Senin, 16 Desember 2013

Jambore OranguFriends 2013


Jambore Orangufriends adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Centre for Orangutan Protection (COP) untuk memfasilitasi orang-orang yang mempunyai minat khusus untuk mengetahui upaya konservasi orangutan di Indonesia, serta yang tertarik dengan kegiatan konservasi satwa liar Indonesia.

Peserta Jambore Orangufriends 2013 di Bumi Perkemahan Wonogondang,
Sleman, Yogyakarta

Pada tahun 2013, acara Jambore Orangufriends diadakan di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Bumi Perkemahan Wonogondang, Umbulharjo, Cangkringan, Kab. Sleman, Yogyakarta. Acara tersebut akan berlangsung pada tanggal 13-15 Desember 2013, yang diikuti oleh kurang lebih 30 peserta. Selain itu Jambore Orangufriends juga diramaikan oleh para volunteer (relawan) COP yang mengurusi kegiatan ini, mulai dari penyiapan tempat, logistik, transportasi dan lain-lain. Mereka bekerja sukarela untuk membantu staff Ape Warrior-COP sebagai penyelenggara kegiatan tersebut. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh kawan-kawan yang dulu sama-sama menjadi relawan sebuah organisasi yang berkomitmen untuk perlindungan satwa liar Indonesia dan saat ini telah memiliki lembaga sendiri dan masih terlibat langsung dalam upaya perlindungan satwa liar di berbagai daerah di Indonesia. Mereka datang untuk berbagi cerita, berbagi informasi melalui oral presentation tentang upaya konservasi satwa liar yang telah dilakukan pada peserta Jambore orangufriends kali ini.

Kegiatan ini dikemas dengan sederhana, tidak diadakan di tempat yang mewah yang menghabiskan banyak dana, tetapi di sebuah bangunan tua malah terkesan seperti bangunan yang tidak terpakai lagi, dengan suasana alam pedesaan di sekitarnya. Pemberian materi yang tidak kaku, dengan suasana santai penuh canda tawa namun tidak mengurangi kualitas materi yang disampaikan. 

Jumat, tanggal 13 Desember 2013

Hardi Baktiantoro - Centre for Orangutan Protection
Acara hari itu dimulai dengan beberapa presentasi dari Centre for Orangutan Protection, mengenai aktifitas dan perjuangan panjang mereka dalam membantu upaya konservasi orangutan dan habitatnya di Indonesia. Juga upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatan kesejahteraan hewan (animal welfare) dalam kurungan seperti di taman satwa ataupun kebun binatang baik yang berada di Kalimantan, Jawa, Bali maupun Sumatera. Juga membantu pihak berwenang dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat, memberikan bantuan teknis bagi upaya penegakan hukum terhadap perdagangan dan kepemilikan satwa liar dilindungi secara illegal, perawatan orangutan hasil penyitaan BKSDA, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Sabtu, tanggal 14 Desember 2013

Ade Filtria Alfiani - Volunteer Centre for Orangutan Protection
Kemudian presentasi dilanjutkan esok harinya, yakni tanggal 14 Desember 2013 karena masih banyak materi yang perlu disampaikan. Kegiatan COP tersebut dipresentasikan oleh Director & Founder COP yakni Hardi Baktiantoro, kapten Ape Warrior yakni Daniek Hendarto, salah satu staff Ape Warrior sekaligus dokter hewan di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yakni Tiara Debby Carinda, serta beberapa relawan COP dan alumni COP School diantaranya adalah Ade Filtria Alfiani, Adinda Medina dan Ipul. Presentasi yang disampaikan tentang aktivitas para relawan dalam membantu Centre for Orangutan Protection dalam meningkatkan kesejahteraan orangutan di taman satwa/ kebun binatang dan tentang translokasi orangutan dan membantu pemeriksaan medis yang dilakukan oleh para relawan dari mahasiswa kedokteran hewan  serta upaya penyelamatan hewan korban bencana alam dan upaya membantu meningkatkan kesejahteraan satwa di taman satwa maupun kebun binatang di Sumatera (Sumatera Mission) yang disampaikan oleh Ipul. Dan masih ada presentasi dari relawan COP lainnya yakni Angga Kurniawan, yang turut membantu upaya penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar illegal dan Helen Erdelyi yakni relawan COP dari Adelaide - Australia tentang aktivitasnya dalam berkreasi membuat enrichment sebagai salah satu cara untuk meningkatan kesejahteraan satwa dalam kurungan, baik di taman satwa atau kebun binatang atau sejenisnya. Dia adalah salah satu relawan asing yang beberapa kali membantu COP di Kalimantan Timur dan Jawa Tengah, karena dia merasa sangat peduli dengan upaya konservasi satwa liar di Indonesia. Beberapa kali datang ke Indonesia untuk menjadi relawan bagi kegiatan-kegiatan konservasi orangutan dan satwa liar lainnya.

Aris Hidayat - International Animal Rescue
Pada hari itu juga ada beberapa presentasi kawan-kawan dari International Animal Rescue (IAR) dan Bali Sea Turtle Society (BSTS) yang ingin berbagi cerita tentang aktivitas mereka dalam upaya membantu perlindungan satwa liar di Indonesia, di Jawa, Sumatera dan Bali. Dari IAR diwakili oleh Aris Hidayat dan Ayut Enggeliah Entoh. Aris mempresentasikan tentang morfologi kukang (Nycticebus coucang) untuk identifikasi species kukang secara fisik, karena ini sangat bermanfaat untuk penentuan daerah pelepasliaran, di Jawa atau di Sumatera. Yang tidak kalah menarik presentasinya tentang upaya konservasi kukang mulai dari penyitaan dari kepemilikan dan perdagangan illegal, perawatan dan rehabilitasi sampai dengan pelepasliaran (release) kembali ke habitatnya. Entah sudah berapa ratusan kukang yang dia tangani bersama IAR. Tidak hanya itu dia juga mepresentasikan tentang upaya konservasi macaca, dengan melakukan kegiatan yang sama seperti yang dilakukan untuk konservasi kukang. Presentasinya juga membuka wawasan kita bahwa apa yang dilakukan itu tidak mudah, banyak sekali hambatannya.  Dan yang perlu kita ketahui bahwa, "mengambil satwa liar dari habitatnya dan dijual, harganya tidak sebanding dengan biaya untuk merawat dan merehabilitasi serta melepasliarkan kembali sampai satwa tersebut bisa bertahan hidup di alam liar kembali".  Bagi para pemerhati konservasi satwa liar, mereka harus membayar mahal agar satwa liar bisa kembali ke habitatnya dan itupun melalui proses yang panjang dan tentunya tidak mudah dan banyak hambatan dalam setiap tahap yang dilakukan.

I Wayan Wiradnyana - Bali Sea Turtle Society
Bali Sea Turtle Society (BSTS) yang datang di acara tersebut diwakili oleh Director & Founder BSTS yakni I Wayan Wiradnyana dan Dion. Presentasi BSTS disampaikan oleh I Wayan Wiradnyana (kami biasa memanggilnya Bli Wayan). BSTS mempresentasikan tentang upaya konservasi penyu di Bali terutama di Pantai Kuta. BSTS telah dipercaya oleh masyarakat setempat dalam perlindungan penyu di Bali melebihi kepercayaan mereka terhadap pihak berwenang yang seharusnya menangani itu. Ini karena action-action nyata yang mereka lakukan untuk melindungi penyu. Sudah lama kami mengenalnya, sudah lebih dari sepuluh tahun berkecimpung di dunia konservasi penyu. Turut berperan dalam penegakan hukum perburuan dan perdagangan penyu di Tanjung Benoa, sampai akhirnya merintis kegiatan perlindungan penyu di Pantai Kuta dan melakukan pendampingan masyarakat dalam upaya konservasi penyu di daerah lainnya di Bali. Pengalamannya dan pengetahuannya tentang konservasi penyu tidak diragukan lagi, bahkan dialah salah satu orang di Indonesia yang kami jadikan referensi mengenai konservasi penyu.

Dari hasil presentasinya dan hasil berdiskusi santai dengan BSTS, ternyata upaya yang mereka lakukan pun tidak mudah. Banyak hambatan dalam setiap upaya yang dilakukan. Ternyata niat baik untuk berbuat sesuatu bagi perlindungan satwa liar di negara sendiri belum tentu mendapat sambutan baik dan dukungan penuh dari pihak lain, bahkan dari pihak berwenang yang seharusnya punya tugas dan kewajiban untuk itu.

Minggu, tanggal 15 Desember 2013

Erni Suyanti Musabine - Wildlife Conservation Veterinarian
Di hari terakhir itu ada beberapa presentasi dari Centre for Orangutan Protection, International Animal Rescue dan dari saya sendiri. Saya mempresentasikan tentang 'Role of the Veterinarian in Wildlife Rescue from Poaching, Conflicts and Diseases in Sumatera'. Kebetulan beberapa hari sebelum kegiatan Jambore Orangufriends, saya mempunyai kegiatan yang padat yang membuat saya harus mondar-mandir dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Dalam lima hari saya musti bolak-balik dari Bengkulu ke Kerinci, Jambi. Selain itu juga melakukan perjalanan ke Padang Sumatera Barat, Jakarta dan Bogor. Sehingga membuat saya tidak punya waktu lagi untuk mempersiapkan materi untuk presentasi di acara Jambore Orangufriends karena waktu saya habis di perjalanan, juga lebih fokus untuk perawatan harimau sumatera. Selesai berurusan dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) kemudian melakukan perawatan medis harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) pasca rescue di Taman Nasional Kerinci Seblat. Bagi saya penanganan satwa liar dalam kondisi darurat adalah prioritas utama akhirnya jadwal kegiatan lainnya pun harus menyesuaikan, membuat saya pun akhirnya membatalkan jadwal penerbangan ke Jawa sampai tiga kali dan menjadwal ulang bahkan mengganti tempat pemberangkatan, dan itu juga yang membuat nama saya terkena black list dan dapat warning dari salah satu maskapai penerbangan karena terlalu sering merubah jadwal penerbangan yang telah dipesan.....hahaha :)

Akhirnya saya menggunakan bahan presentasi yang pernah saya presentasikan di Amerika Serikat dua bulan sebelumnya, dan belum sempat saya translate. Saya pikir materi itu sudah cukup mewakili upaya penyelamatan satwa liar, yakni gajah, harimau, dan orangutan di Sumatera untuk peserta jambore orangufriends. Dalam kesempatan ini saya hanya ingin menyampaikan mengenai peran dokter hewan dalam upaya penyelamatan satwa liar dari perburuan, konflik dengan manusia serta penyakit, juga membantu aparat dalam penyelidikan forensik dan penegakan hukum kejahatan terhadap satwa liar beserta segala permasalahannya. 

Acara Jambore Orangufriends dikemas sangat menarik

Ice Breaking - Jambore Orangufriends 2013 di Yogyakarta

Acara ini dikemas dengan sangat sederhana namun cukup menarik. Serius tapi santai. Materi yang disampaikan oleh pemateri (pemberi materi) pun sangat berkualitas. Disela-sela oral presentation ada pemutaran film dan ice breaking yakni berbagai macam permainan untuk membuat kami semua rileks, baik dilakukan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Tidak semua permainan saya ikuti karena saya terkadang juga sibuk mengambil dokumentasi.


Ice Breaking - Having Fun at Jambore Orangufriends 2013

Disela-sela bermain, kami pun juga masih sering bercanda. Seperti saat saya sedang lengah di dekat kolam, tiba-tiba teman-teman saya, Daniek Hendarto dan lainnya memegang tangan dan kaki saya kemudian melemparkan saya ke dalam kolam, membuat saya pun minum banyak air kolam yang berwarna coklat itu.....hahaha!  Tidak hanya saya masih ada beberapa orang yang diincar untuk dimasukkan ke dalam kolam itu. That's really fun for us. Dan yang paling aman adalah bagian dokumentasi karena sedang memegang camera milik banyak orang yang tidak mungkin dijeburkan kedalam kolam secara paksa :)


Dari Kiri ke Kanan : Hery, Wayan, Yanti, Aris, Odie, Hardi,
Dian, Daniek, Ayut, Erick, Dion. 
Selain acara formal, kami juga mempunyai acara informal tersendiri yakni sebagai ajang bernostalgia dan diskusi bebas dengan kawan-kawan lama yang dulunya pernah sama-sama bekerja dan menjadi relawan untuk perlindungan satwa liar Indonesia, sebelum akhirnya kami bekerja di institusi/ lembaga masing-masing. Mereka adalah Hardi Baktiantoro, Daniek Hendarto dan Hery Susanto dari Centre for Orangutan Protection; Aris Hidayat dan Ayut Enggeliah Entoh dari International Animal Rescue; I Wayan Wiradnyana  dan Dion dari Bali Sea Turtle Society; Dian Tresno Wikanti dari Pusat Penyelamatan Satwa Yogyakarta; dan beberapa teman lainnya yakni Odie Mahadma dan Erick serta lainnya, sedangkan saya sendiri di Kementerian Kehutanan. Meskipun kami saat ini bekerja dengan logo yang berbeda, di tempat berbeda, dan dengan spesies yang ditangani pun berbeda namun idealisme itu belum mati, semangat untuk berkomitmen membantu upaya konservasi satwa liar di Indonesia masih ada, bahkan kenangan masa lalu saat kami sama-sama menjadi relawan untuk satwa liar memudarkan batas bahwa kami kini di lembaga yang berbeda-beda. Idealisme dan semangat itu yang membuat kami tetap merasa satu kesatuan, dalam ikatan persahabatan dan persaudaraan. Membuat kami tetap saling menjalin komunikasi, saling mengunjungi dan saling mendukung aktivitas masing-masing untuk satwa liar.

Diharapkan setelah acara ini bisa membuka wawasan kita terutama peserta Jambore Orangufriends mengenai upaya konservasi satwa liar secara nyata yang telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia dan permasalahannya, sehingga membuat kita semua lebih peduli dan ikut berkonstribusi dalam perlindungan satwa liar Indonesia dengan berbagai cara sesuai latar belakang masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar