Jumat, 07 September 2012

Peran Profesi Dokter Hewan dalam Membantu Aparat Penegak Hukum

Sebagai dokter hewan yang bekerja untuk konservasi satwa liar, tugasnya tidak hanya melakukan program perawatan kesehatan satwa saja baik pencegahan maupun pengobatan serta penyelamatan satwa dari aktivitas perburuan liar, tetapi juga terkadang dilibatkan dalam membantu proses penegakkan hukum, seperti melakukan pemeriksaan nekropsi dan membuat visum et repertum untuk membantu pihak aparat penegak hukum guna keperluan penyidikan dan  sebagai saksi ahli dalam persidangan di pengadilan sesuai dengan bidang/ profesi yang digeluti.  

Gajah sumatera 'Dino'
Tanggal 2 September 2012
Seperti halnya dengan adanya kasus kematian seorang mahasiswa yang terbunuh oleh seekor gajah jantan  jinak bernama Dino di dalam kawasan TWA Pantai Panjang tanggal 1 September 2012 lalu.  Gajah tersebut dipelihara oleh salah satu hotel di areal wisata Pantai Panjang, Bengkulu, digunakan untuk gajah tunggangan bagi pengunjung yang berwisata di Pantai Panjang.

Saat sedang berada di Pusat Konservasi Gajah Sebelat bersama kolega melakukan program perawatan kesehatan gajah rutin serta program pelatihan seekor anak gajah, saya mendapat panggilan darurat dari BKSDA siang itu, bahwa ditugaskan untuk segera melakukan investigasi dan evaluasi terhadap adanya kasus kematian seorang mahasiswa karena diserang gajah jinak di kota Bengkulu dan melakukan pemeriksaan terhadap gajah tersebut.  Sebelum berangkat ke lokasi kejadian, kami melakukan koordinasi segera dengan management hotel selaku pemelihara gajah, dan dengan management authority yakni BKSDA untuk mencari informasi tentang kejadian tersebut sehingga diketahui tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.  

Informasi awal yang saya dapatkan saat itu dari pihak management hotel, sebagai berikut :
"Ada tiga orang mahasiswa yang sedang outbound di areal Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang yang juga merupakan lokasi tempat pengangonan gajah bernama Dino dan Natasya. kemudian gajah Dino tersebut mengejar mereka, dua orang bisa melarikan diri dan menghindar, sedangkan satu orang terjatuh dan akhirnya diinjak gajah dan ditusuk dengan gadingnya hingga tewas."

Dan sebelum mendatangi lokasi kejadian saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka seperti dibawah ini :
  1. Dimana lokasi kejadian perkara (TKP) ?
  2. Pukul berapa kejadian tersebut terjadi ?
  3. Apakah gajah Dino sedang dalam kondisi musth ?
  4. Apakah ketiga orang tersebut mendekati areal tempat pengangonan gajah dalam jarak dekat atau gajah yang mendatangi mereka ?
  5. Apakah saat kejadian gajah tersebut sedang bersama mahout (pawang gajah) atau tidak ?
  6. Apakah saat sebelum kejadian gajah Dino dalam kondisi diikat rantai atau dalam kondisi bebas ?
  7. Apakah gajah Dino sedang bersama gajah Natasya atau diangon sendirian ?
  8. Apakah gajah Dino masih bisa diperintah/ dikendalikan oleh mahout setelah kejadian tersebut  atau tidak ?
Beberapa pertanyaan diatas untuk memberikan gambaran singkat pada saya apa yang sebenarnya terjadi sebelum kami melakukan pemeriksaan secara detail terhadap gajah itu dan pihak-pihak terkait, sehingga bisa mempersiapkan peralatan, dan mungkin obat-obatan untuk keperluan chemical restraint dan juga petugas yang sekiranya bisa membantu dalam penanganan kasus ini.


Gajah sumatera bernama Dino dan Mahoutnya
Tanggal 2 September 2012
Setelah selesai melakukan pelatihan dasar pada anak gajah Bona di PKG Sebelat, Kabupaten Bengkulu Utara, malam itu pukul 07.00 saya bersama tim yakni seorang kolega dokter hewan dari mitra PKG Seblat dan polisi kehutanan berangkat menuju kota Bengkulu.  Sampai di kota Bengkulu sekitar pukul 01.30  dini hari. Dan menginap di hotel tempat kedua gajah tersebut dipelihara.  Pukul 06.30 pagi itu, saya berkeliling hotel dan menuju ke lokasi gajah berada.  Kulihat dari jauh, gajah Dino dan Natasya sedang ditambat.  Tujuan saya saat itu adalah ingin bertemu dengan mahout (pawang gajah) disana sebelum kami mulai bekerja.  Karena mereka adalah kawan-kawan saya dan saya juga salah satu dokter hewan konsultan bagi perawatan kesehatan gajah-gajah mereka sejak 3 tahun terakhir, dan juga sudah mengenal gajah-gajah mereka.  Pagi itu saya bertemu keluarga mahout gajah Dino, dan saya mendapat informasi pertama dari mahout yang menangani kedua gajah disana pada hari terjadinya musibah itu.  Dan saya juga bertemu dan diskusi dengan mahout lainnya yang merupakan kawan baik saya sejak lama.  Kemudian kami mendekati gajah Dino namun tidak lama berada disana karena saya harus cepat-cepat menuju ke rumah dinas Kepala Balai KSDA untuk rapat koordinasi sebelum kami mulai bekerja melakukan pemeriksaan terhadap gajah tersebut dan lainnya.  Kemudian saya dan tim kembali lagi ke hotel yang pelihara gajah tersebut untuk mulai melakukan pemeriksaan.

TKP - TWA Pantai Panjang
Tanggal 2 September 2012 pukul 09.50 pagi, dimulai dengan pemeriksaan TKP (Tempat Kejadian Perkara) di Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang, didampingi oleh mahout gajah Dino, kepala Resort KSDA Kota Bengkulu, beberapa  Polhut dan PEH, dengan memeriksa tempat tambatan gajah saat pengangonan, dan lokasi korban dibunuh gajah.  Setelah mendapat informasi yang cukup dari mahout gajah Dino, kemudian pemeriksaan dilanjutkan dengan interview mahout yang dimulai pukul 10.26 dan pada pukul 10.42   dilanjutkan dengan pemeriksaan perilaku gajah dengan melihat sejauh mana gajah bisa menerima komando dari mahout dan menjalankannya, pemeriksaan kesehatan serta pemeriksaan peralatan yang digunakan untuk handling gajah. Pukul 11.14 dilakukan pemeriksaan terhadap pihak management.  Setiap informasi yang kami peroleh dan hasil pemeriksaan gajah dan TKP selanjutnya akan menjadi bahan rekomendasi yang akan disampaikan ke Balai KSDA dan kemudian untuk membantu keperluan penyidikan kepolisian serta evaluasi perijinan pemeliharaan gajah oleh pihak ketiga.


Terbunuhnya seseorang oleh gajah jantan yang telah dijinakkan, siapa yang patut dipersalahkan, manusia atau gajah ?
Kasus gajah jantan menyerang orang hingga tewas sudah beberapa kali terjadi di Sumatera.  Sebelum kejadian di kota Bengkulu pada tanggal 1 September 2012, yakni seorang mahasiswa yang sedang melakukan survey untuk outbound di Taman Wisata Alam Pantai Panjang tewas setelah dikejar, diinjak dan ditusuk dengan gading oleh seekor gajah jantan bernama Dino, juga pernah terjadi kematian seorang mahout yang dibunuh oleh seekor gajah jantan yang sedang dalam periode musth di Pusat Konservasi Gajah Holiday Resort, Sumatera Utara dan gajah jantan bernama Reno telah menyerang dan menginjak koordinator Pusat Konservasi Gajah Minas, Riau yang pada akhirnya meninggal dunia dua minggu kemudian setelah kejadian tersebut. Untuk memahami mengapa gajah jantan berperilaku seperti itu, mungkin kita perlu tahu mengenai  perilaku alami (behavior) gajah jantan.
Gajah sumatera bernama Dino dan Natasya
Pantai Panjang, Bengkulu - 2 September 2012
Gajah jantan dewasa di alam liar hidup secara soliter (sendiri) tanpa kelompok, hanya kadang-kadang dia akan mendekati kelompok gajah betina yang mana bila ada dari mereka yang siap untuk dikawini kemudian kembali pergi meninggalkan kelompok betina untuk menjelajah sendiri.  Dalam kehidupannya yang soliter, gajah jantan terbiasa mengambil keputusan sendiri untuk setiap apa yang dia mau lakukan tanpa adanya perintah atau tekanan dari gajah lainnya. Saat gajah jantan dijinakkan maka dia dipaksa untuk mengikuti perintah manusia meskipun itu tidak sesuai dengan perilaku alaminya yang tidak tunduk pada siapapun.  Gajah jantan dewasa adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, dia tidak tunduk pada gajah jantan lain dan juga tidak sebagai pemimpin bagi gajah jantan lainnya.  Bila orang bisa menjadi lebih dominan pada gajah jantan dewasa maka gajah tersebut akan mengikutinya, tetapi bila gajah jantan bisa menunjukkan bahwa dia lebih dominan dari manusia maka dia tidak akan bisa dikendalikan atau tidak mau diatur oleh manusia. Gajah jantan dewasa juga mengalami perubahan perilaku saat dalam periode musth, yakni kondisi dimana secara fiisk gajah jantan mengalami pembengkakan pada kelenjar temporal dan selanjutnya keluar cairan terus-menerus pada bagian tersebut, sering urinasi, tidak merespon perintah dengan baik dan cenderung agresif pada siapa saja dan apa saja yang ada didekatnya. Musth bisa terjadi sampai dengan dua bulan lamanya, kadang kurang atau lebih lama dari itu dan berbeda pada setiap individu gajah.  Kasus kematian orang diserang gajah biasanya terjadi pada periode ini, terutama disaat awal atau akhir periode musth karena tanda-tanda musth belum tampak secara jelas sehingga orang kurang mewaspadai kalau gajah sedang dalam kondisi musth.
Selain itu diluar periode musth, gajah jantan harus tetap diwaspadai karena secara alami gajah jantan dewasa hidup sendiri, dengan kehadiran manusia didekatnya dan manusia bersikap mendominasi sehingga memaksa gajah jantan untuk berperilaku diluar perilaku alaminya, dan dalam kondisi seperti itu dia juga akan punya keinginan untuk melawan bila ada kesempatan dan bila dia telah berhasil menunjukkan bahwa dia bisa menjadi dominan.
Dan ini sangat berbeda dengan perilaku alami pada gajah betina, karena gajah betina di alam liar hidup dalam kelompok dan mengenal adanya atasan dan bawahan, dan terbiasa hidup dalam kendali gajah lain yang menjadi pimpinannya dalam suatu kelompok sehingga saat berada dekat dengan manusia maka gajah betina lebih terbiasa menerima perintah dan lebih mudah dikendalikan.

Senin, 20 Agustus 2012

It is time for having fun (Dufan Ancol dan Sea World Indonesia)

Persahabatan tak mengenal perbedaan
Pertemanan tak terbatas oleh jarak dan waktu, begitu juga perbedaan tak akan menghalangi orang untuk berteman.  Dan itu juga yang saya anut sampai sekarang, bebas berteman dengan siapapun, meskipun berbeda ras, suku bangsa, bahasa, agama, status sosial dan latar belakang.  Perbedaan itu membuat hidup kita menjadi lebih berwarna. 
Mudah untuk berteman dengan banyak orang, tetapi untuk menemukan teman yang cocok dalam segala hal itu tidak mudah. Bertahun-tahun dalam perantauan di pelosok sumatra, dan baru kali inilah saya menemukan orang yang sangat cocok.  Seorang yang sedang melakukan research di pelosok Sumatra.  Bertemu secara tidak sengaja dan tak jauh dari dunia yang saya geluti sekarang yakni saat memberi pengobatan pada  satwa liar dilindungi.  Sejujurnya, setiap kali bertemu dan berbicara dengannya, saya selalu kagum dengan pola pikirnya dan semangatnya yang pantang menyerah dalam melakukan kegiatan yang tidak mudah bagi orang asing di Sumatra dan bahkan terkadang tidak sesuai dengan target yang diharapkan.  Melihat dirinya, saya seperti bercermin, seperti melihat diriku sendiri, mungkin karena kami mempunyai banyak persamaan dalam banyak hal, kesamaan dalam perilaku, semangat, pemikiran, kegemaran, dalam keterbatasan serta sama-sama mempunyai sense of humor yang tinggi, gemar saling mengusili dan nakal, tidak hanya itu, kami juga terkadang saling membantu bila dibutuhkan dan saling memberi dukungan serta bisa saling menghibur satu sama lain. 

Menghitung hari
Hari terus berganti dan waktunya akan segera tiba.  Delapan hari sebelumnya saya berpikir pertemanan kami sudah berakhir bersamaan dengan berakhirnya penelitiannya di Indonesia. Dugaan itu sirna saat temanku mengirimkan pesan pendek yang mengatakan bahwa ‘sudah lama dia tak mendengar khabar dariku.’  Tanpa sengaja ternyata kami sedang berada di kota yang sama.  Beberapa hari yang tersisa tidak akan kami sia-siakan. Beberapa rencana dibuat untuk menghabiskan waktu selama berada di ibukota ini untuk hal-hal yang menyenangkan dan menghilangkan penat.

Hooraaaay............having fun
Wisata kuliner
Saya mengajukan permintaan untuk bisa makan siang dengan pizza yang selama berada di pelosok Sumatra sulit untuk bisa mendapatkannya. Kebetulan kami sama –sama bosan dengan makanan yang mengandung nasi...nasi....dan nasi setiap hari.
Untuk kuliner kedua, saya menyetujui ajakannya untuk menikmati makanan India kesukaannya. Teman saya mengatakan bahwa itu makanan India terenak yang pernah dia makan.  Dan ini sangat menarik buatku karena ini pengalamanku pertama kali mencicipi makanan India dan sangat penasaran dengan rasanya. Dan dia pun bahagia bisa makan makanan favoritnya di hari terakhirnya di Indonesia sebelum kembali ke negaranya.  Namun sayangnya, saya tidak bisa mengingat kembali lokasi restoran tersebut dan menu-menu makanan yang direkomendasikan untuk dipesan.   

Nonton bareng.
Ide itu muncul dengan tiba-tiba.  Saat itu aku dan temanku tidak punya rencana apapun, akhirnya dia menawariku untuk nonton bareng.  Ide bagus menurutku, tanpa pikir panjang akhirnya kami mencari bioskop terdekat, tidak mengecewakan, filmnya lumayan menarik,  sehingga tidak perlu merasa bersalah padanya karena saya diberi kepercayaan untuk memilih film mana yang layak kami tonton. 


Wow......uji nyali.....yipeee :)
Tempat yang menyenangkan untuk jalan-jalan adalah daerah pedalaman, pantai yang masih alami dan hutan habitat berbagai satwa liar, tapi di Jakarta tidak ada tempat seperti itu yang bisa dikunjungi. Akhirnya kami putuskan untuk having fun di Dunia Fantasi Ancol.  Kebetulan teman saya mengatakan bahwa selama tinggal di Indonesia dia belum sempat  mengunjungi Ancol dan dia ingin sekali pergi kesana.  Untuk menyenangkan seorang teman di hari terakhirnya di Indonesia maka saya bersedia menemaninya pergi kesana.  Dengan hanya membayar Rp. 250.000,- per orang sudah bisa mencoba semua wahana permainan yang ditawarkan di Dunia Fantasi (Dufan) Ancol dan belum termasuk ticket masuk ke lokasi tersebut yang dibayarkan tersendiri. Berbagai wahana yang mendebarkan dan menegangkan ingin kami coba, ada delapan wahana petualangan yang kami pilih untuk dicoba.  Wahana pertama yang menarik perhatian kami adalah Jet Coaster, bahkan karena singkatnya waktu menikmati petualangan ini kami mencobanya lagi untuk kedua kalinya, pertama mencoba dengan mengambil posisi duduk paling depan dan kedua kalinya duduk paling belakang. Wahana lainnya yang dicoba adalah Histeria, Niagara, Arung Jeram (Rafting), dan lain-lain.  Dari semua wahana tersebut, ‘Tornado’ adalah favorit kami.  Benar-benar membuat cemas sebelum mencoba serta membuat jantung berdebar dan menegangkan saat mencoba, apalagi seperti biasa teman saya sangat usil dan suka menakut-nakuti dan mengatakan bahwa wahana yang akan kami coba itu tidak aman dengan berbagai teorinya untuk meyakinkanku dan sudah ada korban meninggal gara-gara mencoba wahana permainan tersebut, dan lucunya justru itu membuat dia tampak khawatir sendiri dan selalu memeriksa kembali pengaman yang aku pakai apakah bekerja dengan baik atau tidak....hehe!

Wahana Tornado di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta

Namun, dari semua permainan tersebut tak satupun yang bisa membuat kami memuntahkan lagi ‘big burger’ dan ‘french fries’ yang telah kami makan meskipun tubuh kami dibolak-balik, diguncang-guncang dan isi perut dibuat naik turun. Pada saat mencoba wahana Kora Kora yang menurut kami kurang begitu menantang, malah sebaliknya makanan yang telah kumakan serasa naik ke tenggorokan, perutku mual.  Kora Kora benar-benar membuat perut kami diambang batas toleransi untuk tidak mual.  Kami harus mengakhirinya sebelum hal yang memalukan terjadi.....vomit :)
Untuk cooling down, temanku mengajakku untuk naik perahu.  Saya tidak tahu apa sesungguhnya yang menarik dengan naik perahu di danau buatan itu. Kurang menantang menurutku. Tetapi akhirnya aku tahu bahwa dia punya niat nakal dan usil saat naik perahu, yakni ingin menabrak perahu-perahu milik pengunjung lainnya dengan perahu kami....hehe!  Oh...ini ternyata yang menarik :)


Tiger Fish at Sea World Indonesia 
Sea World Indonesia
Sedangkan untuk menghabiskan sisa waktu kami hari ini, aku menawarkan untuk mengunjungi Sea World Indonesia untuk melihat beranekaragam biota laut karena kami masih punya waktu beberapa menit untuk berada di Ancol.  Di tempat ini teman saya sanggup memberikan penjelasan tentang  beberapa species biota laut yang dikoleksi disana karena memang saya tidak banyak tahu tentang dunia ikan laut dan sejenisnya. Dan ternyata biota laut yang dikoleksi disana beberapa berasal dari laut di bagian barat Sumatra yang diambil dari kedalaman 400 meter s/d 1000 meter dibawah permukaan laut.

Sampai jumpa lagi.....
Tak terasa waktu cepat beranjak gelap. Kami menyadari bahwa itu adalah detik-detik terakhir kami bisa bertemu, ngobrol dan bercanda bersama, sebelum akhirnya saatnya harus pergi.  Tanggal 20 Agustus malam ini, dia sudah harus pergi meninggalkan Indonesia.  Sebagai seorang teman, jelas aku merasa kehilangan. Perpisahan yang mengesankan.  Selamat jalan kawan, selamat bertemu kembali suatu hari nanti.  Karena untuk mengatakan selamat tinggal itu sangat sulit untuk dilakukan, entah mengapa....?!   

Selasa, 31 Juli 2012

Sectio caesaria pada Anjing Dachshund

Mengisi waktu luang di Kota Bengkulu untuk hal yang bermanfaat 

Seorang kolega dokter hewan menelpon saya pagi itu dan mengatakan bahwa ada seekor anjing Tekel yang mengalami kesulitan melahirkan  sejak tadi malam, sudah dilakukan upaya tarik paksa oleh pemilik hewan tetapi foetus dapat dikeluarkan dalam kondisi mati.  Kemudian dibawa ke dokter hewan dan telah dibantu menginduksi dengan oksitoksin untuk membantu induk berkontraksi, tetapi tetap belum bisa melahirkan foetus secara normal.

Saya bersedia dan menawarkan diri untuk membantu disela-sela waktu saya bekerja untuk satwa liar, meskipun saya belum punya banyak pengalaman dengan bedah cesar sebelumnya.  Dan saya segera melakukan persiapan untuk melakukan itu.  Adapun persiapan yang sebaiknya dilakukan sebelum melakukan operasi cesar sebagai berikut :

Pra Operasi

Persiapan Obat-Obatan dan Peralatan Medis
Sebelum melakukan operasi cesar sebaiknya mempersiapkan obat dan peralatan yang dibutuhkan selama proses operasi, menentukan obat pilihan serta dosisnya dan mempersiapkan peralatan bedah yang telah disterilisasi.  

No
Anaesthetic Emergencies
1
Atropin sulfate
2
Ketamin HCl
3
Xylazine
4
Antidote
5
Dopram-V (Doxapram)
6
Adrenaline
7
Diazepam
8
Metacam
9
Antibiotic long acting
10
Antiseptic
11
Fluid therapy

Persiapan hewan dan Pre-Medikasi  
Persiapan Bedah Cesar 
Hewan ditimbang untuk mengetahui berat badan secara actual.  Berat badan anjing Tekel tersebut adalah 5,6 kg,  serta dilakukan pemeriksaan secara umum mengenai kondisinya.
Hewan diberi pre-medikasi dengan Atropin sulfat, setelah pemberian pre-medikasi induk akan lebih mudah ditangani, dan sebaiknya dilakukan pengosongan colon dan vesica urinaria, membersihkan bagian abdomen caudal dengan antiseptik Povidone iodine 10% setelah dilakukan pencukuran bulu.  Hewan diletakkan di atas meja operasi, kemudian diberi fluid therapy (infuse dengan larutan elektrolit) sehingga efek obat lebih cepat terdistribusi.  Persiapan terakhir adalah anasthesi (Archibald. 1984).  

Anaesthetic
Obat anaesthesia yang umum digunakan pada anjing adalah Ketamin HCl, akan tetapi obat bius ini dapat menimbulkan efek yang membahayakan yakni tachicardia, hypersalivasi, dan dapat meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat penyuntikan, serta pada dosis yang berlebihan akan menyebabkan pemulihan ke kondisi semula berjalan lamban dan bahkan membahayakan (Jone et all., 1977).  Efek samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan pemberian premedikasi (Hall and Clark, 1983).  sebenarnya, general anaesthesia (anaesthesi umum) jarang digunakan untuk operasi cesar karena dapat menyebabkan pembiusan pada anak anjing (puppies)


Time
Drugs and Dose
11.30 WIB
Atropin sulfate 0,3 cc
12.10 WIB
Ketamin HCl 1 cc + Xilazine 0,2 cc

Vital signs
Operasi Cesar
Penggunaan anaesthesia dalam pembedahan sering menyebabkan efek samping yang merugikan dan yang mengancam jiwa pasien.  Ada tiga faktor penting yang harus diamati selama anaesthesi yaitu : frekuensi denyut jantung, respirasi dan kesadaran, karena apabila ketiga fungsi ini mengalami gangguan berat, maka akan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (Wirdjiadmodjo, 2000).  Anaesthesi yang ideal dapat menimbulkan anaesthesi dengan cepat serta memungkinkan pemulihan dengan segera setelah penanganan (Katzung, 2002).  Dalam operasi cesar ini kami melakukan monitoring terhadap frekuensi denyut jantung serta respirasi dan temperatur tubuh per 5-10 menit untuk mengetahui kondisi hewan selama terimmobilisasi.  Dan selama proses pembedahan tidak terjadi efek samping yang merugikan bagi hewan.

Sectio Caesaria dan Distokia
Sectio caesaria atau bedah cesar adalah prosedur operasi untuk pengeluaran foetus dari induknya, melalui laparohisterectomi atau pembedahan pada perut dan uterus (rahim).  Kata Caesaria berasal dari kata-kata Latin yaitu Caeso matris utera yang artinya memotong uterus induk (Johnton, 1968).  Pembedahan ini dilakukan apabila hewan tidak dapat melahirkan secara normal atau mengalami distokia dan upaya tarik paksa dan foetotomi tidak dapat atau sulit dilakukan untuk mengeluarkan foetus.  Pada kasus ini anjing mengalami distokia karena oversize foetus.  Proses operasi cesar tersebut kami lakukan mulai pukul 12.28 WIB sampai dengan pukul 13.04 WIB.  Berjalan tanpa kendala dan semua sisa foetus yang berjumlah tiga ekor dalam uterus induk berhasil dikeluarkan dengan selamat.

Foetus dikeluarkan
Uterus (Rahim)





Operasi Cesar pada Anjing Tekel







Anjing Tekel
Anjing Tekel (Dachshund)
Anjing jenis ini adalah anjing ras yang penurut dan lucu.  Nama lain dari anjing tekel adalah anjing Dachshund, yang artinya badger dog (anjing luak).  Berasal dari Jerman. Selain itu anjing tekel juga sangat ramah dan mempunyai penciuman yang tajam.  Menurut sejarah, anjing tekel pertama kali diternakan di Jerman pada awal tahun 1600-an.  Lalu anjing tekel berkembang biak dengan pesat di Amerika Serikat pada pada tahun 1900-an, bahkan menjadi kegemaran pada perang dunia pertama.  Anjing ini juga punya keahlian menggali, pemburu yang tangguh dan berani pada lawannya meskipun berukuran mini.

Selasa, 10 Juli 2012

Antara News - Sumatran Tiger 'Dara'

Bengkulu. Dara, a critically endangered Sumatran tiger rescued from a hunter’s trap in Bengkulu in February, has been transferred to the Taman Safari Indonesia park in Bogor, officials said on Monday.

“According to instructions from Forestry Minister Zulkifli Hasan, Dara is to be treated at TSI, so today we are moving her to Bogor,” said Amon Zamora, the Bengkulu Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) chief.

The female tiger, estimated to be between 4 and 5 years old, was found by officials in a logging concession in Mukomuko district in February. Her front legs were seriously injured from the metal cables in which she was ensnared.

The trap was believed to have been set up by poachers.

A team of doctors had to amputate seven of Dara’s toes, three from her right paw and four from her left, veterinarian Erni Suyanti said.

But the tiger still requires a third and more complicated surgery to straighten bones protruding from her front paws.

“For this third operation, we will cooperate with French doctors who will also help fund the procedure,” Erni said.

Amron added that hospitals in Bengkulu did not have adequate medical facilities to ensure Dara’s recovery.

TSI is Indonesia’s biggest ex-situ conservation area, located in the Puncak highlands of Bogor. Amron said Dara was transported by plane from Fatmawati Airport in Bengkulu to Jakarta, where the tiger was then transported to the park by truck.

Conflicts between humans and tigers are frequent in Bengkulu as vast swaths of forests continue to be converted to logging concessions and plantations.

In the first three months of this year, the provincial BKSDA has already recorded two tiger deaths and six incidents of tiger-human conflicts.

Bengkulu’s first tiger death this year was a male, named Rajo by conservation staff, who had been rescued from a snare trap in the Bukit Daun protected forest in Lebong district.

When conservation staff found Rajo on Jan. 8, it seemed he had been left for dead by an unknown attacker who had beaten him with a blunt instrument. Despite medical care, Rajo eventually died.

The second tiger to die was discovered in Seluma district in February, dismembered and buried in an apparent attempt to hide the crime.

In the most recent conflict, residents of Alas Bangun village in North Bengkulu district reported being plagued by sightings of a tiger that had appeared in the vicinity of their village several times over a period of a few days in March.

Antara


Rabu, 04 Juli 2012

The JakartaGlobe : Rescued Tiger Dara Moved To Taman Safari for Surgery

Bengkulu. Dara, a critically endangered Sumatran tiger rescued from a hunter’s trap in Bengkulu in February, has been transferred to the Taman Safari Indonesia park in Bogor, officials said on Monday. 

“According to instructions from Forestry Minister Zulkifli Hasan, Dara is to be treated at TSI, so today we are moving her to Bogor,” said Amon Zamora, the Bengkulu Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) chief.

The female tiger, estimated to be between 4 and 5 years old, was found by officials in a logging concession in Mukomuko district in February. Her front legs were seriously injured from the metal cables in which she was ensnared. The trap was believed to have been set up by poachers. 

A team of doctors had to amputate seven of Dara’s toes, three from her right paw and four from her left, veterinarian Erni Suyanti said. 
But the tiger still requires a third and more complicated surgery to straighten bones protruding from her front paws. 
“For this third operation, we will cooperate with French doctors who will also help fund the procedure,” Erni said. 

Amron added that hospitals in Bengkulu did not have adequate medical facilities to ensure Dara’s recovery. 

TSI is Indonesia’s biggest ex-situ conservation area, located in the Puncak highlands of Bogor. Amron said Dara was transported by plane from Fatmawati Airport in Bengkulu to Jakarta, where the tiger was then transported to the park by truck. 

Conflicts between humans and tigers are frequent in Bengkulu as vast swaths of forests continue to be converted to logging concessions and plantations. 

In the first three months of this year, the provincial BKSDA has already recorded two tiger deaths and six incidents of tiger-human conflicts. 

Bengkulu’s first tiger death this year was a male, named Rajo by conservation staff, who had been rescued from a snare trap in the Bukit Daun protected forest in Lebong district. 

When conservation staff found Rajo on Jan. 8, it seemed he had been left for dead by an unknown attacker who had beaten him with a blunt instrument. Despite medical care, Rajo eventually died. 

The second tiger to die was discovered in Seluma district in February, dismembered and buried in an apparent attempt to hide the crime. 

In the most recent conflict, residents of Alas Bangun village in North Bengkulu district reported being plagued by sightings of a tiger that had appeared in the vicinity of their village several times over a period of a few days in March. 

(Antara)

Rabu, 14 September 2011

The East Nusa Tenggara Museum, near the tourist office, houses of collection of arts, crafts and artefacts from all over the province

Mengenal budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan mengunjungi Museum Negeri Kupang.  Museum yang menyimpan koleksi bersejarah Nusa Tenggara Timur termasuk adat istiadat dan sejarah masa lalu.

Kerangka Ikan Paus di Museum Negeri Kupang
Setelah membaca di internet tentang ada tulang kerangka ikan paus yang panjangnya mencapai 18 meter tersimpan di Museum Negeri Kupang, membuat saya penasaran ingin melihatnya.  Sebelum berangkat ke museum tersebut, saya mencari informasi terlebih dulu melalui internet mengenai lokasinya, biaya masuk dan waktu kunjungan.

Museum tersebut dikelola oleh Dinas Pariwisata Provinsi NTT.  Museum dibuka mulai pukul 08.00 WITA s/d pukul 16.00 WITA.  Biaya masuk yang dikenakan pada pengunjung hanya Rp. 750,  sangat murah bukan ?  Di gedung pertama kami berkeliling tanpa ditemani oleh interpreter.  Tampak ada sebuah bendera merah putih dengan ukuran sangat besar terletak dalam kaca, menurut informasi bendera tersebut sepanjang 1000 meter.  Bendera tersebut pernah diarak keliling Kota Kupang merupakan pemberian Front Pembela Tanah Air pimpinan Eurico Guiteres, sebagai bukti mereka lebih cinta tanah air Indonesia pasca jajak pendapat di Timor Timur.  Selain itu ada berbagai macam benda-benda yang menunjukkan keanekaragaman  suku dan budaya di NTT serta benda-benda arkeolog.

Ikan Paus ini dulunya terdampar di Pantai Oeba,
Kupang, pada tahun 1972
Setelah bertanya pada seseorang yang kami jumpai diluar gedung akhirnya kami menemukan juga letak tulang kerangka ikan paus yang ingin kami lihat.  Di ruangan berdinding kaca tersebut terlihat ada kerangka kan paus yang panjang.  Ternyata ikan paus tersebut ditemukan di Pantai Oeba saat terdampar disana pada tahun 1972.  Pantai Oeba, pantai yang tidak asing bagiku karena sering mengunjungi pantai tersebut, tidak hanya pergi ke pasar tradisional dan lokasi nelayan menurunkan ikan, juga hanya untuk sekedar berjalan-jalan di pagi hari.  Konon, daging paus tersebut dibagi-bagikan kepada warga sekitar, dan kerangkanya akhirnya disimpan di Universitas Nusa Cendana, kemudian dipindahkan ke Museum Negeri Kupang.

Museum Negeri Kupang, NTT
Membagi-bagikan daging paus bukanlah pekerjaan yang mudah, memisahkan daging dan kerangka membutuhkan waktu satu hari lebih jika dilakukan beramai-ramai.  Dan untuk menyelesaikan ritual pemotongan paus secara keseluruhan bisa menghabiskan waktu selama dua hari.  Tugas untuk membagikan daging paus secara merata diberikan kepada salah satu Atamola (pembuat perahu penangkap Ikan Paus Paledang),  istilah ini juga berarti orang pintar.  Atamola akan menggunakan pisau yang dibuat khusus berukuran panjang atau disebut dengan duri, yakni untuk membelah paus pertama kali sebelum memotong kerangka paus.  Goresan -goresan ini akan menentukan pembagian daging paus secara merata diantara para penangkap, pemilik Paledang, tuan tanah dan para penduduk yang membantu proses pembagian daging ikan paus ini.       

Pesona Keindahan Pulau Rote, Kepulauan Paling Selatan Indonesia ini akhirnya menjadi tempat berlibur yang mengesankan di tahun ini



Pulau Rote

Berawal dari keinginan untuk berlibur menikmati kembali pesona keindahan alam pulau-pulau terluar di bagian timur wilayah Indonesia akhirnya membuatku mencoba untuk mencari informasi tentang tempat-tempat indah yang bisa dikunjungi, bagaimana caranya pergi kesana, berapa biaya yang dibutuhkan serta mencari tempat penginapan yang ideal disana melalui browsing informasi di internet.  Akhirnya Rote Island menjadi pilihan pertama.

Baa, Ibukota Kabupaten Rote Ndao, NTT

Kepulauan Rote merupakan satu wilayah kabupaten, yakni Kapubaten Rote Ndao di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.  Merupakan kabupaten paling selatan di Republik Indonesia.  Ibukota kabupaten ini terletak di Baa. Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1.731 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 76.352 jiwa (Th. 2000).  Terdapat 8 kecamatan di kabupaten ini, yakni Kec. Rote Timur; Kec. Pantai Baru; Kec. Rote Tengah; Kec. Rote Selatan; Kec. Busalangga; Kec. Rote Barat Daya; Kec. Rote Barat Laut dan Kec. Rote Barat.


Asal Mula Nama Pulau Rote

Konon, asal nama Pulau Rote berasal dari kisah sebuah kapal Portugis yang terkena badai di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.  Kapal itu karam tetapi penumpangnya berhasil menyelamatkan diri ke sebuah pulau. Saat tentara Portugis itu sampai ke pulau tersebut, mereka bertemu dengan penduduk lokal, seorang petani. Petani itu terkejut melihat orang kulit putih, karena terkejutnya saat salah satu tentara tersebut bertanya dimana dia berada sekarang, si petani yang tidak mengerti bahasa Portugis tergagap-gagap menjawab hanya dengan menyebutkan namanya...."Rote...Rote...", karena itu akhirnya pulau tersebut diberi nama 'Rote' dan sering disebut 'Roti' oleh orang luar negeri.


Transportasi


Kapal Ferry biasa dari Pelabuhan Bolok menuju
Pelabuhan Pantai Baru, Rote Ndao
Perjalananku dimulai dari Juanda Airport, Surabaya pada tanggal 2 September 2011.  Ada beberapa penerbangan domestik dari Surabaya, Jawa Timur menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur, diantaranya Garuda Indonesia, Batavia Air, Sriwijaya Air dan Lion Air.  Dengan menggunakan penerbangan sore yakni Batavia Air pada pukul 16.45 WIB akhirnya saya sampai juga di El Tari Airport Kupang pada pukul 19.55 WITA.  Perjalanan kemudian dilanjutkan ke tujuan utama yakni Kepulauan Rote.  Banyak pilihan untuk menuju Pulau Rote, bisa mengunakan pesawat kecil 'Susi Air' dari El Tari Airport Kupang menuju Rote Ndao, atau bisa dengan naik kapal ferry cepat dari Pelabuhan Tenau menuju Pelabuhan Baa di Rote Ndao.  Kalau ingin yang lebih murah lagi bisa menggunakan kapal ferry biasa dari Pelabuhan Bolok menuju Pelabuhan Pantai Baru dengan biaya jauh lebih murah dan perjalanan jauh lebih lama.

Pilihanku jatuh pada 'ML Express Bahari' yakni sebuah kapal cepat yang membawaku meninggalkan Timor Island menuju Rote Island, karena dengan ferry cepat bisa turun langsung di Ibukota Kapubaten Rote Ndao yang punya akses transportasi lebih mudah untuk menuju Nembrala.  Pagi itu pukul 07.00 WITA saya dijemput taxi yang akan mengantarku ke Pelabuhan Tenau.  Mobil taxi disini tidak seperti taxi-taxi di kota besar yang berplat nomor warna kuning harga sesuai jarak tempuh yang tertera di argo, tetapi yang menjemputku adalah mobil APV berplat nomor hitam dan harga sudah dipatok sebesar Rp. 70.000,- per trip menuju ke Pelabuhan Tenau.  Pukul 07.27 WITA, sampailah saya di Pelabuhan Tenau. Ada 2 ticket yang ditawarkan, VIP class biayanya sebesar Rp. 165.000,- per orang sedangkan economics class sebsar Rp. 120.000,- per orang.  Sedangkan biaya masuk mobil pengantar penumpang ke pelabuhan sebesar Rp. 5000,- per mobil yang juga ditanggung oleh penumpang.  Perjalanan menggunakan kapal ferry ML Express Bahari ditempuh hampir 2 jam, yakni mulai dari pukul 08.45 WITA sampai di Pelabuhan Baa pukul 10.31 WITA.  Tapi kalau sedang musim angin barat, yaitu antara bulan Januari s/d Pebruari perjalanan yang ditempuh bisa sampai 2,5 jam.  Dan kita tidak bisa menikmati  perjalanan dan indahnya pemandangan Selat Rote atau disebut juga dengan Selat Pukuafu.  Pada saat musim angin barat tinggi gelombang laut bisa mencapai 3-6 meter dengan kecepatan angin 25-30 knot/jam atau 40-45 km/jam.  Menurut informasi Selat Rote termasuk selat paling ganas di perairan Indonesia karena di selat ini merupakan tempat bertemunya arus gelombang dari Laut Sawu, Laut Timor, Laut Flores dan Samudra Hindia. Saat kapal ferry yang kunaiki melewati selat ini akan terasa perbedaannya adanya goncangan dan kapal bergoyang-goyang lebih keras di banding sebelum dan setelah melewati selat tersebut yang cenderung lebih tenang gelombangnya.

Boa Beach
Teman seperjalananku selain penduduk lokal, terlihat banyak wisatawan asing yang juga mengunjungi Pulau Rote, dengan masing-masing membawa papan untuk surfing.  Tujuan mereka adalah Pantai Nembrala yang terletak di Barat Daya Pulau Rote.  Nembrala adalah surganya bagi peselancar yang sudah tersohor ke berbagai negara sebagai tempat favorit untuk surfing.  Tak heran bila pengunjung terbanyak adalah orang asing yang ingin berselancar.  Pada musim kemarau yakni mulai dari April dan puncaknya Juli s/d September, ombak akan sangat besar  di Nembrala.  Khabarnya 'Surfing Festival' tahun ini akan diadakan sekitar pertengahan Bulan September atau awal Bulan Oktober di Pantai Boa, yang merupakan tempat paling indah dan ombak paling ideal untuk surfing di Pulau Rote. Sayang sekali, saya mengunjungi tempat itu di awal Bulan September sehingga tidak bisa menyaksikan festival tersebut.

Angkutan umum dari Baa ke Nembrala
Sesampainya di Pelabuhan Baa, cuaca terasa lebih panas dari Kota Kupang.  Cuaca panas jadi tak terasa, terobati oleh perasaan gembira karena akhirnya bisa menginjakkan kaki juga di Pulau Rote.  Dekat pintu keluar Pelabuhan Tenau terlihat angkutan umum 'Dolo Rossa' dan mobil bison warna merah bertuliskan Nembrala.  Mobil warna putih bertuliskan 'Dolo Rossa' dan 'Nembrala' merupakan angkutan umum dari Pelabuhan Tenau menuju Desa Nembrala dengan biaya Rp. 25.000,- per orang. Bila charter angkutan tersebut dikenai biaya Rp. 250.000,- per mobil.  Selain angkutan umum juga ada ojek dan mobil jemputan tamu/wisatawan milik salah satu resort di Nembrala Beach.  Sebelum memutuskan naik angkutan umum, mampir sebentar ke Bank, hanya ada 2 bank di Kota Baa yakni Bank BRI dan Bank NTT yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Tenau dan bisa berjalan kaki untuk menuju kesana.  di kota inilah terakhir kita bisa menarik uang karena setelah itu kita tidak akan menjumpai Bank dan ATM lagi sampai di Nembrala.


Penginapan

Sesuai dengan pesanan, pukul 11.14 WITA angkutan umum 'Dolo Rossa' menjemputku ke Bank BRI Baa dan selanjutnya membawaku menuju Desa Nembrala.  Penumpangnya hampir seluruhnya adalah penduduk lokal, selama di dalam angkutan serasa berada di planet lain karena bahasa mereka tidak bisa kumengerti berbeda sekali dengan bahasa yang digunakan oleh orang-orang di Kupang yang masih bisa kumengerti.  Sesampainya di desa Nembrala tujuanku pertama kali adalah penginapan Anugerah yang terletak di dekat Pantai Nembrala, biaya penginapan yang ditawarkan sebesar Rp. 200.000,- per malam per orang.  Tampak banyak wisatawan manca negara yang menginap disana.  Akhirnya kuputuskan untuk mencari tahu beberapa penginapan lainnya di Pantai Nembrala, dari seorang guru SD yang kujumpai di jalan akhirnya mengantarku ke homestay Tirosa pada pukul 12.55 WITA.  Homestay Tirosa jadi pilihan karena harganya lebih murah yakni Rp. 150.000,- per malam per orang dibanding lainnya.  Selain itu yang jadi pertimbangan adalah penginapan Tirosa letaknya berbatasan langsung dengan Pantai  Nembrala, memiliki restorant sehingga tidak susah payah untuk mencari makan selama berada disana serta pengelolanya sangat ramah. Selain Tirosa masih banyak penginapan lainnya seperti homestay Jenet yang harganya Rp. 250.000,- per malam per orang,  Nembrala Beach Resort yang dikelola oleh orang asing mematok biaya US $160 per malam dan masih banyak lagi yang lainnya. Biaya penginapan di Nembrala tidak dihitung per kamar tetapi per kepala, jadi jika ada orang yang menginap dalam satu kamar berisi dua orang atau lebih maka biaya per malam akan menjadi beberapa kali lipat dari harga yang ditawarkan sesuai dengan jumlah orang yang memakai kamar tersebut dibandingkan dengan harga per kamar per orang.  Tempat tidur sudah dilengkapi dengan mosquito net jadi tidak perlu mengkhawatirkan serangan nyamuk.  Akses internet dengan Telkomflash cukup lancar disana bisa dinikmati siang malam, hanya listrik baru menyala pada sore hari sampai pagi hari saja. Ketersediaan air untuk keperluan mandi akan dibiarkan kosong bila kita tidak minta ke pengelola penginapan.

Salah satu penginapan di Nembara Beach
Dari seluruh wisatawan yang menginap di Homestay Tirosa hanya 3 orang yang bukan wisatawan asing, dan lainnya adalah semua orang bule yang hobby surfing.  Bermalam di penginapan di Nembrala serasa berada di rumah sendiri karena hubungan kekeluargaan terasa dekat tidak hanya dengan pengelola penginapan tetapi juga dengan sesama pengunjung yang menginap disana, bisa saling mengenal, bertukar cerita dan selalu makan bersama dalam satu meja, dan ini adalah kesempatan untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Ternyata wisatawan asing yang mengunjungi Nembrala Beach dan menginap di Homestay Tirosa saja berasal dari berbagai negara, yakni Australia, New Zealand, Bosnia, Portugal, Germany, UK dan lain-lain. Nembrala adalah surganya para peselancar.  Konon kedahsyatan ombaknya nomor dua di dunia setelah Hawaii, mengalahkan Kuta yang lebih tenar.  Tak mengherankan secara diam-diam di kalangan peselancar asing, Nembrala merupakan daerah tujuan wisata minat khusus.  Dan secara rutin Pulau Rote dijadikan sebagai tempat diadakannya 'Surfing Festival' setiap tahunnya. 


Nembrala Beach


Nembrala Beach. Photo by Erni Suyanti Musabine


Sunset at Nembrala Beach 
Hari pertama di Nembrala sehabis makan siang sampai sore kumanfaatkan untuk jalan-jalan di pantai sambil menikmati sunset dan hunting obyek menarik untuk difoto.  Setelah matahari terbenam baru kembali ke penginapan. 

Hari kedua di Nembrala memutuskan menyewa sepeda motor untuk dipakai berkeliling Rote.  Di Desa Nembrala ada penyewaan sepeda motor Rp. 60.000,- per motor per hari terhitung pemakaiannya dari pagi hingga sore hari.  Sedangkan penyewaan sepeda gunung (mountain bike) hanya Rp. 35.000,- per hari.  Rencana  hari itu sehabis sarapan pagi kami akan berkeliling dan pergi ke Pantai Boa untuk berenang dengan menggunakan motor sewaan.  Saat makan malam saya diberi saran oleh seorang turis asal New Zealand untuk pergi berenang di Pantai Boa karena tempatnya sangat indah, berpasir putih dan arusnya tenang. Ombak di Boa Beach lebih menarik untuk surfing dan pemandangannya sangat indah, namun sayang belum banyak penginapan disana, hanya terlihat satu penginapan di pinggir Pantai Boa, sehingga turis yang ingin ke Pantai Boa menginapnya di Nembrala.


Nembrala Beach. Photo by Erni Suyanti Musabine


Anak-Anak Rote Ndao
Nembrala Village
Sepanjang perjalanan dari Desa Nembrala menuju Pantai Boa pemandangan di kiri kanan jalan adalah laut biru yang jernih, serta bukit-bukit karang dan pepohonan khas daerah kering dengan daun berwarna hijau kecoklatan, serta terlihat ada beberapa ekor kuda yang sedang merumput.  Kondisi jalan cukup bagus, sudah beraspal tetapi mendekati Boa jalan rusak.  Memasuki Boa, terlihat anak-anak kecil ramai menyapa kami dan berlarian mengejar kami dengan memberikan tangannya untuk 'tos'.  Sungguh menyenangkan.


Perjalanan dari Nembrala menuju Boa



Boa Beach

Boa Beach. Photo by Erni Suyanti Musabine


under water - Boa Beach
menikmati sunset
bersama anak-anak di Desa Nembrala

Sesampainya di Pantai Boa tampak air laut berwarna bening kehijauan dan kebiruan, pantai berpasir putih bersih. Tidak ada tenda-tenda penjual makanan di pinggir pantai sehingga tampak sepi dan masih alami.  Pantai seperti ini yang kucari. Saat itu air laut sedang surut sehingga saya bisa mendekati  ombak tinggi yang bisa dipakai untuk surfing karena jaraknya tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Berjalan diatas batu karang yang dangkal karena surutnya air laut seperti berjalan diatas akuarium raksasa karena saya bisa sambil melihat-lihat ikan-ikan kecil beraneka warna dan melihat bulu babi, bintang laut, siput laut yang berenang dan bersembunyi disela-sela batu karang. Tak terasa sudah menghabiskan waktu di Pantai Boa sampai pukul 12.05 WITA.  Waktunya kembali ke penginapan di Desa Nembrala untuk makan siang.  Setelah istirahat siang sebentar, dilanjutkan dengan berkeliling Desa Nembrala dengan menggunakan motor sewaan.  menjelang sore hari tampak beberapa warga Desa Nembrala mencari rumput laut yang terseret ombak kepinggir pantai.  Sepanjang pantai Nembrala merupakan tempat budidaya rumput laut, bibit rumput laut didatangkan dari luar daerah, ada yang berwarna hijau ada juga yang berwarna merah keunguan.  Jalan-jalan dilanjutkan ke Pantai Nembrala sambil menikmati sunset dan bermain-main dengan anak-anak Rote, dan duduk dipinggir pantai sampai saatnya makan malam tiba.  Di kesunyian Desa Nembrala dan heningnya malam,  yang terdengar hanya suara ombak dan suara babi yang berkeliaran dimana-mana sebagai nyanyian pengantar tidur. 


Ada keunikan yang terlihat di Desa Nembrala, yakni bahwa makam-makam leluhur diletakkan di depan rumah ataupun di samping rumah bahkan ada yang dipinggir jalan.  Bentuknya yang unik tidak seperti kuburan yang umum sehingga banyak dimanfaatkan orang untuk berbagai macam keperluan.  Disana kuburan bukanlah hal yang menyeramkan, tetapi malah biasa dipakai untuk tempat ngobrol, duduk santai, tempat menumpuk kayu bakar, tempat bermain anak-anak, bahkan ada yang memakainya untuk tidur siang. Pernah terlihat ada orang yang meletakkan bantal diatas kuburan untuk tidur siang.  Pagar yang mengelilingi rumah dan kebun warga desa tersebut pun terlihat sangat unik, mungkin hanya bisa ditemukan di Pulau Rote, yakni terbuat dari tumpukan batu karang yang tertata rapi dengan ketinggian yang sama.  Hewan peliharaan yang sering terlihat adalah babi.  Seringkali menjumpai babi berkeliaran dimana-mana, di pantai, di halaman rumah warga dan dijalan-jalan.  Hewan itu tidak dikandangkan tetapi dibiarkan berkeliaran dimana-mana seperti pelihara ayam kampung saja.


Rumah Raja Kedoh dan Raja Ti'i

Rumah Raja Ti'i

Rumah Raja Kedoh di Baa
Dihari terakhir di Nembrala, kuhabiskan waktuku duduk sendiri di pinggir pantai sambil menikmati teh hangat dan pisang goreng serta memandangi ombak di laut.  Rasanya enggan meninggalkan tempat yang sunyi dan indah itu.  Tak lama kemudian seorang turis dari Australia menemaniku ngobrol.  Sampai akhirnya angkutan 'Dolo Rossa' menjemputku ke penginapan.  Pukul 06.55 WITA kami meninggalkan Nembrala dan menuju ke Baa, Ibukota Kabupaten Rote Ndao tempat dimana Pelabuhan Baa berada.  Selama perjalanan antara Nembrala dan Baa, kusempatkan diri untuk melihat dan mengabadikan rumah peninggalan Raja Ti'i dengan kameraku.  Selain itu angkutan juga berhenti sejenak di pasar Kecamatan Rote Barat Laut untuk beristirahat dan mencari tambahan penumpang.  
Pukul 09.25 WITA sampai juga di Kota Baa.  Untuk mengisi waktu luang sambil menunggu ferry cepat 'ML Express Bahari' berlabuh, saya mengunjungi bekas tempat tinggal Raja Kedoh di Baa, yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Tenau.  Rumah Raja Kedoh didirikan pada tahun 1939.  Sekarang ini rumah tersebut ditempati oleh keturunan dari Raja Kedoh.

Pukul 10.46 WITA, ferry ML Express Bahari baru saja berlabuh dan kemudian berangkat kembali menuju Pulau Timor (Kupang) pukul 11.49 WITA.  Sebelum meninggalkan Pulau Rote kusempatkan untuk membeli kain tenun hasil karya masyarakat disana dan topi khas Rote yang disebut topi Ti'i Langga.  Berharap kedua barang ini akan selalu mengingatkanku akan keindahan dan keunikan Pulau Rote, sekaligus membuatku merasa bangga bahwa Indonesia memang mempunyai pesona alam yang sangat indah yang banyak dikagumi oleh wisatawan manca negara.