Jumat, 07 September 2012

Peran Profesi Dokter Hewan dalam Membantu Aparat Penegak Hukum

Sebagai dokter hewan yang bekerja untuk konservasi satwa liar, tugasnya tidak hanya melakukan program perawatan kesehatan satwa saja baik pencegahan maupun pengobatan serta penyelamatan satwa dari aktivitas perburuan liar, tetapi juga terkadang dilibatkan dalam membantu proses penegakkan hukum, seperti melakukan pemeriksaan nekropsi dan membuat visum et repertum untuk membantu pihak aparat penegak hukum guna keperluan penyidikan dan  sebagai saksi ahli dalam persidangan di pengadilan sesuai dengan bidang/ profesi yang digeluti.  

Gajah sumatera 'Dino'
Tanggal 2 September 2012
Seperti halnya dengan adanya kasus kematian seorang mahasiswa yang terbunuh oleh seekor gajah jantan  jinak bernama Dino di dalam kawasan TWA Pantai Panjang tanggal 1 September 2012 lalu.  Gajah tersebut dipelihara oleh salah satu hotel di areal wisata Pantai Panjang, Bengkulu, digunakan untuk gajah tunggangan bagi pengunjung yang berwisata di Pantai Panjang.

Saat sedang berada di Pusat Konservasi Gajah Sebelat bersama kolega melakukan program perawatan kesehatan gajah rutin serta program pelatihan seekor anak gajah, saya mendapat panggilan darurat dari BKSDA siang itu, bahwa ditugaskan untuk segera melakukan investigasi dan evaluasi terhadap adanya kasus kematian seorang mahasiswa karena diserang gajah jinak di kota Bengkulu dan melakukan pemeriksaan terhadap gajah tersebut.  Sebelum berangkat ke lokasi kejadian, kami melakukan koordinasi segera dengan management hotel selaku pemelihara gajah, dan dengan management authority yakni BKSDA untuk mencari informasi tentang kejadian tersebut sehingga diketahui tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.  

Informasi awal yang saya dapatkan saat itu dari pihak management hotel, sebagai berikut :
"Ada tiga orang mahasiswa yang sedang outbound di areal Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang yang juga merupakan lokasi tempat pengangonan gajah bernama Dino dan Natasya. kemudian gajah Dino tersebut mengejar mereka, dua orang bisa melarikan diri dan menghindar, sedangkan satu orang terjatuh dan akhirnya diinjak gajah dan ditusuk dengan gadingnya hingga tewas."

Dan sebelum mendatangi lokasi kejadian saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka seperti dibawah ini :
  1. Dimana lokasi kejadian perkara (TKP) ?
  2. Pukul berapa kejadian tersebut terjadi ?
  3. Apakah gajah Dino sedang dalam kondisi musth ?
  4. Apakah ketiga orang tersebut mendekati areal tempat pengangonan gajah dalam jarak dekat atau gajah yang mendatangi mereka ?
  5. Apakah saat kejadian gajah tersebut sedang bersama mahout (pawang gajah) atau tidak ?
  6. Apakah saat sebelum kejadian gajah Dino dalam kondisi diikat rantai atau dalam kondisi bebas ?
  7. Apakah gajah Dino sedang bersama gajah Natasya atau diangon sendirian ?
  8. Apakah gajah Dino masih bisa diperintah/ dikendalikan oleh mahout setelah kejadian tersebut  atau tidak ?
Beberapa pertanyaan diatas untuk memberikan gambaran singkat pada saya apa yang sebenarnya terjadi sebelum kami melakukan pemeriksaan secara detail terhadap gajah itu dan pihak-pihak terkait, sehingga bisa mempersiapkan peralatan, dan mungkin obat-obatan untuk keperluan chemical restraint dan juga petugas yang sekiranya bisa membantu dalam penanganan kasus ini.


Gajah sumatera bernama Dino dan Mahoutnya
Tanggal 2 September 2012
Setelah selesai melakukan pelatihan dasar pada anak gajah Bona di PKG Sebelat, Kabupaten Bengkulu Utara, malam itu pukul 07.00 saya bersama tim yakni seorang kolega dokter hewan dari mitra PKG Seblat dan polisi kehutanan berangkat menuju kota Bengkulu.  Sampai di kota Bengkulu sekitar pukul 01.30  dini hari. Dan menginap di hotel tempat kedua gajah tersebut dipelihara.  Pukul 06.30 pagi itu, saya berkeliling hotel dan menuju ke lokasi gajah berada.  Kulihat dari jauh, gajah Dino dan Natasya sedang ditambat.  Tujuan saya saat itu adalah ingin bertemu dengan mahout (pawang gajah) disana sebelum kami mulai bekerja.  Karena mereka adalah kawan-kawan saya dan saya juga salah satu dokter hewan konsultan bagi perawatan kesehatan gajah-gajah mereka sejak 3 tahun terakhir, dan juga sudah mengenal gajah-gajah mereka.  Pagi itu saya bertemu keluarga mahout gajah Dino, dan saya mendapat informasi pertama dari mahout yang menangani kedua gajah disana pada hari terjadinya musibah itu.  Dan saya juga bertemu dan diskusi dengan mahout lainnya yang merupakan kawan baik saya sejak lama.  Kemudian kami mendekati gajah Dino namun tidak lama berada disana karena saya harus cepat-cepat menuju ke rumah dinas Kepala Balai KSDA untuk rapat koordinasi sebelum kami mulai bekerja melakukan pemeriksaan terhadap gajah tersebut dan lainnya.  Kemudian saya dan tim kembali lagi ke hotel yang pelihara gajah tersebut untuk mulai melakukan pemeriksaan.

TKP - TWA Pantai Panjang
Tanggal 2 September 2012 pukul 09.50 pagi, dimulai dengan pemeriksaan TKP (Tempat Kejadian Perkara) di Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang, didampingi oleh mahout gajah Dino, kepala Resort KSDA Kota Bengkulu, beberapa  Polhut dan PEH, dengan memeriksa tempat tambatan gajah saat pengangonan, dan lokasi korban dibunuh gajah.  Setelah mendapat informasi yang cukup dari mahout gajah Dino, kemudian pemeriksaan dilanjutkan dengan interview mahout yang dimulai pukul 10.26 dan pada pukul 10.42   dilanjutkan dengan pemeriksaan perilaku gajah dengan melihat sejauh mana gajah bisa menerima komando dari mahout dan menjalankannya, pemeriksaan kesehatan serta pemeriksaan peralatan yang digunakan untuk handling gajah. Pukul 11.14 dilakukan pemeriksaan terhadap pihak management.  Setiap informasi yang kami peroleh dan hasil pemeriksaan gajah dan TKP selanjutnya akan menjadi bahan rekomendasi yang akan disampaikan ke Balai KSDA dan kemudian untuk membantu keperluan penyidikan kepolisian serta evaluasi perijinan pemeliharaan gajah oleh pihak ketiga.


Terbunuhnya seseorang oleh gajah jantan yang telah dijinakkan, siapa yang patut dipersalahkan, manusia atau gajah ?
Kasus gajah jantan menyerang orang hingga tewas sudah beberapa kali terjadi di Sumatera.  Sebelum kejadian di kota Bengkulu pada tanggal 1 September 2012, yakni seorang mahasiswa yang sedang melakukan survey untuk outbound di Taman Wisata Alam Pantai Panjang tewas setelah dikejar, diinjak dan ditusuk dengan gading oleh seekor gajah jantan bernama Dino, juga pernah terjadi kematian seorang mahout yang dibunuh oleh seekor gajah jantan yang sedang dalam periode musth di Pusat Konservasi Gajah Holiday Resort, Sumatera Utara dan gajah jantan bernama Reno telah menyerang dan menginjak koordinator Pusat Konservasi Gajah Minas, Riau yang pada akhirnya meninggal dunia dua minggu kemudian setelah kejadian tersebut. Untuk memahami mengapa gajah jantan berperilaku seperti itu, mungkin kita perlu tahu mengenai  perilaku alami (behavior) gajah jantan.
Gajah sumatera bernama Dino dan Natasya
Pantai Panjang, Bengkulu - 2 September 2012
Gajah jantan dewasa di alam liar hidup secara soliter (sendiri) tanpa kelompok, hanya kadang-kadang dia akan mendekati kelompok gajah betina yang mana bila ada dari mereka yang siap untuk dikawini kemudian kembali pergi meninggalkan kelompok betina untuk menjelajah sendiri.  Dalam kehidupannya yang soliter, gajah jantan terbiasa mengambil keputusan sendiri untuk setiap apa yang dia mau lakukan tanpa adanya perintah atau tekanan dari gajah lainnya. Saat gajah jantan dijinakkan maka dia dipaksa untuk mengikuti perintah manusia meskipun itu tidak sesuai dengan perilaku alaminya yang tidak tunduk pada siapapun.  Gajah jantan dewasa adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, dia tidak tunduk pada gajah jantan lain dan juga tidak sebagai pemimpin bagi gajah jantan lainnya.  Bila orang bisa menjadi lebih dominan pada gajah jantan dewasa maka gajah tersebut akan mengikutinya, tetapi bila gajah jantan bisa menunjukkan bahwa dia lebih dominan dari manusia maka dia tidak akan bisa dikendalikan atau tidak mau diatur oleh manusia. Gajah jantan dewasa juga mengalami perubahan perilaku saat dalam periode musth, yakni kondisi dimana secara fiisk gajah jantan mengalami pembengkakan pada kelenjar temporal dan selanjutnya keluar cairan terus-menerus pada bagian tersebut, sering urinasi, tidak merespon perintah dengan baik dan cenderung agresif pada siapa saja dan apa saja yang ada didekatnya. Musth bisa terjadi sampai dengan dua bulan lamanya, kadang kurang atau lebih lama dari itu dan berbeda pada setiap individu gajah.  Kasus kematian orang diserang gajah biasanya terjadi pada periode ini, terutama disaat awal atau akhir periode musth karena tanda-tanda musth belum tampak secara jelas sehingga orang kurang mewaspadai kalau gajah sedang dalam kondisi musth.
Selain itu diluar periode musth, gajah jantan harus tetap diwaspadai karena secara alami gajah jantan dewasa hidup sendiri, dengan kehadiran manusia didekatnya dan manusia bersikap mendominasi sehingga memaksa gajah jantan untuk berperilaku diluar perilaku alaminya, dan dalam kondisi seperti itu dia juga akan punya keinginan untuk melawan bila ada kesempatan dan bila dia telah berhasil menunjukkan bahwa dia bisa menjadi dominan.
Dan ini sangat berbeda dengan perilaku alami pada gajah betina, karena gajah betina di alam liar hidup dalam kelompok dan mengenal adanya atasan dan bawahan, dan terbiasa hidup dalam kendali gajah lain yang menjadi pimpinannya dalam suatu kelompok sehingga saat berada dekat dengan manusia maka gajah betina lebih terbiasa menerima perintah dan lebih mudah dikendalikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar