelumnya kursus private denga teman saya, Rumbi, yang mengajari saya sebelum saya meninggalkan kota Harare. Membuat mereka senang karena saya menjawab pertanyaan mereka dengan bahasa mereka sehari-hari. Terasa menyenangkan dan begitu akrab. Budaya yang saya kagumi, disana wanita selalu diutamakan dan dihormati. Setiap antri mengambil jatah makan wanita didahulukan. Saat karyawan mengantar makanan pembuka dan makanan penutup ke meja makan, wanita juga selalu didahulukan.
Hasil kursus singkat bahasa Chishona
Aktivitas harian
Chishona - Zimbabwe
|
Indonesia
|
Nda
tenda
|
Terimakasih
|
Santi
sana
|
Terimakasih
|
Mangwanani
|
Selamat
pagi
|
Maswerasei
|
Selamat
malam
|
Masikathi
|
Selamat
siang
|
Titambire
|
Selamat
datang
|
Makadii
|
Apa
khabar ?
|
Ndine
urombo
|
Maafkan
saya
|
Mhoro
|
Halo
|
Zaka
naka
|
Enak
|
Aktivitas harian
Praktek Pembiusan Gajah |
Praktek Pembiusan Jerapah |
Dengan mobil mencari lokasi satwa liar yang tertembak bius |
Saat berada di kota Harare, saya mencoba menerapkan keramah-tamahan yang biasa dilakukan di negara lain, menyapa orang yang saya jumpai. Tetapi ternyata tidak cocok diterapkan disana, jadi ingat kata pepatah "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". Akibat suka menyapa orang lain dengan ramah meskipun hanya sekedar untuk mengucapkan 'selamat pagi, dll' pada setiap orang saat bertemu terutama laki-laki, bisa dipastikan mereka akan mencari tahu tentang dirimu dan tempatmu tinggal dan tiba-tiba mendatangimu hanya untuk menyampaikan bahwa dia menyukaimu bahkan berniat mengajakmu berkencan :) Jadi sebaiknya hanya menyapa orang-orang yang kamu kenal saja. Sangat berbeda dengan di Australia, setiap orang biasa menyapa bila berpapasan di jalan baik kenal atau tidak, karena itu sudah budayanya.
Bersama kolega dokter hewan dari Tanzania dan Kenya |
Saat kami sedang belanja souvenir bersama teman dari Zimbabwe (Sithasisiwe Moyo), Kenya (Martin Mulama), India (Garga Mohan Das), Tanzania (Kuya Sayalel) dan waktu sangat terbatas karena siang itu saya dan teman dari Kenya harus kembali pulang ke negara masing-masing. Waktu yang sempit membuat Martin teman saya dari Kenya memberi waktu saya hanya 10 menit berada di Souvenir shop untuk membeli oleh-oleh. Dan teman saya Stha dari Zimbabwe yang bertugas membantu saya untuk membayar barang yang telah saya beli, karena saya kurang paham dengan nilai uang Zimbabwe yang mengalami inflasi tinggi, karena saya harus membayar menggunakan $ Zim dan bukan $ US. Uang sebanyak 3M ($ Zim 3 billion) hanya cukup untuk membeli T-shirts beberapa buah saja :)
Saat makan malam dan saat ada teman yang berulang tahun, kami semua mendapat minuman gratis. Biasanya saya sering duduk berdekatan dengan teman-teman dari Zimbabwe, Namibia, Kenya, India, Tanzania, Zambia, dll saat makan malam. Mereka tahu saya tidak minum alkohol, akhirnya jatah vodka untuk saya diminum teman-teman, dan yang biasa menghabiskannya adalah teman dari Namibia. Dengan dua botol vodka besar habis saat makan malam, dan akibatnya esok harinya saat pelajaran tertidur dikelas....hehe! Saya yang duduk dibelakangnya suka membangunkannya dan menyuruhnya keluar untuk minum kopi agar efek alkohol yang diminumnya berkurang. Dan gara-gara sering mabuk, dia juga sering ketiduran dan ketinggalan mengikuti praktek. Kebetulan dia satu team dengan saya.
Berbeda dengan saya, terkadang saya juga tertidur di dalam kelas bila dosennya saat mengajar membosankan. Teman sebangku saya dari Amerika sering membangunkan saya bila sudah mulai mengantuk di siang hari di kelas :) Bisa dipastikan bila pengajarnya Prof. Meltzer, saya pasti mengantuk di kelas karena bicaranya pelan dan kurang jelas, mungkin faktor umur :) Sepertinya saya hanya semangat saat praktek saja dan saat ujian yang tidak mungkin membuat saya tertidur karena harus berpikir keras.
Suatu hari saat makan malam, salah satu teman mulai usil dengan melempar kue diatas meja ke arah teman yang berada di meja yang berlainan. Akhirnya mendorong yang lain ikut-ikutan tidak hanya mahasiswa tetapi juga dosennya, kamipun akhirnya saling lempar-lemparan kue dari meja makan seperti sedang berperang antar meja. Bahkan pelayan yang datang mengantar makanan kami pun harus pintar menghindari terkena lemparan kue. Seru...seperti anak kecil main perang-perangan, ada yang bersembunyi di bawah meja kemudian melempar kepala dan badan kawan dengan kue dan bersembunyi lagi, begitu seterusnya. Tidak hanya kue, malah ada yang mengambil slang air di taman dan menyemprotkan air kepada orang-orang yang diincar. Benar-benar mengasyikan, tetapi ruangan jadi berantakan dan sangat kotor. Mungkin pelayan disana keheranan melihat tingkah kami semua :)
Ketika sedang praktek pembiusan singa dari atas mobil bak terbuka, setelah singa ditembak bius tiba-tiba kelompok gajah liar datang dan mengusir singa yang telah terbius sehingga singa tersebut pergi menjauh dan lepas dari pantauan kami. Sungguh sial waktu itu gara-gara gajah liar :)
Suatu hari saat makan malam, salah satu teman mulai usil dengan melempar kue diatas meja ke arah teman yang berada di meja yang berlainan. Akhirnya mendorong yang lain ikut-ikutan tidak hanya mahasiswa tetapi juga dosennya, kamipun akhirnya saling lempar-lemparan kue dari meja makan seperti sedang berperang antar meja. Bahkan pelayan yang datang mengantar makanan kami pun harus pintar menghindari terkena lemparan kue. Seru...seperti anak kecil main perang-perangan, ada yang bersembunyi di bawah meja kemudian melempar kepala dan badan kawan dengan kue dan bersembunyi lagi, begitu seterusnya. Tidak hanya kue, malah ada yang mengambil slang air di taman dan menyemprotkan air kepada orang-orang yang diincar. Benar-benar mengasyikan, tetapi ruangan jadi berantakan dan sangat kotor. Mungkin pelayan disana keheranan melihat tingkah kami semua :)
Ketika sedang praktek pembiusan singa dari atas mobil bak terbuka, setelah singa ditembak bius tiba-tiba kelompok gajah liar datang dan mengusir singa yang telah terbius sehingga singa tersebut pergi menjauh dan lepas dari pantauan kami. Sungguh sial waktu itu gara-gara gajah liar :)
Hakamela Lodge |
Saat hari terakhir di Hakamela dan sebelum pergi, beberapa karyawan minta berfoto dengan saya dan minta alamat saya, heran juga. Mengapa tidak berfoto dengan yang lain ?! Mungkin karena saya satu-satunya wanita Asia disana dengan warna kulit berbeda dengan mereka, yang menurut mereka menarik.
Selama kembali ke kota Harare saya dan teman-teman ingin berjalan-jalan keliling kota dan mencari souvenir khas Zimbabwe. Kebetulan teman-teman yang berasal dari negara lain juga menginap di hotel yang sama sehingga kami bisa jalan-jalan bersama. Tetapi saat itu saya telah membuat janji dengan seorang teman dokter hewan yang bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan, University of Zimbabwe. Saat sedang bekerja saya menelponnya dan mengajaknya jalan-jalan. Tak lama kemudian dia mendatangi kami ke hotel. Dan setelah itu teman saya orang Kenya bilang bahwa saya sedang dicari oleh Rektor University of Zimbabwe yang akan complain ke saya karena menculik karyawannya untuk diajak jalan-jalan saat dia sedang bekerja.....hehe :)
Selama kembali ke kota Harare saya dan teman-teman ingin berjalan-jalan keliling kota dan mencari souvenir khas Zimbabwe. Kebetulan teman-teman yang berasal dari negara lain juga menginap di hotel yang sama sehingga kami bisa jalan-jalan bersama. Tetapi saat itu saya telah membuat janji dengan seorang teman dokter hewan yang bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan, University of Zimbabwe. Saat sedang bekerja saya menelponnya dan mengajaknya jalan-jalan. Tak lama kemudian dia mendatangi kami ke hotel. Dan setelah itu teman saya orang Kenya bilang bahwa saya sedang dicari oleh Rektor University of Zimbabwe yang akan complain ke saya karena menculik karyawannya untuk diajak jalan-jalan saat dia sedang bekerja.....hehe :)
Teori sangat membosankan dan praktek begitu menyenangkan dan membuat bersemangat :)
Praktek Pembiusan dari Helicopter untuk tembak bius gajah, jerapah dan badak. Lokasi : Malilangwe Wildlife Reserve |
Setiap hari saya harus membaca buku berbahasa Inggris 274 halaman, bukunya sangat menarik karena mengenai pembiusan satwa liar Africa dari berbagai species dimana setiap jenis hewan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dan harus hafal diluar kepala. Saya sangat malas bila harus membaca setiap hari dalam jumlah banyak, karena akan membuat saya mual dan mengantuk, apalagi bila ada kata-kata dalam bahasa Inggris yang tidak saya mengerti, saya harus menerjemahkan dulu dengan kamus digital saya. Sungguh membosankan. Berbeda bila saat praktek, saya selalu antusias ingin mencoba semua hal, termasuk belajar tembak bius baik tembak bius dengan obyek tidak bergerak maupun tembak bius dari atas helicopter yang terbang menuju target pembiusan. Juga sangat antusias saat handling beberapa jenis satwa liar yang belum pernah saya temui sebelumnya di alam liar seperti wildebeest, impala, jerapah, singa, whiterhino, gajah africa, dll.
Tidak sekedar praktek...bahkan ini tergolong kegiatan berbahaya
Praktek Pembiusan Singa |
Gajah Africa (Loxodonta africana) |
Air craft untuk menggiring satwa liar yang akan ditembak bius |
Physical Restraint of Impala |
Praktek menaikan gajah keatas truk |
Bahagianya bisa melihat satwa liar Africa dari dekat
Whiterhino |
Pada saat kami berangkat menuju tempat praktek seringkali mendapat bonus melihat kelompok rangkong, dan burung rangkong africa jauh lebih besar ukurannya dibanding rangkong di Indonesia. Juga melihat kelompok zebra yang bercampur dengan wildebeest, terkadang juga melihat impala yang berlarian terkejut mendengar mobil kami berlari kencang. Sebagai pencinta primata, sebenarnya saya berharap bisa melihat chimpanzee dan gorilla tetapi di Zimbabwe tidak ada :)
Hal yang paling menyenangkan saat kami mencari target satwa liar yang akan dibius dan mencarinya sesaat setelah terbius. Mengikuti jerapah yang terlihat kepalanya diantara pepohonan, dan mobil team kami melaju kencang mengikuti arah helicopter untuk mencari posisi satwa yang telah terbius seperti badak, gajah, jerapah, dll. Menegangkan dan mengasyikan :) Semua orang harus bekerja secara cepat....'action only, no talk'
Ice breaking
Playing Football in the bush |
Duuh.....Ujian telah tiba
Studying hard before exam |
Hooray.....waktunya berpesta
Di hari terakhir panitia penyelenggara membuat pesta kebun, lokasinya di taman tepat depan kamar saya. Barbecue....ada ayam ada domba africa. Saya sangat menyukai daging domba africa panggang, rasanya sangat enak sekali, apalagi dimakan dengan gandum. Itu makanan favorit saya selama disana. Memutar music disco untuk dance serta bagi yang suka minum tersedia juga minuman beraneka macam. Saya duduk dipojok bersama teman-teman yang tidak suka dance dan minum, kami hanya makan saja sambil ngobrol. Kebetulan pengelola kawasan Malilangwe Wildlife Reserve juga hadir di pesta malam itu, dan dia menghabiskan waktu ngobrol dengan kami. Merasa bangga juga ternyata negara Indonesia sangat terkenal, terlepas dari hal-hal buruk dan baik yang beritanya sampai ke negara mereka, tetapi yang jelas tak satupun orang disana yang tidak tahu Indonesia. Saat saya bilang saya dari Indonesia, dia bilang bahwa saya peserta course paling jauh diantara yang lain. Dan teman-teman banyak mengetahui berita tentang Indonesia, terutama Bali, Tsunami Aceh, dan project-project konservasi satwa liar di Indonesia. Berbeda dengan beberapa teman lainnya, saat mereka menyebutkan negaranya tidak semua orang tahu negara itu berada dimana dan di benua mana :) Seperti India, ternyata tak semua orang tahu India :) Saya memilih tidak mengikuti pesta sampai pagi, saya istirahat lebih dulu meninggalkan pesta bersamaan dengan teman-teman yang menginap di Kwale camp. Ujian seharian telah membuat saya lelah fisik dan pikiran dan ingin tidur lebih cepat.
Dinner bersama untuk perpisahan dengan teman-teman dekat
Setelah selesai mencari souvenir, malamnya kami berencana makan malam bersama di luar hotel dengan mengundang beberapa teman dekat. Teman-teman yang berasal dari Zimbabwe yang menentukan tempatnya. Akhirnya diputuskan untuk dinner di rumah makan China. Kebetulan selama tinggal di Zimbabwe baik di Harare maupun Malilangwe saya telah mempunyai banyak teman dan di malam terakhir itu saya ingin sekali kami bisa berkumpul bersama meskipun kegiatan short course kami telah selesai. Malam itu yang dapat hadir hanya beberapa orang, yakni Rumbi, Stha dan Donald dari Zimbabwe, Garga dari India, Martin dari Kenya, Kuya dari Tanzania. Sedangkan teman lainnya dari Namibia, Zambia dan seorang lagi dari Zimbabwe tidak bisa datang. Mereka itu adalah teman-teman dekat saya, saat di Harare maupun di Malilangwe kami selalu bersama. Dan kami tidak tahu bahwa teman-teman dari Zimbabwe sudah merencanakan tanpa sepengetahuan kami bahwa mereka yang membiayai makan malam kami yang berasal dari luar Zimbabwe. Dan pada saat itu saya diberi kenang-kenangan mata uang Zimbabwe dari pecahan terkecil sampai terbesar oleh seorang teman :)
so hard to say goodbye to Africa.......
Teman-teman dekat selama di Zimbabwedari berbagai negara |
Langganan:
Postingan (Atom)