Axis axis (Rusa totol) |
Kebetulan mulai tahun 2016 kami difasilitasi oleh anggaran negara untuk melengkapi peralatan rescue satwa liar setelah selama 9 tahun lebih berkecimpung dalam pekerjaan itu dan berhadapan dengan harimau liar yang selalu menerkam setiap kali akan dilepaskan dari jerat pemburu, aku mulai mempertimbangkan tentang keselamatan dan keamanan diri dan tim saat rescue harimau yang sudah terlepas dari jerat pemburu, sehingga peralatan pembiusan yang aman diperlukan, maka pada saat kondisi berbahaya aku tidak akan menggunakan sumpit bius lagi atau pembiusan jarak dekat. Akhirnya aku pun memiliki senjata bius baru sesuai dengan yang kubutuhkan dilapangan. Dan senjata bius ini juga bisa kami pakai untuk pembiusan rusa dari jarak jauh. Selain itu aku juga mulai sedikit demi sedikit melengkapi peralatan pembiusan lainnya dan peralatan bedah veteriner, berharap suatu saat kami diberi tempat khusus untuk perawatan satwa liar di BKSDA Bengkulu, dan tidak perlu lagi melakukan operasi amputasi atau bedah dan pengobatan pada harimau dan satwa liar lainnya di halaman belakang kantor atau di lorong-lorong kantor. Sedih rasanya, untuk penanganan satwa liar yang hampir punah dan satwa liar yang menjadi fokus pemerintah untuk dilestarikan hanya mendapatkan perlakukan seperti itu dibandingkan dengan kegiatan dibidang kehutanan lainnya yang lebih banyak menghabiskan anggaran, tetapi bila menyangkut nasib satwa liar korban konflik dan perburuan tak banyak yang bisa difasilitasi. Sebagai dokter hewan tentu aku merasa bahwa masih banyak yang harus diperjuangkan dan masih harus terus-menerus mencari dukungan dari banyak pihak untuk kepentingan satwa liar yang statusnya critically endangered species menurut IUCN dan termasuk species yang menjadi fokus negara untuk ditingkatkan populasinya karena kondisinya sudah kritis dan sebentar lagi punah bila tidak ada upaya serius untuk melestarikannya.
Pembiusan rusa totol |
Dini hari tanggal 1 April 2016 kami baru saja selesai bekerja untuk penanganan rusa di Kabupaten Bengkulu Utara, saat itu dalam kondisi kelelahan dan mengantuk tiba-tiba hand phone-ku berdering berulang kali yang menginformasikan ada seekor kukang yang terkena sengatan listrik tegangan tinggi di areal PLN (Perusahaan Listrik Negara) di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu yang membutuhkan pertolongan. Ya....seperti biasa, panggilan darurat itu sering datang sewaktu-waktu tanpa diduga.
Reporter & Cameraman Kick Andy Talkshow bersama Mahout PKG Seblat, Bengkulu |
Selama dalam perjalanan mencoba untuk berkoordinasi untuk penanganan dan pengobatan kukang (Nycticebus coucang) di kabupaten lainnya. Ada 5 ekor kukang yang harus ditangani di Provinsi Bengkulu dan 2 ekor kukang di Provinsi Sumatera Selatan. Aku berusaha meyakinkan petugas di lokasi tersebut bahwa kukang perlu diperiksa terlebih dulu dan tidak bisa langsung dilepasliarkan kembali apalagi merupakan hasil penyitaan dari perdagangan illegal, perlu proses karantina dan pemeriksaan medis serta monitoring perilaku untuk menyatakan layak untuk segera dilepasliarkan atau ditunda terlebih dahulu. Selama ini yang menjadi masalah besar yang berhubungan dengan penanganan satwa liar selain harimau dan beruang madu, seringkali para petugas polisi kehutanan tidak melibatkan tenaga profesional dokter hewan dalam penanganan satwa sehingga sering melakukan pelepasliaran satwa liar hasil penyitaan dari perdagangan illegal tanpa melakukan pemeriksaan medis dan langsung begitu saja dilepaskan disertai dengan kegiatan ceremonial, tanpa peduli apakah satwa tersebut bermasalah dengan kondisi fisiknya atau kesehatannya atau perilakunya dan adapatasi terhadap makanan alaminya. Bagi mereka asalkan ada Berita Acara Pelepasliaran dan laporan sudah cukup, tanpa peduli apakah satwa yang dilepasliarkan bisa bertahan hidup atau tidak.
Bagi kami sebagai dokter hewan yang sudah lama berkecimpung menangani satwa hasil penyitaan dari perdagangan dan kepemilikan illegal di masyarakat serta hasil penyelamatan dari korban konflik dan perburuan di Pusat Penyelamatan Satwa, Pusat Rehabilitasi Satwa, Stasiun Karantina, Rumah Sakit Satwa Liar dan lain-lain, benar-benar memahami bagaimana proses yang harus dijalani oleh satwa sampai bisa dinyatakan layak untuk dilepasliarkan kembali, tentu merasa sangat sedih dan prihatin dengan kondisi seperti itu apalagi dilakukan oleh petugas terkait yang seharusnya bisa menangani satwa dengan baik sesuai prosedur. Bahkan kadang aku pun harus menerima khabar buruk kematian satwa karena salah penanganan atau perlakuan yang tidak layak, disisi lain aku harus menghadapi arogansi petugas terkait yang selalu merasa benar dengan keputusannya dan merasa mampu untuk menangani satwa tapi kenyataannya tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan saat berdebat soal itu dengan mereka aku seolah-olah ditertawakan dan menganggap bahwa yang mereka lakukan sudah benar adanya.
Pemeriksaan dan Pengobatan Kukang di PPS Sumatera Selatan |
Waktuku sangat terbatas untuk melakukan pemeriksaan medis pada kukang sebelum akhirnya aku harus kembali lagi ke Kota Bengkulu. Sebenarnya aku hanya bisa menyediakan waktu selama 3 hari, meski pada kenyataannya harus molor menjadi empat hari, dan dua hari sudah habis terpakai untuk perjalanan pergi pulang, jadi efektif bekerja hanya dua hari saja, belum terkadang terganggu oleh cuaca buruk (hujan deras) yang menyebabkan kegiatan terhenti. Dalam dua hari akhirnya selesai juga memeriksa kukang-kukang tersebut, dan aku kembali ke Kota Bengkulu hari Kamis tanggal 6 April 2016. Aku hanya memiliki waktu satu hari di Kota Bengkulu yakni hari Jumat untuk efektif bekerja membuat laporan medis hasil pemeriksaan kukang dan membuat materi oral presentation untuk persiapan jadi narasumber seminar di Universitas Airlangga, Surabaya yang diadakan pada hari Minggu tanggal 10 April 2016.
Seminar "Conservation Through Responsible Tourism" di Rektorat Universitas Airlangga, Surabaya |