Minggu, 14 September 2014

Berbagi makanan untuk harimau di hari ulang tahunku :)


14 September 2014, adalah hari ulang tahunku. Aku sendiri tak selalu mengingatnya,
Sumatran tiger 'Elsa'. Photo by Erni Suyanti M
terkadang baru mengetahui kalau sedang berulang tahun dari teman-teman yang begitu banyak mengirimkan ucapan di hari ulang tahunku.  Dari masa kanak-kanak sampai dewasa di keluargaku memang tak pernah ada tradisi untuk perayaan ulang tahun sehingga bagiku pun hari ulang tahun sama seperti hari-hari lainnya. Tak pernah menerima kado ulang tahun dari keluarga, yang ada hanya hadiah bila kami mendapatkan nilai bagus di sekolah itupun untuk mendapatkannya musti berkompetisi ketat dengan saudara-saudaraku. Kebetulan mereka adalah juara kelas bahkan siswa terbaik di sekolahnya. Sedangkan aku di masa kecilku, aku bukanlah juara kelas hanya seorang siswa dengan nilai matematika terbaik di sekolah, dan juga senang ikut berorganisasi sejak usia dini serta senang ikut perlombaan bakat baik dibidang seni maupun olahraga.

Setelah beranjak dewasa baru aku mulai punya tradisi merayakannya bersama teman-teman dekatku. Seperti kebanyakan remaja lainnya yang suka merayakan ulang tahun dengan makan bersama, dan mendapat hadiah istimewa dari mereka. Moment seperti itu adalah saat yang paling membahagiakan tentunya. 

Saat aku telah bekerja dan berkecimpung dengan satwa liar, tradisi seperti itu tidak selalu dilakukan lagi. Mungkin karena aku sangat menyukai pekerjaanku dan menyukai satwa liar terancam punah yang aku tangani terkadang muncul ide-ide secara spontan untuk merayakan ulang tahun bersama mereka. Bukan aku namanya kalau tidak selalu punya ide-ide yang aneh. Berbagi kebahagian di hari yang istimewa tidak musti dengan sesama teman dan keluarga atau dengan sesama manusia, dengan makhluk lainnya pun tak ada salahnya menurutku. 

Sumatran orangutan ' Temara'. Photo by Erni Suyanti Musabine
Beberapa tahun yang lalu saat aku masih menjadi konsultan medis di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera ada salah seekor orangutan betina bernama Temara. Orangutan ini lahir di kebun binatang Perth, Western Australia kemudian dilepasliarkan kembali ke hutan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Provinsi Jambi. Yang membuatku berkesan saat itu, orangutan Temara hari ulang tahunnya sama denganku, sehingga aku pun pernah punya ide untuk merayakan ulang tahun bersamanya di hutan. Sederhana saja, dengan membeli buah-buahan yang disukainya kemudian aku berbagi makanan itu dengannya :)

Dan hari ini, saat aku berulang tahun kembali aku ingin merayakannya dengan satwa yang ada disekitarku. Ide itu muncul tiba-tiba, kemudian aku langsung melaksanakannya tanpa berpikir panjang, aku ingin berbagi makanan dengan harimau kami bernama Elsa di hari ulang tahunku kali ini. 


Kenapa harus dengan harimau Elsa ?

with Tiger 'Elsa' on my Birthday
Karena dia salah satu harimau sumatera yang kondisinya telah menguras simpati dan emosiku saat ini. Teringat lagi hari itu, Kamis tanggal 3 April 2014 pukul 11.33 WIB telah berhasil membius harimau tersebut untuk melepaskannya dari jerat pemburu liar. Tim rescue dan harimaunya dalam kondisi selamat. Untuk menyelamatkannya pun bukanlah hal yang mudah, karena disaat itu ada dua ekor harimau lain yang menunggu dekat harimau terjerat, dan jerat sling masih terikat di kaki depannya meski telah putus dari kayu pengikatnya yang membuat harimau tersebut berjalan-jalan dan berpindah tempat serta harimau tak bisa terlihat dengan jelas dari jalan setapak karena masuk semak belukar. Upaya rescue harimau yang penuh resiko bagi keselamatan petugas dan tentu nyawa taruhannya karena harimau dalam kondisi bebas. Apapun kesulitannya namun akhirnya harimau bisa dievakuasi dengan berbagai trik yang muncul spontan di lapangan. Harimau selamat, petugas pun selamat setelah bekerja selama lebih dari 24 jam untuk penyelamatan harimau itu. Padahal kondisiku sendiri pada saat itu sedang sakit serius yang mengharuskan aku untuk istirahat total (bedrest). Bahkan dua petugas kami yang mengamankan lokasi harimau kelaparan karena tidak ada logistik yang datang karena harus menunggu lebih dari sehari.

Kedatangan kami bersama harimau pun tak pernah membuat orang-orang itu menanyakan hingga kini, "Bagaimana kondisi harimaunya ? Apakah tim rescue baik-baik saja? Apakah yang dibutuhkan untuk perawatan harimau itu ?" Ketahuilah, kami bukan orang yang minta dihargai dalam setiap kegiatan yang kami lakukan untuk satwa liar, yang kami inginkan hanya satwa yang kami bawa dan terluka itu perlu diperhatikan.   

Harimau sumatera yang aku beri nama Elsa akhirnya harus kehilangan 4 jari dan telapak kaki depannya yang bagian kanan karena harus diamputasi demi untuk menyelamatkan nyawanya. Kaki yang terkena jerat itu telah membusuk, jaringannya telah mati. Itu artinya dia akan cacat seumur hidup akibat korban para pemburu liar. Tidak cukup sampai disitu, bantuan makanan dari pihak otoritas pun tersendat-sendat yang membuatku harus menggalang dana dan mencari bantuan dari pihak lain. Karena nutrisi yang baik adalah salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan. Meski aku sendiri tahu bahwa pegawai negeri sipil dilarang untuk mencari dana dari pihak lain kecuali dalam kondisi darurat, itu yang pernah diucapkan oleh pimpinanku. Bagiku harimau yang kelaparan dan tidak ada dana untuk membeli pakannya adalah kondisi darurat, tapi entah menurut pihak lain bila harimau yang lapar tidak dianggap darurat dan masih bisa diacuhkan. Berpikirku sederhana saja, bila lapar ya harus makan, dengan hanya menurut aturan tidak bisa membuat satwa menjadi kenyang dengan sendirinya tanpa adanya dana untuk membeli makanannya. Beberapa teman yang aku kenal baik yang di Indonesia maupun diluar negeri secara individu patungan untuk memberi makan harimau Elsa, mereka adalah teman-temanku di komunitas Forum Konservasi Harimau Sumatera (Forum HarimauKita) juga teman Pecinta Alam Wanala Unair, Juga mendapat bantuan dari beberapa orang yang bekerja di lembaga yang bergerak dibidang konservasi satwa liar baik perorangan maupun organisasi seperti ASTI dan Animals Indonesia. Dan yang lebih mengharukan lagi, para mahasiswa Kedokteran Hewan di Universitas Udayana Bali yang rela melelang barang-barang pribadinya untuk mengumpulkan dana guna membantu memberi makan harimau Elsa. Aku merasa terharu sekaligus bangga dan bahagia menghadapi kenyataan bahwa orang-orang Indonesia masih banyak yang peduli dengan satwa liar Indonesia sendiri. Karena selama ini kita sering mendengar bahwa bantuan untuk satwa liar seringkali datang dari orang asing.  

Setelah lima bulan berlalu kondisi Elsa sudah membaik tentunya. Dan secara medis telah direkomendasikan untuk ditranslokasi ke tempat yang lebih baik ataupun dilepasliarkan kembali bila perilakunya masih memungkinkan. Keinginan itupun belum terwujud karena adanya beberapa kepentingan yang membuat harimau itu akhirnya tetap dipertahankan dalam kandang sempit seperti saat perawatan untuk penyembuhan. Aku pun menghentikan upaya pencarian dana pakannya setelah membaca surat instruksi itu dengan tidak sengaja, karena aku tidak mau mengecewakan orang-orang yang telah menyumbangkan dananya untuk pakan Elsa, tentunya mereka banyak berharap agar selanjutnya hidup Elsa berakhir di tempat yang lebih baik. Dua kepentingan yang bertolak belakang itu membuatku kecewa tentunya, karena tidak setimpal dengan upaya yang telah kami lakukan untuk menyelamatkannya sampai sembuh. Kami juga tidak rela hidupnya akan berakhir di tempat yang kurang nyaman dan menyenangkan baginya. Akhirnya kusampaikan dan kuserahkan kembali perawatan harimau tersebut kepada pihak berwenang untuk menghidupinya. 


Hari ini, minggu tanggal 14 September 2014 aku teringat padanya. Beberapa cerita pilu yang sering kudengar, bahwa Elsa belum makan karena tidak ada dana untuk itu. Aku menelpon petugas yang biasa memberi makan untuk menanyakan sudah berapa hari Elsa tidak makan. Jawabannya membuatku bergegas ke pasar tradisional yang tak jauh dari tempatku tinggal. Aku ingin merayakan ulang tahunku dengannya. Aku tidak ingin merayakan ulang tahun dengan siapa pun, hanya  ingin dengannya saja. Aku ingin mentraktirnya makan. Aku mencari daging ayam yang masih segar, karena daging sapi adanya hanya di waktu pagi saja, sambil membayangkan pasti dia senang dengan apa yang kubawa ini untuknya.

Seperti biasa, dia tahu saat aku datang meski pintu belum aku buka, terdengar raungan dari dalam sana itu artinya dia tahu ada orang yang sedang berdiri dibalik pintu kandangnya. Dia begitu agresif melihatku membawa hadiah untuknya. Bahagia melihatnya lagi, juga sedih karena dia tampak lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Berulang kali dalam hati aku meminta maaf padanya karena tidak mampu membuat kondisinya jauh lebih baik sesegera mungkin. Aku merasa menjadi orang tidak berguna dihadapannya. Pertemuanku dengan Elsa saat ini banyak menguras emosiku, aku menangis terharu. Bahkan saat menulis ini pun air mata ini tak juga berhenti. 

Harimau Elsa makan dengan rakusnya tanpa ada sedikitpun yang tersisa. Bahkan dia akan meraung marah bila aku terlambat menyuapinya. Seorang rekan kerja datang sore itu dan bercerita bahwa teman kami yang selama ini secara sukarela sering membantuku dalam perawatan harimau telah melakukan penggalangan dana sendiri tanpa sepengetahuanku, yakni dengan meminta dan mengumpulkan sumbangan sukarela pada orang-orang di kantor kami guna membeli makanan untuk harimau Elsa. Apa yang dia lakukan sungguh membuatku terharu. Ternyata aku tidak sendiri, masih ada orang-orang disekitarku yang juga peduli. Kuakui, baru kali inilah kami merasa kesulitan dalam perawatan harimau korban perburuan liar karena sebelumnya tak pernah dalam kondisi seburuk ini. Di hari ini aku hanya bisa berharap semoga harimau Elsa cepat mendapatkan tempat yang lebih layak agar kondisinya jauh lebih baik dan welfare, serta semoga orang-orang yang telah membantu dan berbuat baik untuknya mendapat balasan di akhirat nanti. Aamiin.....Ya Allah Ya Rabbal 'Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar