Selasa, 31 Juli 2012

Sectio caesaria pada Anjing Dachshund

Mengisi waktu luang di Kota Bengkulu untuk hal yang bermanfaat 

Seorang kolega dokter hewan menelpon saya pagi itu dan mengatakan bahwa ada seekor anjing Tekel yang mengalami kesulitan melahirkan  sejak tadi malam, sudah dilakukan upaya tarik paksa oleh pemilik hewan tetapi foetus dapat dikeluarkan dalam kondisi mati.  Kemudian dibawa ke dokter hewan dan telah dibantu menginduksi dengan oksitoksin untuk membantu induk berkontraksi, tetapi tetap belum bisa melahirkan foetus secara normal.

Saya bersedia dan menawarkan diri untuk membantu disela-sela waktu saya bekerja untuk satwa liar, meskipun saya belum punya banyak pengalaman dengan bedah cesar sebelumnya.  Dan saya segera melakukan persiapan untuk melakukan itu.  Adapun persiapan yang sebaiknya dilakukan sebelum melakukan operasi cesar sebagai berikut :

Pra Operasi

Persiapan Obat-Obatan dan Peralatan Medis
Sebelum melakukan operasi cesar sebaiknya mempersiapkan obat dan peralatan yang dibutuhkan selama proses operasi, menentukan obat pilihan serta dosisnya dan mempersiapkan peralatan bedah yang telah disterilisasi.  

No
Anaesthetic Emergencies
1
Atropin sulfate
2
Ketamin HCl
3
Xylazine
4
Antidote
5
Dopram-V (Doxapram)
6
Adrenaline
7
Diazepam
8
Metacam
9
Antibiotic long acting
10
Antiseptic
11
Fluid therapy

Persiapan hewan dan Pre-Medikasi  
Persiapan Bedah Cesar 
Hewan ditimbang untuk mengetahui berat badan secara actual.  Berat badan anjing Tekel tersebut adalah 5,6 kg,  serta dilakukan pemeriksaan secara umum mengenai kondisinya.
Hewan diberi pre-medikasi dengan Atropin sulfat, setelah pemberian pre-medikasi induk akan lebih mudah ditangani, dan sebaiknya dilakukan pengosongan colon dan vesica urinaria, membersihkan bagian abdomen caudal dengan antiseptik Povidone iodine 10% setelah dilakukan pencukuran bulu.  Hewan diletakkan di atas meja operasi, kemudian diberi fluid therapy (infuse dengan larutan elektrolit) sehingga efek obat lebih cepat terdistribusi.  Persiapan terakhir adalah anasthesi (Archibald. 1984).  

Anaesthetic
Obat anaesthesia yang umum digunakan pada anjing adalah Ketamin HCl, akan tetapi obat bius ini dapat menimbulkan efek yang membahayakan yakni tachicardia, hypersalivasi, dan dapat meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat penyuntikan, serta pada dosis yang berlebihan akan menyebabkan pemulihan ke kondisi semula berjalan lamban dan bahkan membahayakan (Jone et all., 1977).  Efek samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan pemberian premedikasi (Hall and Clark, 1983).  sebenarnya, general anaesthesia (anaesthesi umum) jarang digunakan untuk operasi cesar karena dapat menyebabkan pembiusan pada anak anjing (puppies)


Time
Drugs and Dose
11.30 WIB
Atropin sulfate 0,3 cc
12.10 WIB
Ketamin HCl 1 cc + Xilazine 0,2 cc

Vital signs
Operasi Cesar
Penggunaan anaesthesia dalam pembedahan sering menyebabkan efek samping yang merugikan dan yang mengancam jiwa pasien.  Ada tiga faktor penting yang harus diamati selama anaesthesi yaitu : frekuensi denyut jantung, respirasi dan kesadaran, karena apabila ketiga fungsi ini mengalami gangguan berat, maka akan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (Wirdjiadmodjo, 2000).  Anaesthesi yang ideal dapat menimbulkan anaesthesi dengan cepat serta memungkinkan pemulihan dengan segera setelah penanganan (Katzung, 2002).  Dalam operasi cesar ini kami melakukan monitoring terhadap frekuensi denyut jantung serta respirasi dan temperatur tubuh per 5-10 menit untuk mengetahui kondisi hewan selama terimmobilisasi.  Dan selama proses pembedahan tidak terjadi efek samping yang merugikan bagi hewan.

Sectio Caesaria dan Distokia
Sectio caesaria atau bedah cesar adalah prosedur operasi untuk pengeluaran foetus dari induknya, melalui laparohisterectomi atau pembedahan pada perut dan uterus (rahim).  Kata Caesaria berasal dari kata-kata Latin yaitu Caeso matris utera yang artinya memotong uterus induk (Johnton, 1968).  Pembedahan ini dilakukan apabila hewan tidak dapat melahirkan secara normal atau mengalami distokia dan upaya tarik paksa dan foetotomi tidak dapat atau sulit dilakukan untuk mengeluarkan foetus.  Pada kasus ini anjing mengalami distokia karena oversize foetus.  Proses operasi cesar tersebut kami lakukan mulai pukul 12.28 WIB sampai dengan pukul 13.04 WIB.  Berjalan tanpa kendala dan semua sisa foetus yang berjumlah tiga ekor dalam uterus induk berhasil dikeluarkan dengan selamat.

Foetus dikeluarkan
Uterus (Rahim)





Operasi Cesar pada Anjing Tekel







Anjing Tekel
Anjing Tekel (Dachshund)
Anjing jenis ini adalah anjing ras yang penurut dan lucu.  Nama lain dari anjing tekel adalah anjing Dachshund, yang artinya badger dog (anjing luak).  Berasal dari Jerman. Selain itu anjing tekel juga sangat ramah dan mempunyai penciuman yang tajam.  Menurut sejarah, anjing tekel pertama kali diternakan di Jerman pada awal tahun 1600-an.  Lalu anjing tekel berkembang biak dengan pesat di Amerika Serikat pada pada tahun 1900-an, bahkan menjadi kegemaran pada perang dunia pertama.  Anjing ini juga punya keahlian menggali, pemburu yang tangguh dan berani pada lawannya meskipun berukuran mini.

Selasa, 10 Juli 2012

Antara News - Sumatran Tiger 'Dara'

Bengkulu. Dara, a critically endangered Sumatran tiger rescued from a hunter’s trap in Bengkulu in February, has been transferred to the Taman Safari Indonesia park in Bogor, officials said on Monday.

“According to instructions from Forestry Minister Zulkifli Hasan, Dara is to be treated at TSI, so today we are moving her to Bogor,” said Amon Zamora, the Bengkulu Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) chief.

The female tiger, estimated to be between 4 and 5 years old, was found by officials in a logging concession in Mukomuko district in February. Her front legs were seriously injured from the metal cables in which she was ensnared.

The trap was believed to have been set up by poachers.

A team of doctors had to amputate seven of Dara’s toes, three from her right paw and four from her left, veterinarian Erni Suyanti said.

But the tiger still requires a third and more complicated surgery to straighten bones protruding from her front paws.

“For this third operation, we will cooperate with French doctors who will also help fund the procedure,” Erni said.

Amron added that hospitals in Bengkulu did not have adequate medical facilities to ensure Dara’s recovery.

TSI is Indonesia’s biggest ex-situ conservation area, located in the Puncak highlands of Bogor. Amron said Dara was transported by plane from Fatmawati Airport in Bengkulu to Jakarta, where the tiger was then transported to the park by truck.

Conflicts between humans and tigers are frequent in Bengkulu as vast swaths of forests continue to be converted to logging concessions and plantations.

In the first three months of this year, the provincial BKSDA has already recorded two tiger deaths and six incidents of tiger-human conflicts.

Bengkulu’s first tiger death this year was a male, named Rajo by conservation staff, who had been rescued from a snare trap in the Bukit Daun protected forest in Lebong district.

When conservation staff found Rajo on Jan. 8, it seemed he had been left for dead by an unknown attacker who had beaten him with a blunt instrument. Despite medical care, Rajo eventually died.

The second tiger to die was discovered in Seluma district in February, dismembered and buried in an apparent attempt to hide the crime.

In the most recent conflict, residents of Alas Bangun village in North Bengkulu district reported being plagued by sightings of a tiger that had appeared in the vicinity of their village several times over a period of a few days in March.

Antara


Rabu, 04 Juli 2012

The JakartaGlobe : Rescued Tiger Dara Moved To Taman Safari for Surgery

Bengkulu. Dara, a critically endangered Sumatran tiger rescued from a hunter’s trap in Bengkulu in February, has been transferred to the Taman Safari Indonesia park in Bogor, officials said on Monday. 

“According to instructions from Forestry Minister Zulkifli Hasan, Dara is to be treated at TSI, so today we are moving her to Bogor,” said Amon Zamora, the Bengkulu Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) chief.

The female tiger, estimated to be between 4 and 5 years old, was found by officials in a logging concession in Mukomuko district in February. Her front legs were seriously injured from the metal cables in which she was ensnared. The trap was believed to have been set up by poachers. 

A team of doctors had to amputate seven of Dara’s toes, three from her right paw and four from her left, veterinarian Erni Suyanti said. 
But the tiger still requires a third and more complicated surgery to straighten bones protruding from her front paws. 
“For this third operation, we will cooperate with French doctors who will also help fund the procedure,” Erni said. 

Amron added that hospitals in Bengkulu did not have adequate medical facilities to ensure Dara’s recovery. 

TSI is Indonesia’s biggest ex-situ conservation area, located in the Puncak highlands of Bogor. Amron said Dara was transported by plane from Fatmawati Airport in Bengkulu to Jakarta, where the tiger was then transported to the park by truck. 

Conflicts between humans and tigers are frequent in Bengkulu as vast swaths of forests continue to be converted to logging concessions and plantations. 

In the first three months of this year, the provincial BKSDA has already recorded two tiger deaths and six incidents of tiger-human conflicts. 

Bengkulu’s first tiger death this year was a male, named Rajo by conservation staff, who had been rescued from a snare trap in the Bukit Daun protected forest in Lebong district. 

When conservation staff found Rajo on Jan. 8, it seemed he had been left for dead by an unknown attacker who had beaten him with a blunt instrument. Despite medical care, Rajo eventually died. 

The second tiger to die was discovered in Seluma district in February, dismembered and buried in an apparent attempt to hide the crime. 

In the most recent conflict, residents of Alas Bangun village in North Bengkulu district reported being plagued by sightings of a tiger that had appeared in the vicinity of their village several times over a period of a few days in March. 

(Antara)